Masjid Tua Patimburak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 20:
}}
 
'''Masjid tua Patimburak''' adalah sebuah [[masjid]] tua bersejarah dan terletak di [[Kokas, Fakfak|Distrik Kokas]], [[Fakfak]], [[Papua Barat]]. Masjid ini merupakan salah satu peninggalan sejarah [[Islam]] di Papua dan menjadi sebagai salah satu pusat [[agama Islam]] di [[Kabupaten Fakfak]].
 
== Sejarah ==
Masyarakat setempat mengenal [[masjid]] ini sebagai Masjid Tua [[Patimburak]]. Menurut catatan sejarah, [[masjid]] ini telah berdiri lebih dari 200 tahun yang lalu, bahkan merupakan [[masjid]] tertua di [[Kabupaten Fakfak]]. Bangunan yang masih berdiri kokoh dan berfungsi hingga saat ini dibangun pada tahun [[1870]], seorang imam bernama [[Abuhari Kilian]].
 
Pada masa penjajahan, [[masjid]] ini bahkan pernah diterjang bom tentara [[Penjajahan Jepang|Jepang]]. Hingga kini, kejadian tersebut menyisakan lubang bekas peluru di pilar [[masjid]].
 
Menurut [[Musa Heremba]], penyebaran Islam di [[Kokas, Fakfak|Kokas]] tak lepas dari pengaruh Kekuasaan [[Sultan Tidore]] di wilayah [[Papua]]. Pada abad XV, [[Kesultanan Tidore]] mulai mengenal [[Islam]]. [[Sultan Ciliaci]] adalah sultan pertama yang memeluk agama [[Islam]]. Sejak itulah sedikit demi sedikit agama [[Islam]] mulai berkembang di daerah kekuasaan [[Kesultanan Tidore]] termasuk [[Kokas, Fakfak|Kokas]].
 
== Kondisi masjidMasjid ==
Aura tradisional muncul saat menyambangi lokasi masjid tua ini. Di kampung yang dihuni tak lebih dari 35 kepala keluarga tersebut didapati suasana kesederhanaan yang menyatu dari bangunan [[masjid]] dan kehidupan masyarakatnya.
 
Sekilas bangunan [[masjid]] seluas tidak lebih dari 100 meter persegi ini tampak biasa. Namun coba perhatikan lebih saksama. [[Masjid]] ini memiliki keunikan pada arsitekturnya, yaitu perpaduan bentuk [[masjid]] dan [[gereja]]. [[Musa Heremba]], imam [[Masjid Patimburak]] mengaku bangunan [[masjid]] ini telah mengalami beberapa kali renovasi. Meski mempertahankan bentuk aslinya, namun material asli yang belum diganti adalah empat buah pilar penyangga yang terdapat di dalam [[masjid.]]
 
Di pelataran [[masjid]], sebuah pohon [[mangga]] kokoh berdiri. Namun, bukan sembarang pohon [[mangga]]. Dari ukuran batangnya, bisa dipastikan usia pohon raksasa ini tak terpaut jauh dengan usia [[masjid]]. Syahdan, perlu empat rentang tangan orang dewasa untuk merengkuh keseluruhan batang pohon ini.
 
[[Masjid Patimburak]] memiliki arsitektur yang dipengaruhi arsitektur [[Belanda]] dan [[Jawa]] yang sangat kental, hal ini dapat dilihat pada kubah masjid yang menyerupai model atap [[gereja]]-[[gereja]] di [[Eropa]], ventilasi [[masjid]] juga berbentuk lingkaran, dan kayu di dinding [[masjid]] seperti bangunan kolonial[[kolonia]]<nowiki/>l. Di dalam [[masjid]] juga terdapat empat buah tiang penyangga yang diprediksikan telah berusia lebih dari satu abad yang tentunya tidak terlepas dari pengaruh ajaran [[Islam]]. Adapun bangunan yang khas berbetuk segi enam melambangkan rukun iman dalam kepercayaan [[Islam]] sebagai pondasi dalam beragama, sedangkan atas kubahnya berbentuk segi delapan yang melambangkan delapan arah mata angin, dimana mata angin barat ditandai dengan [[mihrab]] sebagai kiblat salat dalam ajaran [[agama Islam]].
 
Masjid Patimburak di [[Distrik Kokas]] [[Kabupaten Fakfak]] ini juga dibangun oleh masyarakat setempat secara gotong royong, masjid ini selain mendapat julukan masid tertua di tanah Papua juga menjadi wujud filosofi "[[Satu tungku tiga batu]]" yang merupakan sebuah konsep toleransi antar umat beragama di [[Kabupaten Fakfak]] [[Papua barat]]. Adapun filosofi tiga batu menjadi lambang tiga agama besar di [[Kabupaten Fakfak]] yang hidup berdampingan yakni, [[Islam]], [[Protesta|Kristen Protestan]], dan [[Katolik]]. Ketiga batu tersebut menjadi tungku dan diletakkan secara melingkar dan berjarak. Ketiganya harus seimbang untuk menopang kehidupan dalam keluarga yang diibaratkan sebuah periuk.