Sarekat Islam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
 
== Sejarah ==
Organisasi Serikat Islam pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh R.M. Tirtoadisuryo pada tahun 1909 dengan tujuan untuk melindungi hak-hak pedagang pribumi Muslim dari monopoli dagang yang dilakukan untuk pedagang-pedagang besar Tionghoa.
Sarekat Dagang Islam berdiri pada 16 Oktober 1905{{fact}} sebagai wadah persatuan pada pedagang pribumi Muslim. Awal gerakan ini dimulai di Solo dan dimotori oleh seorang saudagar Muslim di Surakarta, H Samanhudi{{fact}}. SDI pada awalnya diarahkan untuk melawan dominasi Cina yang menguasai dunia perdagangan dan mengancam eksistensi para pedagang pribumi.
 
Kemudian tahun 1911 di kota Solo oleh Haji Samanhudi didirikan organisasi dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI). Tujuan perkumpulan ini adalah untuk menghimpun para pedagang Islam agar dapat bersaing dengan para pedagang asing seperti pedagang Tionghoa, India dan Arab. Mengapa demikian? Karena pada saat itu pedagang-pedagang tersebut lebih maju usahanya daripada pedagang Indonesia dan keadaan itu sengaja diciptakan oleh Belanda. Adanya perubahan sosial menimbulkan kesadaran kaum pribumi. Sebagai ikatan solidaritas dan lambang kelompok, perlu ada ideologi gerakan. Tentu Anda ingin tau kira-kira apa corak organisasi SDI ini?
Anggaran Dasar SDI, sebagaimana tercatat dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, bertujuan untuk berikhtiar meingkatkan persaudaraan di antara anggota dan tolong menolong di kalangan kaum Muslimin, berusaha meningkatkan derajat kemakmuran dan kebebasan negeri. Pusat perhatian organisasi ini adalah menyelamatkan ekonomi pribumi dari dominasi pedagang-pedagang China. Organisasi ini meluas sampai ke lapisan masyarakat bawah{{fact}}. Alasan masuknya kaum bawah ke SDI adalah agar mereka dapat mendapatkan harga murah di pasaran ataut dapat memuat barangnya ke pasar karena orang-orang non anggota SI sering ditolak masuk menggunakan kereta api yang disewa oleh SDI{{fact}}. Oleh karena anggotanya membangkak dan dianggap mengancam kekuasaan koloni, kemudian oleh pemerintah [[Hindia Belanda]] menganggapnya sebagai organisasi yang mengancam stabilitas sehingga dibekukan pada Agustus 1912.
 
SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh dan akhirnya pada tahun 1912 oleh pimpinannya yang baru yaitu Haji Omar Said Cokroaminoto namanya diubah menjadi Sarekat Islam. Apa alasan pengubahan nama tersebut? Hal ini dilakukan agar organisasi ini tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam bidang lain seperti politik. Walaupun dalam anggaran dasarnya tidak terlihat adanya unsur politik, tapi dalam kegiatannya SI menaruh perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Artinya SI memiliki jumlah anggota yang banyak sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda.
Pada akhir Agustus 1912 pembekuan SDI dicabut karena tidak cukupnya bukti. Setelah itu dilakukan perubahan pada tubuh SDI sebagai aset umat dalam rangka menyikapi perkembangan yang terjadi di tanah air. Perkembangan tersebut tak jauh dari munculnya pemikiran-pemikiran baru seperti [[Sosialisme]], [[Pan Islamisme]] dan [[Komunisme]] yang hadir baik dari Mahasiswa yang baru datang dari [[Belanda]] atau jebolan pesantren di [[Mekkah]], [[Arab Saudi]]. Penyebar ideologi "impor" tersebut juga berasal dari kaum [[Eropa]] sendiri yang datang ke [[Hindia Belanda]]. Muncullnya pemimpin baru, Haji Oemar Said Tjokroaminoto membuat SDI berubah menjadi SI atau Serikat Indonesia.Hal ini menjadikan SI sebagai salah satu organisasi yang bisa masuk ke kancah politik di [[Hindia Belanda]]. Tercatat H Samanhudi sebagai ketua dan HOS Tjokroaminoto sebagai komisaris. Anggaran Dasar disahkan dengan akta notaris di Surabaya pada 10 September 1912. Sayang sekali, para pemimpin ini terkadang masih menggunakan gaya-gaya feodal seperti yang di ceritakan oleh [[Pramoedya Ananta Toer]].
 
