Desa Adat Matabesi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor mengosongkan halaman [ * ] |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 1:
'''Kampung Adat Matabesi''' merupakan salah satu desa yang terletak di [[Kabupaten Belu]], Atambua, [[Nusa Tenggara Timur]]<ref>{{Cite web|url=https://travel.tribunnews.com/2017/03/07/kampung-adat-metabesi-melihat-makam-meo-lau-saberu-hingga-tempat-jatuhnya-bom-belanda-di-atambua|title=Kampung Adat Metabesi - Melihat Makam Meo Lau Saberu hingga Tempat Jatuhnya Bom Belanda di Atambua|website=Tribun Travel|language=id-ID|access-date=2019-08-22}}</ref>. Terdapat 12 suku yang menetap di kampung adat Matabesi. Suku-suku itu diantaranya adalah Uma Isberan atau Uma Kakaluk sebagai pusat atau induk dari keduabelas suku, Uma Bot, Uma Bei Hale uma bot, Uma Bei Hale kiik, Uma Bei Bere, Uma Matabesi kiik, Uma Ba'a, Uma Mahein Lulik, Uma Meo, Uma Manehat, Uma Mane Ikun dan Uma Lokes. Masing-masing suku memiliki rumah adat. Enam rumah adat dari masing-masing suku dapat dilihat secara fisik. Sementara enam rumah suku yang tersisa, telah diupayakan oleh pemerintah setempat untuk dibangun kembali.
Kampung adat Matabesi merupakan salah satu destinasi wisata berbasis budaya yang terdekat di kabupaten Belu (2 kilo meter jauhnya dari pusat pemerintahan daerah). Suku Matabesi adalah satu suku yang memegang peran penting dalam struktur adat kerajaan atau ke-Nai-an Lidak (1/3 wilayah Kabupaten Belu). Bila dianalogikan suku Matabesi adalah perdana menterinya kerajaan Lidak di masa itu.
Baris 19:
3. Nai Bei Luan
Melalui persinggahan pertama di '''Larantuka Baboe,''' ketiga leluhur ini berurutan bergerak menuju '''Mutis Ornai''' (TTU), '''Weto Maubesi''' (Timor Leste), kembali ke '''Malaka''' dan melanjutkan ke '''Suai''' (Timor Leste) kembali lagi ke '''Wesei Wehali''' (Belu-Malaka), dan bermigrasi terus sampai berlabu di '''Lakaan-Lahurus''' (Belu). Dari Lakaan, mereka bergerak terus menuju '''Toro''' (Atambua Barat). Di Toro inilah mereka bertemu dengan 2 Suku Besar dan tertua yakni suku '''Lawalu''' dan '''Makluli Fahi.'''
Oleh mandat kedua suku besar tersebut '''Suku Matabesi''' diberikan ulayat dengan predikat ''Makerek Badaen'' beserta 3 bukit batu suci yakni '''Sumeta, Ro’o Fau''' dan '''Kaku’a''' sebagai benteng mulia (''Batak bot Tolu-Tuik Bot Tolu'') yang selanjutnya akan menjadi ''Manaran'' bukti eksistensi Suku Matabesi sebagai '''Mauk Mai Tan – Mauk Tur Hein''' (Pendatang masa lalu-Pemilik/Tuan Tanah). Ketiga Bukit Batu tersebut akan menjadi Manaran yang berperan sebagai '''Foho''' atau '''Wadah Suci''' untuk Sang Pencipta.
Baris 33:
1. Nai Luli Waik -Nai Manas Waik (sebagai gelar Sang Pencipta Alam Semesta)
2. Lolo liman la to’o - Bi’i ain la dais (sebagai gelar Sang Pencipta Alam Semesta)
3. Iha fulan fohon - iha fitun fohon (sebagai gelar Sang Pencipta Alam Semesta)
|