Mangai binu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{Sedang ditulis}}
{{Sedang ditulis}}[[Berkas:Divinatory_Skulls;_1Dyke_Bay_and_2Nias_Island_Wellcome_M0012302.jpg|al=|jmpl|Tengkorak dari Nias (kanan) yang dipasangi alat agar mudah dibawa]]'''Mangai binu''' atau '''mangani binu''' adalah tradisi [[Pemburuan kepala|berburu kepala]] oleh [[Suku Nias|orang Nias]] di [[Pulau Nias]], [[Sumatra Utara|Sumatera Utara]]. Tradisi ini awalnya merupakan bentuk penghormatan terhadap leluhur namun di kemudian hari berubah fungsi sebagai penanda status sosial.{{Sfn|Afif|2018|p=175|ps="(...), di Nias juga terdapat tradisi penghormatan terhadap leluhur yang disebut mangani binu atau tradisi memburu kepala."}} Istilah lain seperti ''möi ba danö, mofanö ba danö, mangai hög''ö'', ''atau ''möi emali'' juga digunakan selain ''mangai binu''. Orang yang menjalankan tradisi ini disebut ''emali.''
 
[[Berkas:Divinatory_Skulls;_1Dyke_Bay_and_2Nias_Island_Wellcome_M0012302.jpg|al=|jmpl|Tengkorak dari Nias (kanan) yang dipasangi alat agar mudah dibawa]]
 
{{Sedang ditulis}}[[Berkas:Divinatory_Skulls;_1Dyke_Bay_and_2Nias_Island_Wellcome_M0012302.jpg|al=|jmpl|Tengkorak dari Nias (kanan) yang dipasangi alat agar mudah dibawa]]'''Mangai binu''' atau '''mangani binu''' adalah tradisi [[Pemburuan kepala|berburu kepala]] oleh [[Suku Nias|orang Nias]] di [[Pulau Nias]], [[Sumatra Utara|Sumatera Utara]]. Tradisi ini awalnya merupakan bentuk penghormatan terhadap leluhur namun di kemudian hari berubah fungsi sebagai penanda status sosial.{{Sfn|Afif|2018|p=175|ps="(...), di Nias juga terdapat tradisi penghormatan terhadap leluhur yang disebut mangani binu atau tradisi memburu kepala."}} Istilah lain seperti ''möi ba danö, mofanö ba danö, mangai hög''ö'', ''atau ''möi emali'' juga digunakan selain ''mangai binu''. Orang yang menjalankan tradisi ini disebut ''emali.''
 
== Dekskripsi ==
Baris 7 ⟶ 11:
[[Berkas:Adu Siraha Horö.jpeg|jmpl|Adu Siraha Horö, patung pembersih dosa|pra=Special:FilePath/Adu_Siraha_Horö.jpeg]]
Sebelum melakukan ekspedisi perburuan kepala manusia, para ''emali'' akan meminta perlindungan dari dewa perang melalui perantaraan Adu Siraha Horö agar mendapatkan kepala yang banyak.<ref>{{Cite web|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=1714|title=Adu Siraha Horo|last=|first=|date=|website=Warisan Budaya Takbenda Indonesia|access-date=18 Februari 2020}}</ref> Pedang yang digunakan untuk berburu adalah ''tolögu'' milik bangsawan dari [[Kabupaten Nias Selatan|Nias Selatan]]. Pada sarung pedang tersebut dilengketkan ''ragö,'' yaitu sebuah bola rotan yang dihiasi dengan benda-benda berkekuatan magis. Benda-benda itu dipercaya dapat megalirkan kekuatan dan memberikan kekebalan kepada pemiliknya dan menembus ilmu kebal yang dimiliki oleh lawan. Kemudian, setelah berburu, para emali akan kembali berdoa agar mereka bersih dari dosa akibat perburuan tersebut.<ref>{{Cite web|url=https://regional.kompas.com/read/2017/04/29/19000041/patung.pembersih.dosa.dahulu.dipakai.pemburu.kepala.manusia.di.nias|title=Patung Pembersih Dosa, Dahulu Dipakai Pemburu Kepala Manusia di Nias Halaman all|last=Halawa|first=Hendrik Yanto|date=29 April 2017|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=18 Februari 2020|media=Kompas Cyber Media}}</ref> Para budak, terlebih jika berbuat salah, juga dapat dikorbankan untuk mendapat ''binu''.{{Sfn|Beatty|1992|p=286|ps="The ritual category of binu, the victim of human sacrifice or head-hunting, has sometimes been mistakenly translated as 'slave'. As a rule, only slaves captured or purchased outside the village could be sacrified."}}{{Sfn|Sonjaya|2008|p=132|ps="Sawuyu yang berbuat kesalahan bisa dipenggal untuk bekal kubur tuannya jika meninggal."}}
 
