Persaudaraan Setia Hati Terate: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 29:
|tag = Setia Hati
}}
'''Persaudaraan Setia Hati Terate''' (dikenal luas sebagai '''PSHT''' atau '''SH Terate''') merupakanadalah organisasi olahraga yang diinisiasi oleh [[Ki Hadjar Hardjo Oetomo]] pada 1922 dan kemudian disepakati namanya menjadi Persaudaraan Setia Hati Terate pada kongres pertamanya di [[Madiun]] pada [[1948]].
 
PSHT merupakan organisasi pencak silat yang tergabung ke dalam [[Ikatan Pencak Silat Indonesia]] (IPSI).<ref>[https://pencaksilatindonesia.org/anggota-ipsi/ Perguruan Historis IPSI] diakses 3 Oktober 2019 0.05 WIB</ref> Saat ini PSHT diikuti sekitar 7 juta anggota, memiliki cabang di 236 [[kabupaten]]/[[Kota (Indonesia)|kota]] di [[Indonesia]], 10 komisariat di perguruan tinggi dan 10 komisariat luar negeri di [[Malaysia]], [[Belanda]], [[Rusia]] ([[Moskow]]), [[Timor Leste]], [[Hongkong]], [[Korea Selatan]], [[Jepang]], [[Belgia]], dan [[Prancis]].<ref>[https://www.psht.or.id/details/penyebaran-organisasi-anggota Penyebaran Organisasi & Anggota] diakses 3 Oktober 2019 0.08 WIB</ref>
 
== Sejarah ==
Baris 39:
 
=== Awal mula PSHT ===
Pada tahun [[1922]], [[Ki Hadjar Hardjo Oetomo]] ([[Ejaan Bahasa Indonesia|EBI]] : ''Ki Hajar Harjo Utomo'') salah satu pengikut aliran pencak silat Setia Hati yang berasal dari [[Pilangbango, Kartoharjo, Madiun|Pilangbango]],<ref name="sht2">[http://www.shterate.or.id/sejarah-sh-terate-bagian-1-masa-perintisan/ Sejarah SH Terate (Bagian 1) Masa Perintisan] diakses 2 Oktober 2019 22.37 WIB</ref>, meminta izin kepada Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirjo untuk mendirikan pusat pendidikan pencak silat dengan aliran Setia Hati. Niat ini dilatarbelakangi keadaan saat itu dimanadi mana ilmu pencak silat hanya diajarkan kepada mereka yang memiliki status bangsawan seperti [[bupati]], [[wedana]] atau masyarkat bangsawan yang memiliki gelar [[raden]], sehingga Ki Hardjo Oetomo berniat agar ilmu pencak silat ini bisa dipelajari oleh rakyat jelata dan pejuang perintis kemerdekaan.<ref name="sht2"/> Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirjo setuju atas ide ini asalkan pusat pendidikan nanti harus memiliki nama yang berbeda. Akhirnya didirikanlah SH PSC (Persaudaraan Setia Hati "Pemuda Sport Club"). Pengikut Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirjo yang lain yang telah terhasut<ref name="dualisme-sh">[https://www.kompasiana.com/cangka/58032105f67a611910d77dd6/ringkasan-jalan-panjang-sh-terate-dan-sh-winongo-yang-sejatinya-adalah-satu-saudara?page=all Ringkasan Jalan Panjang SH Terate dan SH Winongo, yang Sejatinya Adalah Satu Saudara] diakses 3 Oktober 2019 11.58 WIB</ref> beberapa pihak mengganggap pembukaan SH PSC sebagai sebuah pengkhianatan sehingga SH PSC dianggap "SH murtad".<ref name="sh1" /> Kelak, pihak-pihak yang mendukung pemurnian aliran Setia Hati dan mengklaim sebagai penerus sah ajaran Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirjo ini tergabung dalam [[Persaudaraan Setia Hati Winongo-Tunas Muda Winongo|PSHW-TM]] (SH Winongo).<ref name="dualisme-sh" /><ref>[https://eventkampus.com/blog/detail/1466/sejarah-persaudaraan-setia-hati-tunas-muda-winongo-1903 Sejarah Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo 1903] diakses 3 Oktober 2019 12.01 WIB</ref> Selain itu, adanya tempat latihan ini dianggap oleh [[Hindia Belanda|Pemerintah Kolonial Belanda]] sebagai sarana untuk melawan pemerintah kolonial sehingga Ki Hardjo Oetomo ditangkap dan menjalani hukuman pembuangan Belanda di [[Jember]], [[LP Cipinang|Cipinang]], dan [[Padangpanjang]].<ref name="sht2"/> Sistem yang dianut SH PSC ini adalah sistem ''paguron'' (perguruan) dimanadi mana guru ditempatkan pada tingkat tertinggi sebagai patron perguruan. Sistem pendidikan inilah yang menjadi cikal bakal Persaudaraan Setia Hati Terate.<ref name="sh1" />
 
