Judah P. Benjamin: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kalahening (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Kalahening (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 9:
Seiring dengan berjalannya waktu, pekerjaan mengajar bahasa yang dilakukan Benjamin untuk Natalie telah berkambang ke hubungan romansa yang tak pernah diduga sebelumnya.<ref name="ref2" /> Kedua menikah pada 12 Februari 1833 ketika usia Benjamin 21 tahun dan Natalie 16 tahun.<ref name="ref2" /> Sebagai syarat pernikahan yang diajukan keluarga Natalie, anak-anak mereka yang nanti akan lahir harus dibesarkan dengan ajaran Katolik. Benjamin menyetujuinya.<ref name="ref2" /> Pada tahun 1843, Natalie melahirkan anak pertama mereka dan satu-satunya.<ref name="ref2" /> Anak tersebut berjenis kelamin perempuan dan diberi nama Ninette.<ref name="ref2" /> Benjamin dan Natalie tidak pernah diberitakan bercerai, meskipun begitu keduanya tidak tinggal bersama lagi.<ref name="ref2" /> Beberapa tahun kemudian, Natalie pindah ke Paris dan membawa serta putri mereka.<ref name="ref2" />
== Karier Politik ==
Pada bulan Maret 1861, Benjamin diangkat menjadi Jaksa Agung dan bertugas di Senat Negara Konfederasi Amerika oleh Presiden Konfederasi Jefferson Davis. Terpilihnya Benjamin sebagai anggota Senat menjadikannya sebagai orang Yahudi yang pernah bertugas di kabinet Amerika. Jefferson Davis bahkan sering menyembut Benjamin sebagai "otak Konfedarsi". Pada tahun yang sama, Davis memberikan Benjamin promosi jabatan sebagai sekretaris perang dan meminta Benjamin untuk mengisi posisi tersebut.
Sekretaris Jefferson Davis
Benjamin mengundurkan diri dari posisi tersebut setelah kegagalan Konfederasi di medan perang dan memicu kemarahan publik, khususnya ketika bala bantuan tidak pernah tiba di pertempuran Pulau Roanoke. Meski demikian, ia diangkat menjadi sekretaris negara dan bekerja mendampingi Jefforson Davis selama 12 jam sehari. Ia bertugas di posisi tersebut selama sisa perang.
Pidato Kontroversial
Pada tanggal 9 Februari 1865, dua bulan sebelum pasukan Konfederasi menyerah, Benjamin memberikan pidato paling kontroversial sepanjang karir politiknya. Pada pidato tersebut, Benjamin mengatakan agar Konfederasi mempersenjatai budak mereka dan menjadikan mereka sebagai tentara untuk berperang dalam Perang Saudara dengan Amerika Serikat. Pidato tersebut disampaikan dihadapan 10.000 orang di kota Richmond. Benjamin juga menjanjikan kebebasan kepada para budak jika ikut berperang. Benjamin menegaskan bahwa orang-orang Selatan (Konfederasi) berperang untuk berjuang memperoleh kemerdekaan (melepaskan diri) dari Utara (Amerika Serikat). Namun para budak, jika ikut berperang, akan berjuang untuk memperoleh dua kebebasan; kebebasan dirinya sendiri dari perbudakan dan kemerdekaan Selatan dari Utara.
Pidato Benjamin ini dianggap kontroversial karena dianggap penghinaan oleh para aktivis pembela perbudakan. Meski demikian, rencana tersebut tetap oleh Kongres Konfederasi. Namun pada bulan Maret 1865, tidak ada satu pun budak yang berperang untuk Konfederasi.
Kehidupan di Luar Negeri setelah Perang Sipil
Khawatir bahwa ia akan digantung sebagai pengkhianat, Benjamin melarikan diri dari Amerika Serikat pada hari-hari terakhir Perang Sipil. Dia tiba di Inggris, di mana, hampir setahun setelah penutupan perang, dia diterima di bar Inggris pada Juni 1866. Dia tidak akan pernah kembali ke Amerika Serikat. Selama 18 tahun terakhir hidupnya, Benjamin berpraktik sebagai pengacara yang sukses, akhirnya meraih peringkat tertinggi dalam profesi hukum Inggris - yaitu Queen's Counsel.
Begitu benci bagi Benjamin untuk menulis biografinya sehingga ia membakar semua artefak dan kertas pribadinya sebelum kematiannya. Akibatnya, sejarawan mengalami kesulitan dalam merekonstruksi hidupnya.
Benjamin meninggal di Paris pada 6 Mei 1884 pada usia 72. Ia dimakamkan di pemakaman Paris dengan nisan sederhana, hanya membaca "Phillipe Benjamin." Pada tahun 1936, Putri-Putri Persatuan Konfederasi mendirikan sebuah monumen di kuburannya.
== Refernsi ==
|