=== Pelaksanaan ===
Para ''emali'' menjelajahi kampung-kampung yang jauh untuk mencari mangsa. Periode saat mereka berburu disebut ''bawa nemali.'' Jika ''mangai binu'' didasarkan balas dendam, maka ''emali'' melakukan tebasan ke tubuh lawan menggunakan ''tolögu'', mulai dari pangkal leher sebelah kiri lalu secara diagonal mengarah ke bagian bawah ketiak sebelah kanan. Tebasan ini menyisakan kepala dan bagian tangan kanan yang masih menyatu. Mereka akan pulang dengan menenteng potongan kepala di bahu sementara tangan kanan korban didekapkan ke dada.<ref name=":2">{{Cite web|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=6821|title=Emali|last=|first=|date=|website=Warisan Budaya Takbenda Indonesia|access-date=17 Februari 2020}}</ref> Terkadang, 'pemesan' ''binu'' menyuruh ''emali'' untuk menangkap lawannya hidup-hidup untuk kemudian dipenggal di atas batu ''awina''. Para emali diberi upah sebesar enam ekor babi berukuran lima ''alisi.{{efn|name=alisi}}''{{Sfn|Sonjaya|2008|p=67b|ps="Bahkan ada binu yang ditangkap hidup-hidup dan baru dipenggal di atas awina dengan disaksikan orang banyak. (...) Harganya sangat mahal, yakni 6 x 5 alisi babi."}}
Baris 15 ⟶ 20:
 
== Latar Belakang ==
 
=== Sejarah ===
Pemerintah [[Hindia Belanda]] melarang tradisi ini bersamaan dengan tradisi tidak beradab lainnya seperti [[perbudakan]] dan [[pengorbanan manusia]] lewat sebuah dekrit yang dikeluarkan pada Desember 1856.{{Sfn|Puccioni|2016|p=52-53|ps="Pada Desember 1856 pemerintah Belanda merasa cukup berkuasa untuk menerapkan hukum. Mereka mengundang para raja untuk menginformasikan dekrit mereka.(...) Perbudakan, pemburuan, dan pengorbanan manusia diancam hukuman mati."}} Namun, dekrit ini kurang efektif karena pemerintahan Belanda atas Nias di saat itu hanya bisa berlaku di daerah pesisir Gunungsitoli yang banyak dihuni orang [[Suku Melayu|Melayu]] dan [[Tionghoa]]. Di daerah pedalaman yang sulit dijangkau, terlebih di Nias bagian selatan, para prajurit lokal selalu mengadakan perlawanan atas kedatangan mereka di pulau.{{Sfn|Puccioni|2016|p=55|ps="Pada tahun-tahun berikutnya, Nias Selatan kembali pada kondisi tahun 1840 karena pemerintah Belanda tidak mampu menegakkan kekuasaan dengan cara apapun."}} Pada penjelajahan [[Elio Modigliani]] di Nias pada tahun 1886, praktik berburu kepala sudah ditinggalkan di Nias bagian utara, meskipun banyak masyarakat yang menjadi korban ''emali'' dari selatan.{{Sfn|Puccioni|2016|p=180|ps="Pada zaman itu juga, masyarakat Nias Utara telah meninggalkan budaya pemburuan manusia, walaupun sering menjadi korban para prajurit Nias Selatan."}}
 
Orang Nias melakukan justifikasi terhadap tradisi ini dengan beranggapan bahwa manusia adalah babi peliharaan Tuhan.{{Sfn|Beatty|1992|p=247|ps="-as well as obsolete practices and ideas such as head-hunting and the notion of men being the pigs of God-"}} Hal ini juga terlihat seperti pada tradisi [[ngayau]] [[Suku Dayak]].{{Sfn|Sonjaya|2008|p=41|ps="Konon, yang tampak di depan orang Dayak, suku buruannya adalah binatang yang sudah selayaknya dipenggal."}}
 
