Mangai binu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
[[Berkas:Divinatory_Skulls;_1Dyke_Bay_and_2Nias_Island_Wellcome_M0012302.jpg|al=|jmpl|Tengkorak dari Nias (kanan) yang dipasangi alat agar mudah dibawa]]
 
'''Mangai binu''' atau '''mangani binu''' adalah tradisi [[Pemburuan kepala|berburu kepala]] oleh [[Suku Nias|orang Nias]] di [[Pulau Nias]], [[Sumatra Utara|Sumatera Utara]]. Tradisi ini awalnya merupakan bentuk penghormatan terhadap leluhur namun di kemudian hari berubah fungsi sebagai penanda status sosial.{{Sfn|Afif|2018|p=175|ps="(...), di Nias juga terdapat tradisi penghormatan terhadap leluhur yang disebut mangani binu atau tradisi memburu kepala."}} Istilah lain seperti ''möi ba danö, mofanö ba danö, mangai hög''ö'', ''atau ''möi emali'' juga digunakan selain ''mangai binu''. Orang yang menjalankan tradisi ini disebut ''emali.'' Tradisi ini telah ditinggalkan oleh masyarakat Nias seiring dengan masuknya pengaruh [[Kekristenan]] ke daerah merekaNias.
 
== Dekskripsi ==
Baris 16:
 
Jika ''binu'' didapatkan dari hasil perang, maka kepala kelompok musuh akan dipasang di atas sebuah batu tinggi sementara kepala para prajuritnya akan dikubur.{{Sfn|Wiradnyana|2010|p=49|ps="(…), biasanya kepala yang digantung adalah kepala dari pemimpin musuh dan yang dikubur adalah kepala dari kelompok masyarakat biasa."}} Dalam kasus lain, ''binu'' musuh yang tewas saat perang atau menjadi tawanan digantung di ''osale''.{{Sfn|Modigliani|1890|p=210|ps="Quando un nemico è fatto prigioniero o ucciso in guerra; la sua testa viene allora appesa sotto l'osalè."}}
 
''Mangai binu'' juga terkadang dilakukan oleh para ''emali'' untuk dijual kepada pemipin kampung. Tengkorak yang masih belum digunakan tersebut dibungkus daun untuk disimpan terlebih dahulu di bawah tanah atau di atas pohon. {{Sfn|Modigliani|1890|p=|ps="}}
 
''Emali'' bersumpah atas kepalanya ketika pergi berburu. Sebelum pergi, mereka akan disajikan makanan di atas tempat makanan babi sebagai tanda bahwa mereka akan dianggap seperti babi jika pulang dengan tangan kosong. Jika mereka pulang dengan membawa ''binu'', mereka akan dielu-elukan namun akan dihina jika pulang tanpa membawa apa-apa.{{Sfn|Modigliani|1890|p=|ps="}}
 
Sebuah ''binu'' yang digantung akan dihias dengan serabut daun [[enau]] untuk ditempel sebagai rambut dan janggut beserta dua potong bambu dengan potongan [[spiral]] untuk dikaitkan sebagai anting.{{Sfn|Modigliani|1890|p=|ps="}} Bagian tubuh lainnya digunakan prajurit sebagai hiasan diri dan peralatan mereka. Mereka menggulung dan mengikat rambut korban ke tombak besi mereka dan [[Tulang lengan atas|tulang lengannya]] untuk menghiasi anting mereka.{{Sfn|Modigliani|1890|p=|ps="}}
[[Berkas:Tolögu.jpeg|jmpl|Tolögu, pedang yang digunakan dalam berburu kepala|pra=Special:FilePath/Tolögu.jpeg]]
 
Baris 21 ⟶ 27:
Pada dasarnya, tidak ada aturan jelas mengenai cara memperoleh ''binu.'' Namun, para ''emali'' dilarang berburu kepala sesama ''[[Daftar marga Nias|mado]]'' dan warga desa tetangga untuk menghindari keributan.{{Sfn|Beatty|1992|p=31|ps="(...) in the days of head-hunting, in the ban on taking the head of fellow-clansman."}}{{Sfn|Puccioni|2016|p=80|ps="Supaya tidak menciptakan keributan dengan desa tetangga, mereka berburu agak jauh dari desa mereka."}} Mereka hanya boleh memburu kepala ''niha bö'ö'', orang yang tidak memiliki pertalian saudara dengan mereka dan warga kampungnya.{{Sfn|Beatty|1992|p=75|ps="A niha bö'ö is someone with whom there are no ascribed relations, no rights or obligations, and no prescribed form of behaviour. Niha bö'ö are quintesentially strangers, outsiders who are therefore potential enemies from whom (formerly) heads may be taken, and also potential spouses."}}
 