Pada tahun [[1942]], salah seorang murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang bernama Soeratno Sorengpati mengganti nama SH PSC menjadi Setia Hati Terate. Perubahan ini lalu disepakati saat kongres pertama yang diadakan di rumah Ki Hadjar Hardjo Oetomo di [[Madiun]] pada tahun [[1948]].<ref name="sht2"/> PSHT lalu mengubah diri dari sistem yang berbentuk perguruan menjadi sistem berbentuk persaudaraan untuk mendukung konsep demokratisasi organisasi, namun konsepsi dan tradisi sistem perguruan masih tetap dilanjutkan.<ref name="sht3">[http://www.shterate.or.id/sejarah-sh-terate-bagian-1-masa-transisi/ Sejarah SH Terate (Bagian 2) Masa Transisi] diakses 2 Oktober 2019 23.04 WIB</ref>. Selanjutnya PSHT semakin berkembang, setelah Mas Irsjad (salah satu murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo) menjadi ketua dan memperkenalkan 90 senam dasar, jurus 1-41–4, jurus belati dan jurus [[toya]].<ref name="sh1" /> Jurus-jurus perguruan juga diperbarui oleh Mas Imam Koessoepangat untuk membedakan diri dari jurus-jurus ''djojo gendilo tjiptomuljo'' milik SH Winongo atau sekarang di kenal dengan Setia Hati Panti.
 
