Mangai binu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 12:
=== Pantangan ===
== Latar Belakang ==
=== Sejarah ===
Pemerintah [[Hindia Belanda]] melarang tradisi ini bersamaan dengan tradisi tidak beradab lainnya seperti [[perbudakan]] dan [[pengorbanan manusia]] lewat sebuah dekrit yang dikeluarkan pada Desember 1856.{{Sfn|Puccioni|2016|p=52-53|ps="Pada Desember 1856 pemerintah Belanda merasa cukup berkuasa untuk menerapkan hukum. Mereka mengundang para raja untuk menginformasikan dekrit mereka.(...) Perbudakan, pemburuan, dan pengorbanan manusia diancam hukuman mati."}} Namun, dekrit ini kurang efektif karena pemerintahan Belanda atas Nias di saat itu hanya bisa berlaku di daerah pesisir Gunungsitoli yang banyak dihuni orang Melayu dan Tionghoa. Di daerah pedalaman yang sulit dijangkau, terlebih di Nias bagian selatan, para prajurit lokal selalu mengadakan perlawanan atas kedatangan mereka di pulau.{{Sfn|Puccioni|2016|p=55|ps="Pada tahun-tahun berikutnya, Nias Selatan kembali pada kondisi tahun 1840 karena pemerintah Belanda tidak mampu menegakkan kekuasaan dengan cara apapun."}} Pada penjelajahan [[Elio Modigliani]] di Nias pada tahun 1886, praktik berburu kepala sudah ditinggalkan di Nias bagian utara, meskipun banyak masyarakat yang menjadi korban ''emali'' dari selatan.{{Sfn|Puccioni|2016|p=180|ps="Pada zaman itu juga, masyarakat Nias Utara telah meninggalkan budaya pemburuan manusia, walaupun sering menjadi korban para prajurit Nias Selatan."}}
Orang Nias melakukan justifikasi terhadap tradisi ini dengan beranggapan bahwa manusia adalah babi peliharaan Tuhan.{{Sfn|Beatty|1992|p=247|ps="-as well as obsolete practices and ideas such as head-hunting and the notion of men being the pigs of God-"}} Hal ini juga terlihat seperti pada tradisi [[ngayau]] [[Suku Dayak]].{{Sfn|Sonjaya|2008|p=41|ps="Konon, yang tampak di depan orang Dayak, suku buruannya adalah binatang yang sudah selayaknya dipenggal."}}
Baris 29:
=== Pelayan roh ===
Kepala manusia biasanya dimintakan oleh seorang ayah kepada putra sulungnya untuk disertakan ke dalam kubur
=== Status sosial ===
Jumlah ''binu'' yang diperoleh oleh seseorang akan menentukan [[status sosial]]nya. Terlebih jika dia ingin meminang seorang wanita, dia harus mempersembahkan kepala musuh kepada keluarga calon mempelai perempuan. Semakin banyak jumlah kepala yang ditunjukkan di depan calon mertua, maka semakin berharga lelaki tersebut. Bahkan, bukan hanya pelaku saja yang layak bangga, tetapi juga leluhur-leluhurnya, karena dianggap berhasil melahirkan keturunan hebat. Kaitan antara kewajiban memuliakan leluhur dan keinginan menyandang identitas sosial tinggi seolah-olah menjadi justifikasi bagi tradisi manguni binu di Nias.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://www.liputan6.com/lifestyle/read/2508078/kisah-emali-pemburu-kepala-manusia-untuk-teman-di-alam-kubur|title=Kisah Emali, Pemburu Kepala Manusia untuk Teman di Alam Kubur|last=Liputan6.com|date=2016-05-27|website=liputan6.com|language=id|access-date=2020-02-17}}</ref>
=== Fondasi bangunan ===
Baris 42:
Ketakutan akan ''emali'' juga masih dirasakan beberapa penduduk. Beberapa keluarga melarang anak-anak kecil bermain di luar rumah pada malam hari dan beberapa pemuda Nias selalu membawa senjata tajam ketika keluar rumah di malam hari sebagai bentuk kewaspadaan.{{Sfn|Afif|2018|p=183b|ps="Hal ini juga bisa dilihat dari cara para lelaki dewasa di Nias ketika akan berpergian di malam hari. Mereka selalu membawa senjata tajam untuk jaga diri."}}