Kebiasaan orang Nias membangun kampung di perbukitan yang susah dijangkau bisa jadi sebagai upaya untuk melindungi dan menghindari diri dari buruan para ''emali''.{{Sfn|Sonjaya|2008|p=53|ps="Tradisi mangani binu (memburu kepala) makin mengukuhkan sikap ini sehingga masing-masing kampung terisolir oleh emali (pemburu kepala).}}
 
=== Di Luar Nias ===
Seribu tahun yang lalu, pedagang [[Bangsa Arab|Arab]] sempat mendarat di Pulau Nias namun segera berlayar setelah mendengar tradisi ini.<ref>{{Cite web|url=https://news.softpedia.com/news/The-Island-of-the-Head-Hunters-64594.shtml|title=The Island of the Head Hunters|last=Anitei|first=Stefan|website=softpedia|language=en|access-date=2020-02-17}}</ref>{{Sfn|Shahriyār|Lith|p=}}
 
[[Sulaiman at-Tajir]] mencatat tradisi ini dalam sebuah [[naskah]] pada tahun 851. Berdasarkan catatan tersebut, ''mangai binu'' dilakukan oleh seorang laki-laki untuk memperoleh kepala yang menjadi syarat untuk menikahi seorang wanita. Banyaknya wanita yang dapat dia nikahi bergantung pada banyaknya kepala yang dia peroleh saat berburu. Hal ini diperkuat oleh catatan [[Muhammad al-Idrisi|Edrisi]] pada tahun 1154.{{Sfn|Schröder|1917|p=}} Tradisi ini juga menimbulkan anggapan keliru terhadap beberapa penulis Arab lainnya bahwa suku Nias adalah [[Kanibalisme|kanibal]].{{Sfn|Schröder|1917|p=0|ps=Rasid Ad-Din}}{{Sfn|Schröder|1917|p=00|ps=Ibn Al-Wardi}} Faktanya, tidak pernah terjadi kanibalisme akibat tradisi ''mangai binu''.<ref>{{Cite journal|last=Hämmerle|first=Johannes M.|date=2013|title=150 Years of Ethnological Interpretation and Misinterpretation on the Example of Nias, Indonesia|url=http://www.jstor.org/stable/23510271|journal=Anthropos|volume=108|issue=1|pages=173–204|issn=0257-9774}}</ref>
[[Sulaiman at-Tajir]] mencatat tradisi ini dalam manuskripnya pada tahun 851.
 
{{Rquote|right|Ketika salah seorang dari mereka ingin menikah, dia hanya dapat melakukannya jika dia memiliki tengkorak seorang laki-laki dari antara musuh-musuhnya. Jika dia membunuh dua musuh, dia menikahi dua [wanita]; jika dia telah membunuh dua musuh, dia menikahi dua wanita; jika dia telah membunuh lima puluh musuh, dia menikahi lima puluh wanita [sukunya] untuk lima puluh tengkorak [musuh].|[[Sulaiman at-Tajir]]|Voyage du marchand arabe Sulaymân en Inde et en Chine, rédigé en 851, suivi de remarques par Abû Zayd Hasan (vers 916){{Sfn|Sirafi|Sulayman|p=34}}}}
 
== Fungsi==
 
=== Pelayan roh ===
Kepala manusia biasanya dimintakan oleh seorang ayah kepada putra sulungnya untuk disertakan ke dalam kubur sebagai pelayannya.{{Sfn|Beatty|1992|p=43|ps="(..) were in the care of the eldest son. It was usually he who was instructed by the dying father to obtain human heads for the funeral ceremony."}}{{Sfn|Beatty|1992|p=230|ps="(...), a head might be taken for a funeral ovasa at which a stone was erected by the deceased man's successor."}}
 
=== Status sosial ===
Jumlah ''binu'' yang diperoleh oleh seseorang akan menentukan [[status sosial]] seorang lelaki. Terlebih jika dia ingin meminang seorang wanita, dia harus menunjukkan kepala buruannya kepada keluarga calon istri. Keberhasilannya mendapatkan ''binu'' akan dikaitkan dengan keberhasilan orang tua dan leluhurnya dalam membesarkan dia. Hal ini menjadikan tradisi ini ajang peningkatan status sosial diri sendiri dan keluarga.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://www.liputan6.com/lifestyle/read/2508078/kisah-emali-pemburu-kepala-manusia-untuk-teman-di-alam-kubur|title=Kisah Emali, Pemburu Kepala Manusia untuk Teman di Alam Kubur|last=Liputan6.com|date=2016-05-27|website=liputan6.com|language=id|access-date=2020-02-17}}</ref>
 
