Ahmadiyаh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Isadewi (bicara | kontrib)
Rahman23 (bicara | kontrib)
k →‎Ahmadiyah Qadian: sedikit koreksi tanggal
Baris 35:
Kemudian tiga pemuda itu memutuskan untuk belajar di [[Madrasah Ahmadiyah]] yang kini disebut [[Jamiah Ahmadiyah]]. Merasa puas dengan pengajaran disana, Mereka mengundang rekan-rekan pelajar di [[Sumatera Tawalib]] untuk belajar di [[Qadian]]. Tidak lama kemudian duapuluh tiga orang pemuda Indonesia dari [[Sumatera Tawalib]] bergabung dengan ketiga pemuda Indonesia yang terdahulu, untuk melanjutkan studi juga baiat masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah.
Dua tahun setelah peristiwa itu, para pelajar Indonesia menginginkan agar [[Hadhrat Khalifatul Masih II]] r.a. berkunjung ke Indonesia. Hal ini disampaikan (alm) Haji Mahmud - juru bicara para pelajar Indonesia dalam [[Bahasa Arab]]. Respon positif terlontar dari [[Hadhrat Khalifatul Masih II]] r.a.. Beliau meyakinkan bahwa meskipun beliau sendiri tidak dapat mengunjungi Indonesia, beliau akan mengirim wakil beliau ke Indonesia. Kemudian, (alm) [[Maulana Rahmat Ali HAOT]] dikirim sebagai muballigh ke Indonesia sebagai pemenuhannya.
Tanggal 17 Agustus 1925, [[Maulana Rahmat Ali HAOT]] dilepas [[Hadhrat Khalifatul Masih II]] r.a berangkat dari Qadian. Tepatnya tanggal 2 Oktober 1925 sampailah [[Maulana Rahmat Ali HAOT]] di [[Tapaktuan]], [[Aceh]]. Kemudian berangkat menuju [[Padang]], [[Sumatera Barat]]. Banyak kaum intelek dan orang orang biasa menggabungkan diri dengan Ahmadiyah. Pada tahun 1926, Disana, Jemaat Ahmadiyah mulai resmi berdiri sebagai organisasi. Tak beberapa lama, [[Maulana Rahmat Ali HAOT]] berangkat ke [[Jakarta]], ibukota Indonesia. Perkembangan Ahmadiyah tumbuh semakin cepat, hingga dibentuklah Pengurus Besar (PB) Jemaat Ahmadiyah dengan (alm) [[R. Muhyiddin]] sebagai Ketua pertamanya.
Terjadilah Proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Di dalam meraih kemerdekaan itu tidak sedikit para Ahmadi [[Indonesia]] yang ikut berjuang dan meraih kemerdekaan. Misalnya (alm) [[R. Muhyiddin]]. Beliau dibunuh oleh tentara [[Belanda]] pada tahun 1946 karena beliau merupakan salah satu tokoh penting kemerdekaan Indonesia. Juga ada beberapa Ahmadi yang bertugas sebagai prajurit di Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dan mengorbankan diri mereka untuk negara. Sementara para Ahmadi yang lain berperan di bidang masing-masing untuk kemerdekaan Indonesia, seperti (alm) [[Mln. Abdul Wahid]] dan (alm) [[Mln. Ahmad Nuruddin]] berjuang sebagai penyiar radio, menyampaikan pesan kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia. Sementara itu, muballigh yang lain (alm) [[Mln. Sayyid Syah Muhammad]] merupakan salah satu tokoh penting sehingga Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia, di kemudian hari menganugerahkan gelar veteran kepada beliau untuk dedikasi beliau kepada negara.
Di tahun lima puluhan, Jemaat Ahmadiyah Indonesia mendapatkan legalitas menjadi satu Organisasi keormasan di Indonesia. Yakni dengan dikeluarkannya Badan Hukum oleh Menteri Kehakiman RI No. JA. 5/23/13 tertanggal 13-3-1953.