Orang Nias percaya bahwa ada [[kehidupan setelah kematian]], sehingga kematian seseorang perlu disiapkan sebaik mungkin. Agar dapat hidup dengan nyaman, maka orang meninggal membutuhkan pelayan. ''Binu'' yang disertakan dalam penguburan seseorang inilah yang dipercaya akan menjadi pelayan.{{Sfn|Modigliani|1890|p=}}
Dahulu, seorang laki-laki baru didengarkandianggap pendapatnya dalam perkumpulan adatdewasa setelah dia menjadi ''Iramatuairamatua''. ''Iramatua'' adalah gelar yang diberikan kepada seorang pemuda setelah dia berhasil memperoleh setidaknya satu kepala untuk digantung di rumah ibadah ''osali.'' untuk menambah kebanggaan kampung. Seorang pemuda yang kembali membawa kepala manusia akan dielu-elukan sebagai seorang pahlawan.Sebuahmelalui sebuah pesta yang mengorbankan banyak babi akan diadakan dan si pemuda diberikan ''[[kalabubu]]'' sebagai pertanda bahwa dia sudah menjadi seorang ''Iramatua''.{{Sfn|Marschall|2013|p=128|ps="Ihre Berichte von den Kopfjägern von Nias und den kakabubu als Zeichen eines erfolgreichen Kopfjägers, (...)"}}{{Sfn|Modigliani|1980|p=214|ps="Almeno una vittima devono essi avere sulla coscienza ed almeno un cranio devono aver appeso sotto la tettoia dell'osalè per arricchire la colezzion del villagio, prima di potersi chiamare guerrieri, Iramatúa, "}}{{Sfn|Modigliani|1980|p=215|ps="Una gran festa, nella quale soglionsi uccidere molti maiali, deve celebrare quel fausto avvenimento ed il Capo villagio nell'ammettere il giovane tra gli Iramatua, gli da in dono il Calabubu , collare d'onore di cui d'ora innanzi egli può fregiarsi al pari dei più anziani guerrieri"}} Para misionaris yang datang ke Nias nantinya mengakali tradisi ini dengan membujuk masyarakat untuk mengganti tradisi uji kedewasaan tersebut dengan cara lain, misalnya melalui olahraga ''[[fahombo]]''.{{efn|name=fahombo}}<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=r3zVAgAAQBAJ&printsec=copyright&hl=id#v=onepage&q&f=false|title=Archiv 61-62|last=Friends|first=Weltmuseum Wien|date=|publisher=LIT Verlag Münster|isbn=978-3-643-99837-8|location=|pages=|language=de|url-status=live|ps="Zwei emblematische Paneele in einem Haus in Süd Nias (Indonesien)}}</ref>
Orang Nias melakukan justifikasi terhadap tradisi ini dengan beranggapan bahwa manusia adalah babi peliharaan Tuhan.{{Sfn|Beatty|1992|p=247|ps="-as well as obsolete practices and ideas such as head-hunting and the notion of men being the pigs of God-"}} Hal iniyang jugasama terlihat seperti pada tradisi [[ngayau]] [[Suku Dayak]].{{Sfn|Sonjaya|2008|p=41|ps="Konon, yang tampak di depan orang Dayak, suku buruannya adalah binatang yang sudah selayaknya dipenggal."}}
Kebiasaan orang Nias membangun kampung di perbukitan yang susah dijangkau bisa jadi sebagai upaya untuk melindungi dan menghindari diri dari buruan para ''emali''.{{Sfn|Sonjaya|2008|p=53|ps="Tradisi mangani binu (memburu kepala) makin mengukuhkan sikap ini sehingga masing-masing kampung terisolir oleh emali (pemburu kepala).}}
Baris 113:
*{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/62896008|title=Asal usul masyarakat Nias : suatu interpretasi|last=Hämmerle|first=Johannes Maria|date=2001|publisher=Yayasan Pusaka Nias|others=|isbn=979-95749-0-0|edition=1|location=Gunungsitoli|pages=|oclc=62896008|ref={{sfnref|Hämmerle|2001}}|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Marschall|first=Wolfgang|year=2013|chapter=Zwei emblematische Paneele in einem Haus in Süd Nias (Indonesien)|editor1=Friends|editor-first=Weltmuseum Wien|editor2=|editor-first2=|chapter-url=https://books.google.deco.id/books?id=BAShwSYLbUYCr3zVAgAAQBAJ&printsec=copyright&hl=id#v=onepage&q=kalabubu&pgf=PA562false|url-status=live|title=Archiv 61-62 - Archive Weltmuseum Wien|location=Wina|pages=128|language=de|date=|publisher=Archiv Weltmuseum Wien|ISBN=|issn=0066-6513|ref={{sfnref|Marschall|2013}}}}