Sanrobone, Takalar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 103.246.200.154) dan mengembalikan revisi 11972245 oleh Imanuel321995 Vandalisme
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 16:
 
{{kecamatan-stub}}
 
KERAJAAN SANROBONE
Raja :
-I Karaeng Dampang Panca Belong Memimpin pada abad XV
-Mallombasi Daeng Kilo adalah Raja Sanrobone ke 23 (raja terakhir 1950-1956)
 
 
BENTENG SANROBONE
 
Benteng Sanrobone, itulah namanya. Ia lahir pada abad XV dari buah tangan Raja Sanrobone I, Karaeng Dampang Panca Belong. Benteng ini mulai dibangun pada tahun 1515 atas perintah Raja Gowa Tumapa'risi Kallonna dan rampung pada tahun 1520. Terletak di Desa Sanrobone, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar Sulsel, sekitar 80 kilometer dari Makassar.
 
Benteng ini dulunya seluas 25.54 Ha dengan ukuran sisi barat sepanjang 573 m, sisi selatan 529 m, sisi timur 748 m dan sisi utara 332 m. Benteng ini terbuat dari batu bata dan berbentuk perahu dengan panjang sekitar 3,7 km dan mempunyai 7 pintu yaitu 4 pintu besar searah dengan mata angin dan 3 pintu kecil.
 
Sisa-sisa benteng yang ada pun hanya sekilas tampak seperti tembok lebar berbatu bata merah biasa dengan hiasan dua meriam panjang seberat 150 kg yang kini berkarat tak terpelihara. Selebihnya hanya tanah lapang luas dengan papan bertuliskan "Kawasan Ini Dilindungi Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala".
 
Benteng ini runtuh bersama dengan benteng somba opu dan beberapa benteng lain yang diratakan dengan tanah oleh Cornelis Speelman, Jenderal pasukan VOC pada perang Makassar (Oktober 1666-12 Juni 1669). Total di wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa-Tallo ada 14 benteng. Kini hanya tersisa satu benteng yang masih utuh yakni Benteng Pannyua atau Fort Rotterdam.
 
Kompleks Benteng Sanrobone semakin hancur pada masa pemberontakan DI/TII. Istana kerajaan dibakar pada tahun 1956 oleh pemberontak lantaran Raja Sanrobone ke 23 (raja terakhir 1950-1956), Mallombasi Daeng Kilo, memihak ke negara kesatuan Republik Indonesia.
 
Akibatnya, semua catatan sejarah tentang Sanrobone dan barang kerajaan ludes tak bersisa. Yang tersisa hanya tungku besar terbuat dari batu bata merah untuk membuat roti dan tiang pemancang yang digunakan sebagai penanda upacara pengangkatan Raja Sanrobone. Hanya itu.