=== Hiasan ===
<br />
== Latar Belakang ==
Orang Nias percaya bahwa ada [[kehidupan setelah kematian]], sehingga kematian seseorang perlu disiapkan sebaik mungkin. Agar dapat hidup dengan nyaman, maka orang meninggal membutuhkan pelayan. ''Binu'' yang disertakan dalam penguburan seseorang inilah yang dipercaya akan menjadi pelayan.{{Sfn|Modigliani|1890|p=214|ps=(...), che da un vivo in favore di se stesso e sempre dev'essere inteso come modo di procurare dei servi nella vita futura al morto oa sè stesso, (...)}} Dipercaya, tengkorak memiliki jiwa dan orang yang memiliki tengkorak seseorang adalah tuan atas jiwa tengkork tersebut.{{Sfn|Modigliani|1890|p=|ps="}}
 
Dahulu, seorang laki-laki baru dianggap dewasa setelah dia menjadi ''iramatua''. ''Iramatua'' adalah gelar yang diberikan kepada seorang pemuda setelah dia berhasil memperoleh setidaknya satu kepala untuk digantung di rumah ibadah ''osali.'' Seorang pemuda yang kembali membawa kepala manusia akan dielu-elukan sebagai seorang pahlawan melalui sebuah pesta yang mengorbankan banyak babi dan si pemuda diberikan ''[[kalabubu]]'' sebagai pertanda bahwa dia sudah menjadi seorang ''Iramatua''.{{Sfn|Marschall|2013|p=128|ps="Ihre Berichte von den Kopfjägern von Nias und den kakabubu als Zeichen eines erfolgreichen Kopfjägers, (...)"}}{{Sfn|Modigliani|1980|p=214|ps="Almeno una vittima devono essi avere sulla coscienza ed almeno un cranio devono aver appeso sotto la tettoia dell'osalè per arricchire la colezzion del villagio, prima di potersi chiamare guerrieri, Iramatúa, "}}{{Sfn|Modigliani|1980|p=215|ps="Una gran festa, nella quale soglionsi uccidere molti maiali, deve celebrare quel fausto avvenimento ed il Capo villagio nell'ammettere il giovane tra gli Iramatua, gli da in dono il Calabubu , collare d'onore di cui d'ora innanzi egli può fregiarsi al pari dei più anziani guerrieri"}} Para misionaris yang datang ke Nias nantinya mengakali tradisi ini dengan membujuk masyarakat untuk mengganti tradisi uji kedewasaan tersebut dengan cara lain, misalnya melalui olahraga ''[[fahombo]]''.{{efn|name=fahombo}}<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=r3zVAgAAQBAJ&printsec=copyright&hl=id#v=onepage&q&f=false|title=Archiv 61-62|last=Friends|first=Weltmuseum Wien|date=|publisher=LIT Verlag Münster|isbn=978-3-643-99837-8|location=|pages=|language=de|url-status=live|ps="Zwei emblematische Paneele in einem Haus in Süd Nias (Indonesien)}}</ref>
Baris 107 ⟶ 115:
*{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/990262521|title=Tanah para pendekar : petualangan Elio Modigliani di Nias Selatan tahun 1886|last=Puccioni|first=Vanni|date=2016|publisher=PT Gramedia Pustaka Utama|others=|isbn=978-602-03-3164-5|editor-last=Permanasari|editor-first=Irna|edition=Terbitan pertama|location=Jakarta|pages=|oclc=990262521|ref={{sfnref|Puccioni|2016}}|editor-last2=Nindy|editor-first2=A.|url-status=live}}
 
*{{Cite book|url=https://digital-beta.staatsbibliothek-berlin.de/werkansicht?PPN=PPN61776655X&PHYSID=PHYS_0027&view=fulltext-endless|title=Un Viaggio A Nias|last=Modigliani|first=Elio|date=1980|publisher=Fratelli Treves|isbn=|location=Milan|pages=|language=it|ref={{sfnref|Modigliani|19801890}}|author-link=Elio Modigliani|url-status=live}}
 
*{{Cite book|url=http://archive.org/details/voyagedumarchand00sirauoft|title=Voyage du marchand arabe Sulaymân en Inde et en Chine, rédigé en 851, suivi de remarques par Abû Zayd Hasan (vers 916)|last=Sirafi|first=Abu Zayd Hasan ibn Yazid|last2=Sulayman|first2=the merchant|last3=Ferrand|first3=Gabriel|date=1922|publisher=Paris Éditions Bossard|others=Robarts - University of Toronto|isbn=|location=|pages=|language=fr|ref={{sfnref|Sirafi|Sulayman}}|url-status=live}}