=== Ketua dari masa ke masa ===
Pucuk kepemimpinan di PSHT berganti-ganti seiring waktu. Setelah wafatnya Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada [[12 April]] [[1952]], ketua dijabat oleh Soetomo Mangkoedjojo ([[Ejaan Bahasa Indonesia|EBI]] : Sutomo Mangkujoyo), yang merupakan karyawan [[BRI]]. Setelah Sutomo dipindah tugaskan ke [[Surabaya]], ketua dijabat oleh Mas Irsjad. Pada dekade 1960-an, Mas Irsjad pindah ke [[Bandung]] dan kepemimpinan PSHT diserahkan kepada Mas Santoso Kartoatmodjo. Setelah itu terjadi [[Sejarah Indonesia (1965–1966)|pergolakan tahun 1965]] sehingga ketua kembali dijabat oleh Soetomo Mangkoedjojo hingga [[1974]]. Pada masa jabatan kedua ini PSHT membuka beberapa cabang di [[Magetan]], [[Surabaya]], [[Mojokerto]], [[Yogyakarta]], dan [[Surakarta|Solo]]. Pada tahun [[1974]], diadakan kongres di [[Madiun]] yang memutuskan Mas Imam Koessoepangat (dikenal dengan julukan ''Pandhita Wesi Kuning''<ref>[https://www.shterate.or.id/kesetiaan-pendekar-wesi-kuning/ Kesetiaan Pendekar Wesi Kuning] diakses 5 Oktober 2019, 14.13 WIB</ref><ref>[https://www.shterate.com/masa-riwayat-rm-imam-koesoepangat/ Masa Riwayat RM. Imam Koesoepangat] diakses 5 Oktober 2019, 14.13 WIB</ref>) sebagai ketua pusat. 3 tahun berikutnya, diadakan kongres kembali dan menghasilkan nama Badini sebagai ketua selanjutnya. Pada masa ini organisasi mengalami masalah keuangan sehingga salah satu pendekarnya yang bernama Tarmidji Boedi Harsono keluar dengan solusi kontroversial, yakni mengubah sistem pembayaran pengesahan warga dari menggunakan [[Gulden Hindia Belanda|uang logam lama]] (''ketengan'' atau ''benggolan'') menjadi uang logam yang berlaku (baik [[rupiah]] maupun yang lainnya seperti [[dolar]], [[ringgit]], atau [[Riyal Saudi|riyal]]) agar dapat membantu keuangan organisasi. Sebelumnya uang ''ketengan'' dan ''benggolan'' didapat dengan cara membeli dari istri Ki Hardjo Oetomo, Inem, sekaligus sebagai bentuk terima kasih organisasi untuk membantu keluarga Ki Hardjo Oetomo. Maka Tarmidji meyakinkan pada semua pihak yang mempertanyakan usul tersebut karena PSHT sudah berubah menjadi organisasi modern yang menjadi milik anggota bukan perorangan lagi dan untuk membantu keluarga Ki Hardjo Oetomo sudah dipersiapkan solusi lain. Pada tahun [[1981]], Tarmidji Boedi Harsono diangkat sebagai ketua. Pada tahun [[2000]], kongres diadakan kembali dengan menjadikan kembali Tarmidji Boedi Harsono sebagai ketua dan dilengkapi dengan 9 tokoh lainnya sebagai dewan pusat atau yang dikenal sebagai ''Nawa Pandhita''.<ref name="sht3" /><ref name="sh1" /> Saat ini ketua pusat PSHT dijabat oleh Muhammad Taufiq.<ref>[https://pencaksilatindonesia.org/personnel/persaudaraan-setia-hati-terate/ Persaudaraan Setia Hati Terate] diakses 2 Oktober 2019, 23.57 WIB</ref>
 
== Pendidikan ==
[[Berkas:Padepokan-madiun-psht.jpg|jmpl|Padepokan PSHT di [[Nambangan Kidul, Manguharjo, Madiun|Nambangan Kidul]], [[Madiun]]]]
Pendidikan pencak silat di PSHT memiliki inti unsur pembelaan diri untuk mempertahankan kehormatan, keselamatan, kebahagiaan, dan kebenaran. Materi yang diajarkan terbagi untuk 3 kelompok, yaitu kelompok pencak silat ''ajaran'' (pemula) yang terdiri dari, senam massal, senam dasar, jurus, senam dan jurus [[toya]], jurus belati, krippen, dan silat seni untuk tunggal, ganda dan berreguberegu. Kelompok kedua adalah kelompok pencak silat prestasi untuk mengikuti kejuaraan atau event[[ajang olahraga]] yang melibatkan pencak silat dengan materi tanding serta dan silat seni baik tunggal, ganda, maupun beregu. Dan yang terakhir adalah kelompok Pencak Silat Bela Diri Praktis yang diberi materi bela diri profesional, pertunjukan dan keterampilan khusus.<ref name="sht4">[https://www.psht.or.id/details/pendidikan-ajaran-psht Pendidikan Ajaran PSHT] diakses 3 Oktober 2019, 0.29 WIB</ref>
 
Selain itu PSHT juga mengajarkan beberapa ajaran seperti Ajaran Setia Hati, dimanadi mana warga akan belajar mengenai upaya mendekatkan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam semesta. Ajaran Setia Hati mengharuskan warganya mampu memahami dirinya sendiri dan hati nuraninya, bahwa manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan (dibunuh) tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu setia pada hatinya sendiri dan tidak ada kekuatan apapunapa pun di atas manusia yang bisa mengalahkan manusia kecuali kecuali kekuatan Tuhan Yang Maha Esa.<ref>[https://psht.or.id/details/falsafah Falsafah PSHT] diakses 3 Oktober 2019, 1.39 WIB</ref> Ajaran selanjutnya adalah Ajaran dan Gerakan Budi Luhur dimanadi mana warga PSHT harus ikut berupaya mewujudkan ''memayu hayuning bawana'' ([[Bahasa Indonesia]] : ''memperindah keindahan dunia'') dalam upaya mewujudkan masyarakat nyaman, adil, makmur, dan sejahtera lahir batin.<ref name="sht4" />
 
