Nasib Hindania: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Konijnsate (bicara | kontrib) →Teks: Damil Baka diganti menjadi Daril Baqa karena mengacu pada Bahasa Arab دار البقاء, Damil Baka kemungkinan merupakan kesalahan pengetikan. Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Konijnsate (bicara | kontrib) Damil Baka diganti menjadi Daril Baqa karena mengacu pada Bahasa Arab دار البقاء, Damil Baka kemungkinan merupakan kesalahan pengetikan. Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 8:
Narasi dibawakan dengan sudut pandang orang pertama, yaitu Hindania sendiri yang menjadi tokoh utama cerita. Hindania memperkenalkan namanya dan nuansa kelahirannya dengan puitis.<blockquote>"Namaku Hindania! Aku dilahirkan di matahari hidup waktu fajar lagi menyingsing, disambut oleh angin sepoi yang bertiup dari angkasa serta dinyanyikan oleh suara margasatwa yang amat merdu bunyinya."</blockquote>Hindania menyebutkan panjang usianya mengalahkan [[Nabi Nuh]] yang meninggal pada umur 950 tahun. Kemudian menceritakan dirinya yang tidak pernah bertemu langsung dengan orang tuanya. Dari berita mulut ke mulut, Hindania mendengar bahwa Ibunda yang bernama [[Matahari|Syamsu]] dan Ayahanda adalah seorang raja besar yang memimpin di awang-awang. Tidak diketahui tepatnya apakan deskrpsi orang tua Hindania ini secara spesifik merujuk pada [[Majapahit]] yang dikenal telah menguasai Nusantara dan memiliki logo matahari sebagai simbol kerajaannya. Kemungkinan tidak terkait bila disambung dengan kisah suaminya Sang [[Brahmana]] dari [[Hindustan]] karena berada di periode masa yang berbeda.
<blockquote>Akan tetapi malang tak dapat dihindarkan pada suatu saat yang baik suamiku berpindah ke Damil Baka</blockquote>
Kisah suaminya merujuk pada [[Sejarah Hindu Nusantara]]. Suaminya sebagai seorang brahmana ini mirip dengan teori J. C van Leur yang menyatakan bahwa masuknya Hindu-Buddha ke Asia Tenggara ini melalui kaum Brahmana. Dari suaminyalah Hindania mendapatkan ilmu bercocok tanam. Hindania pun dikaruniai beberapa anak meski kemudian sang suami menutup usia. Yang dimaksud dengan anak-anak Hindania kemungkinan adalah Penduduk [[Pribumi-Nusantara|Pribumi]].▼
“Damil Baka” sepertinya merupakan kesalahan pengetikan dari [[Akhirat|Daril Baqa]] ( دار البقاء)
▲Kisah suaminya merujuk pada [[Sejarah Hindu Nusantara]]. Suaminya sebagai seorang brahmana ini mirip dengan teori J. C van Leur yang menyatakan bahwa masuknya Hindu-Buddha ke Asia Tenggara ini melalui kaum Brahmana. Dari suaminyalah Hindania mendapatkan ilmu bercocok tanam. Hindania pun dikaruniai beberapa anak meski kemudian sang suami
Hindania kemudian menceritakan bahwa ia memiliki taman berpasir intan dan memiliki ragam pepohonan di atasnya. "Banyak tumbuh di atasnya pohon yang ajaib-ajaib yang berjenis-jenis macam buahnya. Satu di antara itu bernama Pohon Andalas...". [[Bebesaran|Pohon Andalas]] adalah salah satu pohon yang khas dari Sumatra Barat. Nama [[Andalas (disambiguasi)|Andalas]] juga merupakan nama lain dari [[Sumatra]]. Pohon Andalas yang digambarkan berbuah hasil tambang dan berdaun [[tembakau]] ini kemungkinan merupakan sebuah metafora dari Pulau Sumatra yang memiliki ragam kekayaan alam. Pohon Andalas diceritakan dengan spesial kiranya karena Hatta memang merupakan anggota dari Jong Sumatranen Bond yang memiliki semangat menumbuhkan kebanggaan atas Sumatra.
|