Layar Terkembang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
{{subst:hapus:rapikan}}
k Bot: Penggantian teks otomatis (-  + )
Baris 58:
 
===== Tokoh dan Perwatakan =====
a.      Maria (Pemeran utama)
 
Mudah kagum, mudah memuji dan memuja, mudah tersenyum, ucapannya sesuai dengan perasaanya yang bergelora, sangat girang dan ceria dan pancaran perasaannya tiada terhambat-hambat.
Baris 64:
''“Maria seseorang yang mudah kagum, yang mudah memuji dan memuja. Sebelum selesai benar ia berpikir, ucapanya telah keluar menyatakan perasaannya yang bergelora, baik waktu kegirangan maupun waktu keedukaan. Air mata dan gelak berselisih di mukanya sebagai siang dan malam. Sebentar ia iba semesra-mesranya dan sebentar berderau gelanya yang segar oleh kegirangan hatinya yang remaja.”(Hlm 5)''
 
b.     Tuti (Pemeran utama)
 
Tidak mudah kagum, sangat menjunjung tinggi hargadiri, pamdai cakap, jarang memuji, selalu memiliki pertimbangan yang masak, tetap pada pendirian, berjuang untuk bangsanya dan orang yang teliti
Baris 70:
''“Tuti bukan seorang yang  mudah kagum, yang mudah heran melihat sesuatu. Keinsafannya akan harga dirinya amat besar. Ia tahu bahwa ia pandai dan cakap sarta banyak yang akan dapat dikerjakannya dan dicapainya. Jarang benar ia hendak lombar-melombar, turut menurut dengan orang lain, apabila sesuatu tiada sesuai dengan kata hatinya. “ (Hlm 5)''
 
c.      Yusuf (Pemeran Utama)
 
Sangat mencintai Maria sepenuh hati, orang yang penuh cita-cita terhadap bangsa dan tanah air, berpikir kritis, bertanggung jawab dan sopan.
Baris 76:
''“Maria, engkau harus baik, lekas baik. Tiga bulan lagi akan selesai sekolah saya. Saya sendiri yang akan menjaga kekasihku. Sejak dari sekarang saya akan mempelajari penyakit tbc sedalam-dalamnya. Sebab kekasihku harus saya sembuhkan sendiri.” (Hlm 171)''
 
d.     Raden Wiraatmaja (Pemeran Pendamping)
 
Belum bisa mengkaji dan memahami jalan pikiran anak-anaknya terutama Tuti.
Baris 82:
''“antara dirinya dengan anakanya ada terentang suatu tabir yang halus dan tiada nyata kelihatan kepadanya. Terutama sekali payah ia hendak mengkaji sikap dan pendirian Tuti yang lain benar Nampak kepadanya dari Maria.” (Hlm 14)''
 
e.      Ketiga anak laki-laki di sekitar  aquarium (pemeran sampingan)
 
Girang tak pernah diam.
 
''“Melihat kegirangan saudara-saudaranya yang tiada pernah diam barang sekejap juga pun itu, anak  yang bungsu yang di tangan ibu tidak dapat di tahan-tahan lagi: ia hendak turun, hendak berlari-lari.”         (Hlm 7)''
 
f.      Mang Parta (Patadiharja) (Pemeran Pendamping)
 
Selalu menginginkan anaknya untuk hidup bahagia tetapi baginya bahagia adalah hidup senang dengan kemewahan
Baris 94:
''“Ah, engkau Tuti. Saya tahu engkau sudah sebangsa pula dengan saleh. Tetapi engkau jangan marah, kalau saya katakan, bahwa bahagia yang engkau sebut itu omong kosong. Berbahagia ialah berbahagia, senang ialah senang, dan yang lain dari itu bukan berbahagia dan bukansenang namanya.” (Hlm 31)''
 
g.     Saleh (Pemeran Pendamping)
 
Hendak mencari pekerjaan yang bebas, dan menurutkan desakan hatinya untuk hidup bahagia, sesorang yang gembira, tajam pikirannya dan hidup hatinya
Baris 100:
''“Saleh menganggap bahagia itu tidak sama dengan hidup yang senang. Baginya yang dinamakannya bahagia itu ialah dapat menurutkan desakan hatinya, dapat mengembangkan tenaga, kecakapannya sepenuh-penuhnya, dan menyerahkannya kepada yang terasa kepadanya yang terbesar dan termulia dalam hidup ini “ (Hlm 31)''
 
h.     Juhro (Pemeran Sampingan)
 
Selalu menyediakan makanan dan minuman setiap ada tamu yang datang ke rumah Pak Raden Wiraatmaja
Baris 106:
''“dari rumah turun Juhro membawa baki dengan tiga buah cangkir teh dan dua buah setoples dengan kasstengle dan kattetong Tuti menyambut cangkir teh dan setoples itu dan sekaliannya diletakkannya di atas meja. “ (Hlm 27)''
 
i.       Ratna (Pemeran Pendamping)
 
Pekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaanya serta selalu ada disamping suaminya saat ia sedih ataupun susah
Baris 112:
''“Ratna dilakukanya sungguh-sungguh, dengan bersungguh-sungguh ia berdiri di samping suaminya mengerjakan pekerjaan yang telah mereka pikul bersama-sama, dengan bersungguh-sungguh pula ia sebagai suaminya berdaya upaya merapatkan dirinya dan berjasa bagi tempat kediamannya.” (Hlm 190-191)''
 
j.       Dahlan (Pemeran Sampingan)
 
