NAMRU-2: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Taylorbot (bicara | kontrib)
ejaan salah ''di'' : bentuk pasif verba, bukan preposisi | t=490 su=11 in=11 at=11 -- only 75 edits left of totally 87 possible edits | edr / ovr / aft = 000-0000 / 000-0011 / 000-0000 | clup(2):$A0(-0)&tab#trailspc(-7) & "di keluarkan"--(c10=00070-0000,0x)-->"dikeluarkan" & "di pindahkan"--(c10=00070-0000,1x)-->"dipindahkan" | only whitespace
Baris 66:
Didalam bukunya Siti mengungkapkan bahwa sejak tahun 1952 sebanyak 110 negara yang memiliki kasus kasus flu wajib berbagi contoh spesimen virus tanpa syarat.<ref name=CH2/> Virus virus ini dikumpulkan oleh GISN, menjadi milik mereka, dan oleh ahlinya kemudian melakukan pertimbangan risiko dan penelitian, dan sampingan lainnya yaitu membuat benih virus yang kemudian dibuat vaksin.<ref name=CH2/> Virus yang digolongkan sebagai ganas kemudian diteruskan pada Pusat Kolaborasi WHO ('''WHO-CCs''') yang merupakan laboratorium-laboratorium yang bekerja sama dengan WHO dan menjadi laboratorium rujukan. Laboratorium-laboratorium rujukan ini disetujui oleh Australia, Jepang, Inggris, dan A.S.<ref name=CH2/> Siti kemudian membandingkan vaksin dengan minyak, di mana ia mengungkapkan kekesalannya bahwa karena Indonesia tidak bisa mengolah minyak mentah maka harus mengimpor minyak siap pakai.<ref name=CH2/> Bukunya juga mengulas kemungkinan virus-virus ini dikembangkan menjadi senjata biologis saat dikirimkan ke Laboratorium Nasional Los Alamos, New Mexico, AS di mana hanya segenggam ilmuwan yang diperbolehkan untuk meriset turunan DNA virus tersebut.<ref name=CH2/> Menurut bukunya Los Alamos adalah laboratorium untuk senjata biologis, kimia, dan nuklir, sehingga pembuatan vaksin atau senjata kimia tergantung kemauan dan ketertarikan pemerintah A.S. dan menurutnya hal ini berbahaya sekali.<ref name=Age/><ref name=CH2/> Pencarian via internet oleh Siti kemudian mengungkapkan bahwa laboratorium ini sudah ditutup, dan virusnya dikirimkan ke ''Bio Health Security'' (BHS).<ref name=CH2/> Hasil penyelidikannya mengungkapkan bahwa karena banyak ilmuwan dipindahkan dari Los Alamos ke BHS teorinya mengenai permainan senjata biologi dan kimia masih benar dan hanya berganti nama dan lokasi.<ref name=Age/><ref name=CH2/>
 
Negosiasi kemudian dimulai oleh Indonesia pada Pertemuan Kesehatan Tingkat Dunia (''WHA - World Health Assembly'') menuntut perpindahan virus-virus yang adil dan transparan, upaya ini banyak didukung oleh negara-negara lain yang tergabung di WHO.<ref name=CH/> Ada dua hal utama yang dipermasalahkan oleh Siti; (1) jalur distribusi pengiriman virus yang tidak transparan di mana ia mengusulkan standarisasistandardisasi penamanaan dan perizinan dari negara yang memiliki virus kepada negara lain virus ini dikirimkan (2) indikator eskalasi peringatan pandemik oleh WHO yang ia nilai lemah, dan harus ditinjau ulang bersama<ref name=CH/> Eskalasi peringatan pandemik yang tinggi mempengaruhi kunjungan ke negara tersebut, suplai obat, vaksin, masker, pakaian pengaman - yang kesemuanya merupakan bisnis besar.<ref name=CH/> Siti mencontohkan kasus Meksiko yang kini berada pada posisi sulit, namun pada saat yang sama menguntungkan perusahaan besar.<ref name=CH/>
 
Namun pertemuan ini menjadi singkat karena Menteri Fadila diminta kembali ke Indonesia karena adanya wabah dan banyak diskusi penting yang dijadwalkan tidak terjadi.<ref name=CH/> Indonesia kemudian mulai mengirim lagi contoh virusnya berdasarkan konsensus negara-negara di dunia internasional bahwa virus flu burung Indonesia H5N1 nyata sangat berbahaya untuk manusia sehingga sangat penting bahwa laboratorium laboratorium WHO memiliki kesempatan menganalisis secara rinci, membandingkannya dengan virus yang mirip dari berbagai dunia lain, dan melindungi Indonesia dan negara lainnya dari penyebarannya.<ref name=ABC/> Dalam Pertemuan Kesehatan Tingkat Dunia juga dipertanyakan walaupun Indonesia memiliki keprihatinan dalam ranah geografisnya, penyebaran penyakit tidak melihat batas negara.<ref name=CH/>