Festival Nasional Reog Ponorogo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 55:
Ponorogo merupakan Kota Reog, karena berdasarkan pada sejarah Reog memang lahir dari kota ini. Ponorogo merupakan salah satu ikon wisata Jawa Timur.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=r438CQAAQBAJ&pg=PA85&dq=festival+ponorogo&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiZ3OrD1oPYAhUXTo8KHW8vBCUQ6AEIJzAA#v=onepage&q=festival%20ponorogo&f=false|title=FESTIVAL WAUW!: Aneh, Unik, Fantastik, dan Kontroversial|last=Andriansyah|date=2012|publisher=Pacu Minat Baca|isbn=9789790142008|language=id}}</ref> Reog sering diidentikkan dengan dunia hitam yang dalam artian berkaitan erat dengan sifat jagoan, dan juga dunia misti supranatural.<ref>{{Cite web|url=http://blog.ugm.ac.id/2010/11/04/tradisi-festival-reog-tahunan-yang-di-adakan-di-kabupaten-ponorogo/|title=Tradisi Festival Reog tahunan yang di adakan di Kabupaten Ponorogo {{!}} Blog.ugm.ac.id|date=4 November 2010|website=blog.ugm.ac.id|language=id|access-date=12 Desember 2017}}</ref> Satu grup Reog biasanya terdiri atas seorang [[Warok]] tua, beberapa Warok muda, Pembarong, penari [[Bujang Ganong]], dan Prabu [[Klono Sewandono]]. Di seluruh daerah Ponorogo memiliki banyak grup Reog, bahkan bisa dikatakan minimal satu desa memiliki 1 kelompok [[kesenian]] Reog. Sehingga kurang lebih 300-an grup Reog dimiliki oleh Kabupaten Ponorogo.<ref name=":0" />
 
Para pembarong mempertontonkan keperkasaan dalam mengangkat [[dadak merak]], yaitu topeng raksasa yang memiliki berat hingga 50 kilogram dengan disangga menggunakan kekuatan gigi saja. Alat-alat musik yang dimainkan dalam pertunjukan Reog mampu menghadirkan suasana [[mistis]] dan eksotis, namun membangkitkan semangat orang yang melihat maupun para pemainnya.<ref name=":0" /> Banyak anggapan dalam pertunjukan Reog kekuatan [[gaib]] selalu menyertai, utamanya bagi pembarong untuk bisa menambah kekuatan dalam menyangga topeng dadak merak dengan gigi saja. Para pembarong pun beranggapan bahwa seorang pembarong membutuhkan [[wahyu]] untuk bisa kuat menjadi seorang pembarong, karena tubuh dan gigi yang kuat saja tidaklah cukup. Tanpa diberkati wahyu, tarian yang ditampilkan seorang pembarong tidak akan tampak luwes dan enak untuk ditonton. Namun demikian, persepsi mistis pembarong kini digeser dan lebih banyak dilakukan dengan pendekatan rasional. Seorang sesepuh Reog, Mbah Wo Kucing mengatakan bahwa: “Reog itu nggak perlu ''ndadi''. Kalau ''ndadi'' itu ya namanya bukan Reog, itu [[Jathil|Jathilan]]an. Dalam Reog, yang diperlukan keindahannya”.
 
Reog merupakan hasil kreasi manusia dengan adanya aliran kepercayaan yang dilestarikan secara baik secara turun temurun.