Arca Totok Kerot: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Menghilangkan spasi sebelum tanda koma dan tanda titik dua
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Arca Totok Kerot''' merupakan prasasti peninggalan zaman [[Raja]] Sri Aji di Lodaya, [[Kerajaan Pamenang]]. KononArca kabarnyaini terletak di Desa Bulupasar, duluKecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Cerita rakyat di balik arca ini adaadalah seorang putri cantik dari [[Blitar]]. Sang putri, waktu ituyang datang ke Pamenang untuk melamar [[Joyoboyo]], yang sangat tersohor kedigdayaannya. Malang bagi sang putri, karena Joyoboyo menolak lamaran itu.
 
Akhirnya, terjadilah pertempuran hebat di antara keduanya. Karena kalah sakti, putri cantik itu mendapat kutukan dari Joyoboyo, dan berubahlah ia menjadi [[raksasa]] wanita berbentuk Dwarapala. Patung raksasa itulah yang hingga kini dikenal sebagai arca Totok Kerot.
Baris 5:
Arca ini dulunya terpendam dalam tanah. Karena oleh penduduk, di tempat tersebut dikabarkan ada benda besar, maka pada 1981 lokasi itu digali. Hingga akhirnya, arca itu muncul separuh. Entah pada tahun berapa dilakukan penggalian ulang yang jelas saat tahun 2005, [[patung]] tersebut telah muncul secara utuh di atas permukaan tanah.
 
Sepintas arca Totok Kerot yang berada di Desa BULUPASAR, Kecamatan Pagu, [[Kabupaten Kediri]],ini tidak jauh beda dengan sepasang [[Arca Dwarapala]] yang berada di [[Singosari]]. Hanya saja kondisinya lebih mengenaskan karena terdapat bagian tubuh yang hilang terutama tangan kirinya. Arca ini juga tidak memegang gada seperti halnya Arca Dwarapala, atau mungkinkah bagian tangan yang hilang dari arca ini memegang senjata tersebut ? Tidak ada penjelasan yang pasti. Yang jelas arca ini tegak duduk seorang diri di antara areal [[sawah]] penduduk berteman pagar besi yang mengitarinya dan sebuah pos jaga .
 
Suasana lokasi [[arca]] Totok Kerot ini berada sangat sepi, seperti layaknya lokasi-lokasi [[arekologi]] lainnya yang sepi pengunjung. Sesekali terlihat pasangan muda-mudi yang mampir sebentar (berpacaran ?) untuk berteduh dibawah pohon rindang yang ada disekitar patung. Tidak adanya petugas jaga disana semakin menegaskan bahwa memang [[objek wisata]] [[arkeologi]] ini jarang dikunjungi.