Bubuksah dan Gagangaking: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib) k + template |
Kembangraps (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
'''Bubukṣah dan Gagangaking''' (variasi nama: '''Bubhuksah''', '''Bela-belu''' yang dalam versi lisan Jawa modern terkadang ditambah gelar "syekh", '''Gagakaking''', '''Dami Aking''') adalah suatu [[Folklor|cerita rakyat]] didaktis yang popular dari masa [[Majapahit]], dan hingga sekarang diwariskan turun-temurun, baik secara lisan maupun tertulis (pada helai [[lontar]], khususnya di [[Bali]]). Kisah ini diabadikan di beberapa candi dan potongan relief di [[Jawa Timur]] yang merupakan peninggalan Majapahit, seperti [[Candi Penataran]], [[Candi Gambar Wetan]], dan [[Candi Surawana]]. Cerita Bubuksah dan Gagangaking dalam relief candi sering kali ditampilkan bersama-sama cerita [[Sri Tanjung]].
Cerita ini merupakan cerita didaktis keagamaan hasil pengembangan pujangga sastra Jawa asli. Isinya menceritakan bagaimana dua cara "laku" (ritual ibadah untuk mencapai tujuan tertentu) yang berbeda diukur hasilnya. Kesetiaan akan tujuan dari laku tersebut yang akan dinilai, bukan dari cara lakunya itu sendiri.
==Bacaan==
* Fadhil Nugroho Adi. [https://www.suaramerdeka.com/gayahidup/baca/737/bubuksah-gagang-aking-dua-bersaudara-yang-diabadikan-di-relief-tiga-candi Bubuksah-Gagang Aking, Dua Bersaudara yang Diabadikan di Relief Tiga Candi]. Suara Merdeka daring. Edisi Selasa, 7 November 2017.
{{Dongeng}}
|