=== Falsafah ajaran ===
[[Berkas:Komisariat-belanda-psht.jpg|jmpl|PSHT Komisariat Belanda]]
PSHT memiliki falsafah ajaran yang diambil dari ajaran luhur [[Suku Jawa|Jawa]]<ref>[http://psht-online.blogspot.com/2018/02/falsafah-persaudaraan-setia-hati-terate.html Inilah 31 Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate] diakses 3 Oktober 2019, 10.23 WIB</ref> :
# ''Sepira Gedhening Sengsara Yen Tinampa Amung Dadi Coba'', yang berarti "seberapapunseberapa pun besarnya kesengsaraan jika mampu menerimanya hanya akan jadi cobaan semata".
# ''Ala Tanpa Rupa Yen Tumandhang Amung Sedhela'', yang berarti "setiap rasa kesusahan, keburukan, serta masalah-masalah apabila dijalani dengan berlapang dada maka kemudian terasa sebentar saja".
# ''Tega Larane, Ora Tego Patine'', yang secara harfiah berarti "Tegatega melihat sakitnya, tidak tega melihat matinya". Yang mana maksudnya adalah warga PSHT berani menyakiti seseorang dalam rangka memperbaiki bukan merusak (membunuh).
# ''Suro Diro Joyo Diningrat Lebur Dening Pangastuti'', yang berarti "segala kesempurnaan hidup dapat diluluhkan dengan budi pekerti luhur".
# ''Satria Ingkang Pilih Tanding'', yang secara harfiah berarti "Seorangseorang ksatriakesatria mampu memilih lawan". Maksudnya seseorang berjiwa ksatriakesatria hanya mau melawan orang yang mampu menghadapinya, bukan orang yang lemah daripadanya".
# ''Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha'', yang berarti "mendatangi tanpa kawan, menang tanpa mengalahkan, sakti tanpa kesaktian dan kaya tanpa kekayaan".
# ''Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan'', yang artinya "jangan sakit hati kala musibah menimpa, jangan susah kala kehilangan".
Baris 67:
# ''Ngunduh Wohing Pakarthi'', yang artinya "siapa yang berbuat pasti akan menerima hasil perbuatannya".
# ''Jer Basuki Mawa Beya'', yang artinya "segala kesuksesan membutuhkan pengorbanan".
# ''Budhi Dayane Manungso Tan Keno Ngluwihi Kodrate Sing Maha Kuwoso'', yang berarti "segala daya upaya manusia tidak akan bisa melebihi ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa".
# ''Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara'', yang secara harfiah berarti "memperindah keindahan dunia serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak pada diri".
# ''Sepiro duwurmu ngudi kawruh, sepiro jeromu ngangsu ngilmu, sepiro akehe guru ngajimu tembe mburine mung arep ketemu marang sejatine awake dewe'', yang berarti "seberapa tinggimu mencari pengetahuan, seberapa dalammu menuntut ilmu, seberapa banyak guru yang mengajarmu, tetap bergantung pada dirimu sendiri".
# ''Sopo sing wus biso nemoake sedulur batine kakang kawah adi ari-ari papat kiblat lima pancer, sejatine wus nemu guru sejatine''.
Baris 76:
# ''Sukeng tyas yen den hita'', yang berarti "suka/bersedia menerima nasihat".
# ''Aja Adigang, Adigung, Adiguna'', yang berarti "jangan sok kuasa, sok besar dan sok sakti".
# ''Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo'', yang berarti "jangan tergoda kemewahan, jangan mudah mendua agar semangat tidak kendur".
# ''Sing Resik Uripe Bakal Mulya'', yang berarti "yang bersih hidupnya akan mulia".
# ''Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Sing Was-was Tiwas'', yang berarti "jangan sok pintar karena akan salah arah, jangan suka berbuat curang karena akan celaka, yang ragu-ragu akan binasa".
Baris 86:
 