Sering menemani Yusuf berjalan-jalan saat Yusuf berada di rumah kedua orang tuanya.
Baris 118:
''“Ketika tiba-tiba arus pikirannya tertahan mendengar bundanya mengetuk pintu kamarnya mengatakan, bahwa Dahlan menantinya diluar akan mengajaknya berjalan-jalan.“ (Hlm 63)''
 
k.     Ibu Yusuf (pemeran Sampingan)
 
Sangat menyayangi Yusuf.
Baris 124:
''“bundanya yang belum puas bercampur dengan anaknya yang tunggal itu, membantah dan mencoba menahan yusuf. Melihat bundanya bersungguh-sungguh benar menahanya, lemahlah hati Yusuf sehingga diturutkannya kehendak bundanyamenunda keberangkatannya beberapa hari.” (Hlm 63)''
 
l.       Ayah Yusuf (Pemeran Sampingan)
 
Tenang, selalu mengikuti kehendak Yusuf, tak banyak bicara dan percaya kepada Yusuf.
Baris 130:
''“Ayahnya yang tenang dan biasa menurutkan segala kehendak Yusuf tak banyak berbicara, sebab ia tahu bahwa ia boleh percaya kepada anaknya itu. Yusuf buka kanak-kanak lagi dan ia tahu apa yang harus dikerjakanya.” (Hlm 63)''
 
m.   Rukamah (pemeran pendamping)
 
Selalu menemani Maria saat di Bandung, suka mengganggu Maria dan menyesali akibat buruk yang disebabkan oleh perbuatannya yang suka mengganggu
Baris 136:
''“Melihat akibat kejenakaannya yang tiada sekali-kali akan sehebat itu, hilang lah nafsu Rukamah tertawa. Sedih dan iba hatinya melihat saudara sepupunya itu dan menyesallah ia akan perbuatannya.” (Hlm 84-85)''
 
n.     Iskandar dan Ningsing (pemeran Sampingan)
 
Girang dan ceria.
Baris 142:
''“Maria berbalik menuju kedepan hendak bersua dengan mereka, lupa akan maksudnya yangmula-mula. Belum lagi sampai di tangga, telah kedengaran teriakan mereka yang girang, “He, aceuk Maria,” dan bergesa-gesa mereka datang menuju kepadanya seraya mengulurkan tangan.”''
 
o.     Rukmini (pemeran sampingan)
 
Tidak ingin jauh dari bundanya.
Baris 148:
''“Tiba dekat ibunya, Rukmini yang tersedu-sedu, mengulurkan tangannya minta di ambil.” (Hlm 104)''
 
p.     Perawat Maria (Pemeran Sampingan)
 
Selalu menghibur Maria, selalu menemani Maria saat kesepian dengan bermain dan selalu menyemangatinya
 
''“Maria, mengapa engkau menangis? Mengapa…? Ah jangan kau turutkan hatimu. Engkau mesti girang, selalu girang, supaya lekas sembuh. Ayo duduk, mari kita bermain dam berdua …” amat girang bunyi perkataan juru rawat itu, membangkitkan kegembiraan.”                 (Hlm 162)''
<br />
 
Baris 160:
Amanat yang terkandung dalam novel Layar Terkembang  antara lain yaitu:
 
a.      Kita harus meningkatkan pendidikan, bukan hanya bagi kaum lelaki tetapi juga bagi kaum perempuan.
 
''“teapi lebih-lebih dari segalanya haruslah kaum  perempuan sendiri insaf akan dirinya dann berjuang untuk mendapat penghargaan dan lebih layak.” (Hlm 47)''
 
b.     Kita harus bergerak semangat untuk membangun bangsa kita dari keterpurukan.
 
''“Sesungguhnyalah hanya kalau perempuan di kembalikan derajatnya sebagai manusia, haruslah keadaan bangsa kita dapat berubah. Jadi, perubahan kependudukan perempuan dalam masyarakat itu bukanya semata-mata kepentingan perempuan.” (Hlm 47)''
 
c.      Kita harus semangat dalam menjalani hidup
 
''“Tetapi segera datang mendorong perasaan sama-sama menderita mesti dan berkatalah ia membujuk “Maria mesti kuat, engkau girang selalu jangan di turutkan hati iba. Lawan rasa kesepian, engkau mesti lekas baik lagi.”(Hlm 194)''
 
d.     Kita harus percaya dengan takdir  bagaimanapun rencana kita tetapi Allah yang berkehendak.
 
''“Yang MahaKuasa menetapkan sesuatu yang tiada dapat dielakkan, Maria sakit, sehingga terpaksa dirawat di rumah sakit di Pacet.” (Hlm 200)''
 
e.      Pandangan seseorang mengenai  bahagia  berbeda-beda. Jadi, kita harus mengikuti kata hati kita untuk mendapat kebahagian tersebut.
 
''“Bahwa bahagia itu ialah pekerjaan yang mudah, pendapat yang besar harapan yang baik di kemudian hari, pendeknya hidup yang senang Saleh menganggap bahagia itu lain artinya. Bahagia itu tidak sama dengan hidup yang senang. Baginya yang di namakannya bahagia itu ialah dapat menurutkan desakan hatinya, dapat mengembangkan tenaga, kecakapanya sepenuh-penuhnya, dan menyerahkannya kepada yang terasa kepadanya yang terbesar dan termulia dalam hidup ini.”(Hlm 31''