=== Fondasi bangunan ===
''Binu'' juga digunakan untuk mendirikan batu ''[[Fahombo|hombo]].'' Dipercaya bahwa fondasi dengan ''binu'' dan tubuh seorang anak kecil, tumpukan batu akan berdiri kokoh. ''Binu'' juga digunakan dalam pembangunan [[Omo Sebua|''omo sebua'']].<ref name=":0" />
 
== Peningalan ==
Kedatangan para [[misionaris]] Nias [[Fangesa Sebua|menyadarkan]] masyarakat untuk tidak lagi melanjutkan tradisi ini. Namun, pemenggalan kepala dengan motif perebutan [[harga diri]] masih terjadi.{{Sfn|Afif|2018|p=183c|ps="(...), pemenggalan kepala saat ini lebih banyak disebabkan oleh pertikaian dalam mempertahankan harga diri."}} Sonjaya dalam bukunya ''Melacak batu menguak mitos'' menceritakan bahwa dia masih mendengar berita pembunuhan dengan kepala korban dibelah di Gomo hingga tahun 2008.{{Citation-needed}} Ketakutan akan ''emali'' di zaman dulu juga menyisakan kebiasaan pada beberapa penduduk. Beberapa keluarga melarang anak-anak kecil bermain di luar rumah pada malam hari dan beberapa pemuda Nias selalu membawa senjata tajam ketika keluar rumah di malam hari sebagai bentuk kewaspadaan.{{Sfn|Afif|2018|p=183b|ps="Hal ini juga bisa dilihat dari cara para lelaki dewasa di Nias ketika akan berpergian di malam hari. Mereka selalu membawa senjata tajam untuk jaga diri."}}<ref>{{Cite journal|last=Laiya|first=Juang Solala|date=2017/12|title=Discourse Analysis on the Representation of Poverty in Southern Nias Culture|url=https://www.atlantis-press.com/proceedings/icosop-17/25892140|language=en|publisher=Atlantis Press|doi=10.2991/icosop-17.2018.87|isbn=978-94-6252-477-4}}</ref>
 
Beberapa tengkorak dari Nias dikumpulkan oleh para penjelajah [[Eropa]] seperti [[Elio Modigliani]] dan menjadi koleksi museum.{{Sfn|Puccioni|2016|p=29|ps="Ia juga memboyong 26 tengkorak manusia, kenang-kenangan yang dibelinya dari pemburu kepala, yang saat itu dipandang sebagai benda yang sangat berharga bagi Museum Nasional Antropologi dan Etnografi di Florence."}}
Baris 55:
== Adu Mbinu ==
[[Berkas:Adu Mbinu.jpeg|jmpl|Rupa ''adu mbinu''|pra=Special:FilePath/Adu_Mbinu.jpeg]]
Orang Nias memahat patung berbentuk ''binu'' guna menghormati arwah para korban buruan. Patung ini disebut ''adu mbinu''. ''Adu'' berarti patung dan ''mbinu'' adalah bentuk mutasi dari kata ''binu.''{{Sfnefn|Brown|2005|p=567|psname=mutasi}}
 
== Catatan==
=== Catatan kaki ===
{{notes
|notes={{efn
| name =alisi
| Alisi adalah satuan tradisional ukuran babi dengan mengukur lingkar dadanya. Alat ukurnya adalah daun kelapa.
}}
{{efn
| name =mutasi
| Mutasi inisial terjadi pada kata benda yang berawalan konsonan tertentu. Lebih lengkapnya dapat dibaca di buku ''The Austronesian Languages of Asia and Madagascar''{{Sfn|Brown|2005|p=567|ps=}}.
}}}}
 
Baris 70 ⟶ 75:
{{Refbegin}}
 
*{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/1052585661|title=Dari Melayu menjadi Indonesia|last=Afif|first=Afthonul|date=Maret 2018|publisher=BASABASI|isbn=978-602-6651-90-7|editor-last=Afif|editor-first=Afthonul|edition=1|location=Bantul, Yogyakarta|pages=|oclc=1052585661|ref={{sfnref|Afif|2018}}|author-link=|editor-last2=Marsanto|editor-first2=Khidir|editor-last3=Solihin|editor-first3=Lukman|url-status=live}}
 