== Tingkatan ==
[[Berkas:Sabuk-psht.jpg|jmpl|Sabuk PSHT, dari kiri mori, sabuk putih, sabuk ijo, sabuk jambon, dan sabuk polos]]
[[Berkas:Warga-tingkat-i-psht.jpg|jmpl|Warga PSHT tingkat I memakai sabuk mori]]
=== Siswa ===
==== Siswa Polos ====
Siswa polos atau siswa hitam adalah tingkatan awal pada PSHT, yang ditandai dengan sabuk berwarna hitam. Warna hitam melambangkan kebutaan karena siswa belum mengetahui dengan baik apa itu PSHT.<ref name="sabuk-sh">[https://rachmadwidodosemarang.blogspot.com/2019/04/macam-macam-sabuk-sh-terate-beserta.html Macam-Macam Sabuk SH TERATE Beserta Artinya] diakses 3 Oktober 2019, 0.47 WIB</ref> Pada tingkatan ini siswa diajarkan pengenalan tentang Setia Hati dan Setia Hati Terate, pengenalan gerak, gerakan, beberapa senam dan jurus. Gerak dan gerakan yang diajarkan termasuk senamuntuksenam untuk tangan dan kaki. Sedangkan jurus yang diajarkan pada tingkatan ini adalah 1 hingga 2 pukulan, tendangan dan pertahanan, 30 senam dan 5 sampai 6 jurus.<ref name="tingkat-sh">[http://infoshterate.blogspot.com/2015/05/tingkatan-dalam-persaudaraan-setia-hati.html Tingkatan Dalam Persaudaraan Setia Hati Terate] diakses 3 Oktober 2019, 0.48 WIB</ref>
 
==== Siswa Jambon ====
Siswa Polos yang lulus ujian kenaikan tingkat akan menjadi Siswa Jambon yang ditandai sabuk berwarna merah jambu (merah muda). Warna merah muda melambangkan keragu-raguan. Jambon juga berarti sifat matahari yang terbit atau sifat matahari yang terbenam, yaitu sifat yang mulai mengarah ke suatu kepastian tetapi masih belum sempurna.<ref name="sabuk-sh" /> Pada tingkatan ini siswa diajarkan pemahaman dan pengamalan Ajaran Setia Hati. Dan penambahan kemampuan gerak dan gerakan menjadi 3 hingga 4 pukulan, tendangan dan pertahanan, 45 senam dan 13 jurus.<ref name="tingkat-sh" />
Baris 102:
 
=== Warga ===
Warga atau Pendekar PSHT adalah mereka yang sudah menjalani ujian dan pengesahan. Warga PSHT dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu Warga tingkat I (''satria''), tingkat II (''ngalindra''), dan tingkat III (''pandhita'').<ref>[https://www.shterate.com/kedudukan-insan-setia-hati-satrio-ngalindro-pandito/ Kedudukan Insan Setia Hati (Satrio, Ngalindro, Pandito)] diakses 5 Oktober 2019 8.50 WIB</ref> Warga tingkat I menggunakan sabuk berwarna putih dari [[kain mori]]. Warga tingkat dua dan tiga menggunakan selendang.<ref name="tingkat-sh" />
 
== Tokoh ==
Baris 117:
 
== Pranala luar ==
* [{{Resmi|https://psht.or.id Laman web resmi Persaudaraan Setia Hati Ternate]}}
* [https://pencaksilatindonesia.org/personnel/persaudaraan-setia-hati-terate/ Laman PSHT di situs web resmi IPSI]
 
[[Kategori:Pencak silat]]