Seiring dengan perkembangan waktu, komunitas suku Wasindoli menyebar dan mendiami daerah-daerah dataran rendah disekitarnya, sebagian besar bermukim di Perkampungan yang biasa disebut dengan dhana (Wae Dhana) kata dhana berarti alang-alang yakni di ambil dari nama tumbuhan yang tumbuh mendominasi wilayah pemukiman baru (Kampo Baru) dan masih dipimpin oleh Bonto Hasimu. ▼
{{rapikan}}
'''Sejarah'''
'''Tanailandu''' adalah [[desa]] di Kecamatan [[Mawasangka, Buton|Mawasangka]], [[Kabupaten Buton]] dan, [[Sulawesi Tenggara]]. Berdasarkan [[Uu No. 15 Tahun 2014|UU No.15 Tahun 2014]] tentang Pembentukan [[Kabupaten Buton Tengah]], maka [[Desa tanailandu]] masuk daerah [[Kabupaten Buton Tengah]]. [[Desa Tanailandu|Desa tanailandu]] biasa orang menyebutnya Wasindoli atau kampobaru (kampung Baru), 6 km dari pusat kecamatan Mawasangka dengan jalan aspal dan pengerasan.
DesaTanailandu merupakan bekas wilayah Kerajaan dan [[Kesultanan Buton]] yang telah eksis sejak zaman dulu. Pada masa pemerintahan Raja Buton ke-6 dan juga Sultan Buton ke-1 bernama Murhum, rakyat Tanailandu diriwayatkan patuh dan setia kepadanya
KeberadaanTanailandu juga tertuang pada Undang-Undang Murtabat Tujuh (sekitar tahun 1610), yakni undang-undang Kesultanan Buton pada masa Sultan Buton ke-4, La Elangi (Sultan Dayanu Ikhsanuddin). Disebutkan bahwa Kesultanan Buton terdiri atas 72 kadie yang diduduki oleh 30 menteri dan 40 bobato. Sedangkan sisanya menandakan kaum yang memegang pemerintahan di pusat. Dari 70 bagian tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian besar yakni Pale Matanayo dan Pale Sukanayo. Lakina Lakudo, mengepalai wilayah Kadolo, Lawa, Tangana-lipu, Tongkuno, Gu, Wongko Lakudo, dan Wanepa-nepa (Distrik Gu). Lakina Bombonawulu menduduki wilayah Bombonawulu-kota, Rahia, Wakea-kea, Uncume, Wongko-bombonawulu (Distrik Gu). Kedua lakina tersebut merupakan kadie di wilayah Pale Matanayo
Di wilayah Pale Sukanayo, Menteri Peropa mengepalai beberapa wilayah salah satunya Ballo di Distrik Kabaena (termasuk wilayah Talaga saat ini), Menteri Gundu-Gundu mengepalai Kooe dan Kantolobea (Distrik Mawasangka), Menteri Melai mengepalai Boneoge (Distrik Gu), Menteri Lanto di Lalibo (Distrik Mawasangka), Menteri Wajo di Wajo (Distrik Gu), Menteri Tanailandu di Wasindoii (Distrik Mawasangka). Selanjutnya Lakina Boneoge di Boneoge, Madongka, Tanga, dan Matanayo (Distrik Gu), Lakina Baruta di Baruta (Distrik Gu), Lakina Mone di Lambale dan Wakuru (Distrik Gu), Lakina Lolibu di Lipumalangan II dan Tongkuno (Distrik Gu), dan Lakina Inulu di Lamena, Lagili, dan Wakengku (Distrik Mawasangka)
Asal usul desa Tanailandu berawal dari Komunitas Kakaha Yang Dipimpin oleh Seorang Kolaki yang bernama La Ode Dhawudu (Ma Wa Tanggiri). Dimasa kepemimpinan Kolaki Kakaha bergantung pada sistem pertanian berpindah-pindah tempat untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Sehingga suatu ketika penduduk liwu Kakaha berpindah dan membentuk suatu perkampungan ke Wasindoli dan dipipimpin oleh seorang Bonto yang bernama La Ynse (Maangkuta) dan sampai pada akhir hayatnya kemudian digantikan Oleh Bonto berikutnya Yang Bernama La Rani ( Ma Wele) dan sampai pada akhir hayatnya pula Bonto La Rani ( Ma Wele) di gantikan oleh Bonto Hasimu.
▲Seiring dengan perkembangan waktu, komunitas suku Wasindoli menyebar dan mendiami daerah-daerah dataran rendah disekitarnya, sebagian besar bermukim di Perkampungan yang biasa disebut dengan dhana (Wae Dhana) kata dhana berarti alang-alang yakni di ambil dari nama tumbuhan yang tumbuh mendominasi wilayah pemukiman baru (Kampo Baru) dan masih dipimpin oleh Bonto Hasimu.
Setelah terbentuknya pemukiman baru, Kampo Baru menjadi lumbung pangan. Sehingga kampo baru dikenal dengan kesuburan tanaman dan tanahnya. Sehingga pasca kepemimpinan Bonto Hasimu sampai terbentuk suatu desa secara adminisratif di beri nama Desa Tanailandu ( Desa Tanah Yang subur).
Berikut Adalah Nama-Nama Kepala Desa Tanailandu secara administratif:
|