*{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/24373886682905651|title=SocietyLegitimasi andkekuasaan exchangepada inbudaya Nias : paduan penelitian arkeologi dan antropologi|last=BeattyWiradnyana|first=AndrewKetut|date=19922010|publisher=OxfordYayasan UniversityPustaka PressObor Indonesia|isbn=0978-19979-827865461-9763-2|locationedition=Oxford1|pageslocation=Jakarta|languagepages=en|oclc=24373886682905651|ref={{sfnref|BeattyWiradnyana|19922010}}|author-link=|url-status=live}}
 
*{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/682905651|title=LegitimasiThe kekuasaanReligious padaSystem budayaand NiasCulture :of paduanNias, penelitian arkeologi dan antropologiIndonesia|last=WiradnyanaSuzuki|first=KetutPeter|date=20101959|publisher=Yayasan Pustaka Obor IndonesiaExcelsior|isbn=978-979-461-763-2|edition=1|location=JakartaGravenhage|pages=|oclclanguage=682905651en|ref={{sfnref|WiradnyanaSuzuki|20101959}}|author-link=|url-status=live}}
 
*{{Cite book|title=TheMelacak Religiousbatu, Systemmenguak andmitos Culture: ofpetualangan Nias,antarbudaya Indonesiadi Nias|last=SuzukiSonjaya|first=PeterJajang A|date=19592008|publisher=ExcelsiorPenerbit Kanisius|isbn=9789792118155|location=GravenhageYogyakarta|pages=|language=en|ref={{sfnref|SuzukiSonjaya|19592008}}|author-link=|url-status=live}}
 
*{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/24373886|title=MelacakSociety batu,and menguakexchange mitos : petualangan antarbudaya diin Nias|last=SonjayaBeatty|first=Jajang AAndrew|date=20081992|publisher=PenerbitOxford KanisiusUniversity Press|isbn=97897921181550-19-827865-9|location=YogyakartaOxford|pages=|language=en|oclc=24373886|ref={{sfnref|SonjayaBeatty|20081992}}|author-link=|url-status=live}}
 
*{{citeCite book|last=Brown|first=Lea|year=2005|chapter=Nias|editor1=Adelaar|editor-first=Alexander|editor2=Himmelmann|editor-first2=Nikolaus P.|chapter-url=https://books.google.de/books?id=BAShwSYLbUYC&pg=PA562|url-status=live|title=The Austronesian Languages of Asia and Madagascar|location=London|pages=|date=|publisher=Routledge|ISBN=0-7007-1286-0|ref={{sfnref|Brown|2005}}}}
{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/24373886|title=Society and exchange in Nias|last=Beatty|first=Andrew|date=1992|publisher=Oxford University Press|isbn=0-19-827865-9|location=Oxford|pages=|language=en|oclc=24373886|ref={{sfnref|Beatty|1992}}|author-link=|url-status=live}}
 
*{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/726621747|title=666 misteri paling heboh Indonesia & dunia.|last=Horor|first=Tim Pustaka|date=2011|publisher=Cmedia|others=CMedia (Publisher)|isbn=978-602-8596-29-9|editor-last=Irsa|editor-first=M.|edition=1|location=Jagakarsa, Jakarta|pages=|oclc=726621747|ref={{sfnref|Horor|2011}}|url-status=live}}
{{cite book|last=Brown|first=Lea|year=2005|chapter=Nias|editor1=Adelaar|editor-first=Alexander|editor2=Himmelmann|editor-first2=Nikolaus P.|chapter-url=https://books.google.de/books?id=BAShwSYLbUYC&pg=PA562|url-status=live|title=The Austronesian Languages of Asia and Madagascar|location=London|pages=|date=|publisher=Routledge|ISBN=0-7007-1286-0|ref={{sfnref|Brown|2005}}}}
 
*{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/726621747990262521|title=666Tanah misteripara palingpendekar heboh: Indonesiapetualangan &Elio dunia.Modigliani di Nias Selatan tahun 1886|last=HororPuccioni|first=Tim PustakaVanni|date=20112016|publisher=CmediaPT Gramedia Pustaka Utama|others=CMedia (Publisher)|isbn=978-602-859603-293164-95|editor-last=IrsaPermanasari|editor-first=M.Irna|edition=1Terbitan pertama|location=Jagakarsa, Jakarta|pages=|oclc=726621747990262521|ref={{sfnrefrefsfn|HororPuccioni|20112016}}|editor-last2=Nindy|editor-first2=A.|url-status=live}}
 