Tujuan SI mencapai kemajuan rakyat yang nyata dengan jalan persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong diantara muslim. Tujuan utama SI 1913 adalah engembangkan perekonomian. Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan. SI berkembang pesat, pada waktu diajukan sebagai Badan Hukum, Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Dengan perubahan waktu akhirnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917. SI akhirnya mengalami perkembangan yang lebih pesat dibandingkan Budi Utomo dan mulai disusupi aliran Revolusioner Sosialis, mengapa begitu? Karena SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk masyarakat Jawa dan Madura saja.
Sejak berdirinya, tercatat sejumlah advokasi yang dilakukan oleh SI. Organisasi ini kemudian menjadi salah satu tolak ukur kekuatan pergerakan di Indonesia{{fact}}. Pemerintah yang tak ingin direpotkan membuat cabang SI yang muncul bagai jamur memiliki kekuatan otonomi sehingga pusat SI tidak bisa mengintimidasi cabang guna melakukan protes secara nasional.
 
SI sebagai organisasi besar akhirnya terpecah setelah disusupi oleh orang-orang yang telah dipengaruhi oleh paham sosialis. Paham sosialis ini disebarkan oleh Sneevlet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sosialistische Democratische Vereeniging). Mereka menyebar luaskan ajaran sosialis dan terang-terangan menentang kebijakan-kebijakan pimpinan Sarekat Islam. Hal ini menyebabkan SI pecah menjadi SI putih yang dipimpin oleh HOS Cokroaminoto dan SI merah yang dipimpin Semaun. Si merah berlandaskan Sosialisme Komunisme.
Konflik pusat SI dengan cabangnya yang paling parah adalah dengan SI cabang Semarang yang lebih dikenal sebagai SI Merah atau [[SI Semarang]]. Saat itu SI Semarang diindikasikan menjadi basis para komunis di Indonesia. Hal ini tidak salah karena dalam pergerakan era pre 1920, orang dapat membuat lebih dari satu kartu keanggotaan partai dan di Semarang adalah pusat dari [[ISDV]] yang pro-komunis. Selain itu banyak anggota ISDV yang masuk ke dalam SI sebagai sarana juang mereka. Dianggap oleh mereka bahwa SI-lah yang akan menggerakan seluruh warga Indonesia menuju kemerdekaan. SI Semarang juga melakukan gerakan-gerakan anti-kapitalisasi seperti membantu mogok bahkan memprovokasikanya. Awalnya kedua SI ini bersatu dan berjuang bersama. Namun, karena konflik yang panjang keduanya saling tuduh dan akhirnya [[Haji Agoes Salim]] (salah satu tokoh SI) memutuskan untuk melakukan disiplin partai. Peraturan baru ini mengultimatum para anggota SI agar tidak memilih partai lain, isinya adalah anggota SI tidak boleh ikut partai lain. Hasil dari keputusan ini sangat disayangkan oleh SI Semarang dan sebagian besar anggotanya keluar dari SI.
 
Pecahnya SI terjadi setelah Semaun dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini ada kaitannya dengan kongres SI ke-6 tahun 1921 tentang perlunya disiplin partai, seorang harus memilih antara SI atau organisasi lain tujuannya agar Si bersih dari unsur-unsur komunis.
Perkembangan SI begitu pesat. Pada waktu itu SI menjadi kekuatan politik yang amat terasa pengaruhnya{{fact}}. Tahun 1916 tercatat 181 cabang di seluruh Indonesia dengan tak kurang dari 700 ribu anggota{{fact}}. Sebuah angka yang fantastis kala itu, Budi Utomo di masa keemasannya saja hanya beranggotakan tak lebih dari 10 ribu orang{{fact}}.
 
SI berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PSI tahun 1927 menyatakan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemedekaan nasional. Karena tujuannya yang jelas itulah PSI ditambah namanya dengan Indonesia sehingga menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga PSII menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Catatan kelam SI adalah saat dipertanyakan loyalitas [[HOS Cokroaminoto]] terhadap organisasi{{fact}}. Dia dituduh korupsi saat mengadakan acara pertemuan atau kongres di [[Kudus]], [[Jawa Tengah]]. Sejak saat itu, SI menjadi kurang punya kekuatan di kalangan bawah yang mencoba partai baru seperti [[PKI]] atau gerakan politik lainya.
 
Akibat keragaman cara pandang diantara anggota partai, PSII pecah menjadi beberapa partai politik, diantaranya Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman, PSSI Kartosuwiryo, PSSI Abikusno dan PSI sendiri. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangannya.
 
== Kongres SI ==