Beberapa tengkorak dari Nias dikumpulkan oleh para penjelajah [[Eropa]] seperti [[Elio Modigliani]] dan menjadi koleksi museum.{{Sfn|Puccioni|
=== Legenda ===
Baris 49:
Di Nias selatan, terdapat kisah tentang Awuwkha yang [[menhir]] kuburnya berdiri di [[Sifalago Gomo, Boronadu, Nias Selatan|Sifalagö Gomo]]{{Sfn|Sonjaya|2008|p=63|ps="Di antara batu-batu itu, yang paling menarik perhatian saya adalah sebuah behu berukuran sangat besar. (...) Oleh karena ukurannya yang besar itu, saya sangat tertarik untuk menelusuri asal-usulnya. (...), bernama Awuwukha.}}{{Sfn|Horor|2011|p=80|ps="Menhir Awuwukha merupakan situs yang terbuat dari batu."}} Dituturkan bahwa seorang pemuda tinggal bersama ibu dan tujuh orang saudaranya di [[Börönadu]] sekitar seratus lima puluh tahun lalu.{{Sfn|Afif|2018|p=176|ps="Menurut Sonjaya (2008:63), Awuwukha hidup sekitar lima generasi (setiap generasi sama dengan 25 tahun) lalu. Sementara menurut Thomsen (dalam Zebua, 2008), Awuwukha hidup jauh lebih lama, yaitu sekitar tujuh generasi yang lalu."}} Pada suatu hari, seorang pemuda dari kampung Susua mengajak warga Börönadu untuk menghadiri pelaksanaan pesta ''owasa'' di kampung mereka. Saat melewati rumah Awuwukha, ibu Awuwukha meneriaki pemuda tersebut dengan menghina kemaluannya. Pembawa pesan tersebut marah dan memukulkan kemaluannya ke tiang rumah. Ia lalu kembali ke Börönadu dengan keadaan masih marah. Beberapa hari kemudian, dia datang lagi ke Börönadu bersama serombongan orang untuk menuntaskan kemarahannya dengan membakar rumah sang pemuda dan saudaranya. Mereka juga membakar lumbung padi milik Laimba, tokoh adat masyarakat Börönadu. Si pemuda hanya bisa menyaksikan kejadian tersebut tanpa berbuat apa-apa.<ref name=":1" /> Di depan ibunya, pemuda tersebut bersumpah akan menuntut balas dengan memenggal kepala orang-orang yang terlibat dalam pembakaran tersebut. Meski tidak disetujui ibunya dan Laimba, dia nekat pergi untuk menuntut balas ke Susua. Beberapa hari kemudian, dia pulang membawa belasan kepala manusia di dalam karung yang kemudian ditunjukkannya pada Laimba. Ternyata Laimba tidak berkenan. Ia sebenarnya menghendaki musuhnya hidup-hidup karena takut jika kejadian tersebut akan memicu pertumpahan darah lanjutan. Penduduk Susua merencanakan pembunuhan terhadap dirinya, namun gagal. Kehebatan pemuda tersebut kemudian tersiar sampai ke seluruh penjuru Nias. Kehebatannya itu kemudian dikukuhkan melalui upacara ''owasa'', upacara tertinggi di masyarakat Nias dan dia diberi gelar ''Awuwukha'' yang berarti 'jurang yang terjal'.{{Sfn|Sonjaya|2008|p=65|ps="Awuwukha adalah gelar yang diperoleh saat penyelenggaraan pesta tersebut. Nama itu berarti "jurang yang terjal" (...)"}} Jika seseorang telah menunaikan ''owasa'', setiap perkataannya dengan sendirinya menjadi hukum. Sejak saat itu, setiap perkataan Awuwukha harus diikuti, bahkan sampai menjelang kematiannya.<ref name=":1" /> Sebelum meninggal, Awuwukha berpesan bahwa ia ingin ditemani oleh lima orang yang akan melayaninya di alam kubur. Masing-masing bertugas menyiapkan minum, menyiapkan makanan, membuat [[Tradisi bersirih|sirih pinang]], memijat, dan menjagai kuburnya. Anak-anaknya segera mencarikan lima kepala untuk penguburan Awuwukha.{{Sfn|Afif|2018|p=179|ps="Hal ini berarti anak-anak Awuwukha harus melakukan mangai binu, karena tak kuasa menolak wasiat leluhur."}}<ref name=":1" />