*{{Cite book|url=https://wwwdigital-beta.worldcatstaatsbibliothek-berlin.orgde/oclc/990262521werkansicht?PPN=PPN61776655X&PHYSID=PHYS_0027&view=fulltext-endless|title=TanahUn paraViaggio pendekar : petualangan Elio Modigliani diA Nias Selatan tahun 1886|last=PuccioniModigliani|first=VanniElio|date=20161980|publisher=PTFratelli Gramedia Pustaka Utama|others=Treves|isbn=978-602-03-3164-5|editor-last=Permanasari|editor-first=Irna|edition=Terbitan pertama|location=JakartaMilan|pages=|oclclanguage=990262521it|ref={{refsfnsfnref|PuccioniModigliani|20161980}}|editorauthor-last2link=Nindy|editor-first2=A.Elio Modigliani|url-status=live}}
 
*{{Cite book|url=httpshttp://digital-betaarchive.staatsbibliothek-berlin.deorg/werkansicht?PPN=PPN61776655X&PHYSID=PHYS_0027&view=fulltext-endlessdetails/voyagedumarchand00sirauoft|title=UnVoyage Viaggiodu Amarchand Niasarabe Sulaymân en Inde et en Chine, rédigé en 851, suivi de remarques par Abû Zayd Hasan (vers 916)|last=ModiglianiSirafi|first=ElioAbu Zayd Hasan ibn Yazid|last2=Sulayman|first2=the merchant|last3=Ferrand|first3=Gabriel|date=19801922|publisher=FratelliParis TrevesÉditions Bossard|others=Robarts - University of Toronto|isbn=|location=Milan|pages=|language=itfr|ref={{sfnref|ModiglianiSirafi|1980Sulayman}}|author-link=Elio Modigliani|url-status=live}}
 
*{{Cite book|url=http://archive.org/details/voyagedumarchand00sirauoftkitabajayibalhin00buzu|title=VoyageKitāb duʻajāyib marchand arabe Sulaymân en Inde et en Chine, rédigé en 851, suivi de remarques par Abû Zayd Hasan (vers 916)al-Hind|last=SirafiShahriyār|first=AbuBuzurg Zayd Hasan ibn Yazidbin|last2=SulaymanLith|first2=theP. merchantA. van der (Pieter Antonie)|last3=FerrandDevic|first3=GabrielL. Marcel|date=19221883|publisher=ParisLeide Éditions: BossardBrill|others=Robarts - UniversityGetty ofResearch TorontoInstitute|isbn=|location=|pages=|language=fr|ref={{sfnref|SirafiShahriyār|SulaymanLith}}|url-status=live}}
 
*{{Cite book|url=http://archive.org/details/kitabajayibalhin00buzu|title=KitābFamareso ʻajāyibngawalö al-Hind|last=Shahriyār|first=Buzurghuku bin|last2=Lith|first2=P.föna A.awö vangowe dernifasindro (Pietermegalithkultur) ba danö Antonie)Nias|last3last=DevicThomsen|first3first=LM. MarcelG. T.|date=18831976|publisher=LeideBanua :Niha Brill|others=GettyKeriso ResearchProtestan Institute(BNKP)|isbn=|location=Gunungsitoli|pages=|language=frnia|ref={{sfnref|ShahriyārThomsen|Lith1976}}|url-status=live}}
 
*{{Cite book|url=http://archive.org/details/niasethnographis1191schr|title=FamaresoNias. ngawalö: hukuEthnographische, fönageographische awöen gowehistorische nifasindroaanteekeningen (megalithkultur)en ba danö Niasstudiën|last=ThomsenSchröder|first=M.Engelbertus G.Eliza T.Willem Gerards|date=19761917|publisher=BanuaLeiden : N.v. boekhandel en drukkerij voorheen E.J. Brill|others=Phillips Library at NihaThe KerisoPeabody ProtestanEssex (BNKP)Museum|isbn=|location=Gunungsitoli|pages=|language=nianl|ref={{sfnref|ThomsenSchröder|19761917}}|url-status=live}}
 
[[Kategori:Nias]]