Abdoel Moeis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 25:
}}
'''Abdoel Moeis''' ({{lang-ar|عبد المعز ''<nowiki>'</nowiki>Abd Al-Mu'iz''}}) ({{lahirmati|[[Sungai Puar, Agam]], [[Sumatra Barat]]|3|07|1883|[[Kota Bandung|Bandung]], [[Jawa Barat]]|17|06|1959}}) adalah seorang sastrawan, politikus, dan wartawan [[Indonesia]]. Dia merupakan pengurus besar [[Sarekat Islam]] dan pernah menjadi anggota [[Volksraad]] mewakili organisasi tersebut. Abdoel Moeis dikukuhkan sebagai [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|Pahlawan Nasional]] yang pertama oleh [[Presiden RI]], [[Soekarno]], pada 30 Agustus 1959.<ref>[http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/147298-%5B_Konten_%5D-KEPRES%20NO.%20305%20TAHUN%201959.PDF "DAFTAR NAMA PAHLAWAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA"]. ''Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 218 Tahun 1959, tanggal 30 Agustus 1959''</ref>
== Latar belakang ==
Baris 34:
Abdoel Moeis memulai kariernya sebagai ''klerk'' di Departemen ''Onderwijs en Eredienst'' atas bantuan Mr. Abendanon yang saat itu menjabat sebagai Direktur Pendidikan. Namun pengangkatannya itu tidak disukai oleh karyawan Belanda lainnya. Setelah dua setengah tahun bekerja di departemen itu, ia keluar dan menjadi wartawan di [[Kota Bandung|Bandung]].<ref name="Abdoel Moeis1"/> Pada tahun 1905, ia diterima sebagai anggota dewan redaksi majalah ''Bintang Hindia''. Kemudian ia sempat menjadi mantri lumbung, dan kembali menjadi wartawan pada surat kabar Belanda ''Preanger Bode'' dan majalah ''Neraca'' pimpinan [[Agus Salim|Haji Agus Salim]].
Pada tahun 1913 ia bergabung dengan [[Sarekat Islam]], dan menjadi Pemimpin Redaksi ''Harian Kaoem Moeda''.<ref name="Abdoel Moeis2">{{en}} {{cite book|last = Moeis|first = Abdoel|title = Never the twain|publisher = Lontar|location = Jakarta, Indonesia|year = 2010|isbn = 9789798083549 }} page 221.</ref> Setahun kemudian, melalui [[Komite Bumi Putera|Komite Bumiputera]] yang didirikannya bersama [[Ki Hadjar Dewantara]], Abdoel Moeis menentang rencana pemerintah Belanda mengadakan perayaan peringatan seratus tahun kemerdekaan Belanda dari [[Prancis]].{{fact}}
Tahun 1917, ia dipercaya sebagai utusan Sarekat Islam pergi ke negeri Belanda untuk mempropagandakan komite Indie Weerbaar. Dalam kunjungan itu, ia juga mendorong tokoh-tokoh Belanda untuk mendirikan Technische Hooge School – [[Institut Teknologi Bandung]] (ITB) di Priangan. Pada tahun [[1918]], Abdoel Moeis ditunjuk sebagai anggota [[Volksraad]] mewakili [[Syarikat Islam|Central Sarekat Islam]].<ref>{{cite book|last =Setiono|first =Benny. G|authorlink =|coauthors =|title =Tionghoa dalam Pusaran Politik|publisher =TransMedia|date =2002|location =Jakarta|url =|doi =|isbn =|page =355}}</ref>
Bulan Juni 1919, seorang pengawas Belanda di [[Toli-Toli]], [[Sulawesi Utara]] dibunuh setelah ia berpidato
Pada tahun 1920, dia terpilih sebagai Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Buruh Pegadaian. Setahun kemudian ia memimpin pemogokan kaum buruh di [[Yogyakarta]]. Tahun 1923 ia mengunjungi [[Kota Padang|Padang]], [[Sumatra Barat]].
Abdoel Moeis merupakan tokoh yang begitu komitmen terhadap perjuangan dan nasib rakyat yang saat itu sedang dijajah. Tidak hanya melalui garis profesi [[sastrawan]], ia bahkan berjuang dalam dunia politik. Tulisan-tulisan Abdoel Moeis yang tajam dan gerakan-gerakan politiknya itulah yang kemudian menyebabkannya dilarang tinggal di tempat kelahirannya. Ia kemudian memilih daerah [[Kabupaten Garut|Garut]] sebagai tanah pengasingannya, dan di sanalah ia menghabiskan sisa-sisa hidupnya.<ref>{{Cite book|title=Jejak-jejak Pengasingan Para Tokoh Bangsa|last=Faidi|first=A|publisher=Saufa|year=2014|isbn=9786022554646|location=Yogyakarta|pages=15-16}}</ref>
|