Sementara itu, di Nias bagian utara terdapat kisah tentang bersaudara Gondiu dan Latitia. Gondiu lahir di Boto Niha Yöu, sementara Latitia di Mazingö. Ketika mereka beranjak dewasa, mereka berselisih dan berencana untuk saling memburu kepala. Pada suatu hari, mereka berjanji untuk berduel di Gunung Botombawo yang terletak di tengah pulau. Mereka saling menyerang dari jarak jauh namun gagal. Ketika mereka berdua mendekat untuk saling menyerang lagi, entah bagaimana, tubuh mereka saling menempel sehingga tidak dapat bergerak. Mereka memutuskan untuk berdamai dan beristirahat. Mereka kemudian menanam pinang dan sirih untuk membuat campuran yang bisa dikunyah. Tanaman tesebut berbuah lebat dan mereka berhenti memburu kepala dengan beralih profesi sebagai petni.{{Sfn|Modigliani|1980|p=212-213|ps=}}
== Adu Mbinu ==
Baris 66:
<references />
== Daftar Pustaka
{{Refbegin}}
{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/1052585661|title=Dari Melayu menjadi Indonesia|last=Afif|first=Afthonul|date=Maret 2018|publisher=BASABASI|isbn=978-602-6651-90-7|editor-last=Afif|editor-first=Afthonul|edition=1|location=Bantul, Yogyakarta|pages=|oclc=1052585661|ref={{sfnref|Afif|2018}}|author-link=|editor-last2=Marsanto|editor-first2=Khidir|editor-last3=Solihin|editor-first3=Lukman|url-status=live}}
{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/682905651|title=Legitimasi kekuasaan pada budaya Nias : paduan penelitian arkeologi dan antropologi|last=Wiradnyana|first=Ketut|date=2010|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=978-979-461-763-2|edition=1|location=Jakarta|pages=|oclc=682905651|ref={{sfnref|Wiradnyana|2010}}|author-link=|url-status=live}}
{{Cite book|title=The Religious System and Culture of Nias, Indonesia|last=Suzuki|first=Peter|date=1959|publisher=Excelsior|isbn=|location=Gravenhage|pages=|language=en|ref={{sfnref|Suzuki|1959}}|author-link=|url-status=live}}
{{Cite book|title=Melacak batu, menguak mitos : petualangan antarbudaya di Nias|last=Sonjaya|first=Jajang A|date=2008|publisher=Penerbit Kanisius|isbn=9789792118155|location=Yogyakarta|pages=|ref={{sfnref|Sonjaya|2008}}|author-link=|url-status=live}}
{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/24373886|title=Society and exchange in Nias|last=Beatty|first=Andrew|date=1992|publisher=Oxford University Press|isbn=0-19-827865-9|location=Oxford|pages=|language=en|oclc=24373886|ref={{sfnref|Beatty|1992}}|author-link=|url-status=live}}
{{cite book|last=Brown|first=Lea|year=2005|chapter=Nias|editor1=Adelaar|editor-first=Alexander|editor2=Himmelmann|editor-first2=Nikolaus P.|chapter-url=https://books.google.de/books?id=BAShwSYLbUYC&pg=PA562|url-status=live|title=The Austronesian Languages of Asia and Madagascar|location=London|pages=|date=|publisher=Routledge|ISBN=0-7007-1286-0|ref={{sfnref|Brown|2005}}}}
Baris 83:
{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/726621747|title=666 misteri paling heboh Indonesia & dunia.|last=Horor|first=Tim Pustaka|date=2011|publisher=Cmedia|others=CMedia (Publisher)|isbn=978-602-8596-29-9|editor-last=Irsa|editor-first=M.|edition=1|location=Jagakarsa, Jakarta|pages=|oclc=726621747|ref={{sfnref|Horor|2011}}|url-status=live}}
{{Cite book|url=https://
{{Cite book|url=https://digital-beta.staatsbibliothek-berlin.de/werkansicht?PPN=PPN61776655X&PHYSID=PHYS_0027&view=fulltext-endless|title=Un Viaggio A Nias|last=Modigliani|first=Elio|date=1980|publisher=Fratelli Treves|isbn=|location=Milan|pages=|language=it|ref={{sfnref|Modigliani|1980}}|author-link=Elio Modigliani|url-status=live}}
[[Kategori:Nias]]
|