Teori keterikatan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
k bentuk baku
Baris 24:
Bowlby berteori bahwa [[bayi]] tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri, seperti ketakutan, kesedihan, basah dalam diapernya, rasa lapar, dll., dan membutuhkan seseorang untuk membantu mengatasinya. Proses tersebut dimulai dengan ''co-regulation'' atau ''mutual regulation''- pengaturan simultan oleh dua sistem, yakni [[ibu]] dan bayi, dengan tujuan yang sama- dan berakhir idealnya dengan pembentukan diri sebagai agen eksekutif utama dari strategi yang berdasarkan pada keamanan. Dengan kata lain, anak yang secara efektif ditenangkan oleh pemberi perhatian mereka pada akhirnya akan belajar bagaimana melakukan hal-hal tersebut untuk dirinya sendiri.<ref name=":2" /> Bowlby juga percaya bahwa bayi mempunyai kebutuhan bawaan untuk mencari dan menjaga keterikatan dengan pemberi perhatian utama mereka,<ref name=":0" /><ref name=":1" /> dan bahwa “bayi serta anak kecil seharusnya merasakan kehangatan, kedekatan, dan hubungan yang terus menerus dengan ibunya, yang mana keduanya mendapatkan kepuasan dan kenyamanan.” Bila tidak, maka bayi akan mendapat konsekuensi kesehatan [[mental]] yang signifikan, yang tidak dapat dikembalikan ke keadaannya yang semula.<ref>Waters, E., Corcoran, D. & Anafarta, M. (2005) ‘Attachment, Other Relationships, and the Theory that All Good Things Go Together’ Human Development 48:80–84</ref> Sementara Bowlby dikenal sebagai Bapak Teori Keterikatan, peneliti yang bekerja membantu Bowlby, [[Mary Salter Ainsworth]], seorang [[psikolog]] pandai dan berprestasi yang membawa teorinya menjadi hidup.<ref name=":2" />
 
Pada tahun 1954, Ainsworth menemani suaminya yang mendapat pekerjaan di [[Uganda]], memutuskan melakukan proyek penelitian menguji teori baru yang ia dan Bowlby ciptakan dengan manusia nyata.<ref name=":2" /> Ainsworth mula-mula menjelaskan fenomena dasar aman (‘‘''[[secure base phenomenon]]''’’) dalam istilah keseimbangan antara perilaku eksplorasi dan keterikatan (misalnya kedekatan, kontak).<ref name=":5"><nowiki>http://repositorio.ispa.pt/bitstream/10400.12/1196/1/AHD%2010%282%29%20189.pdf</nowiki> </ref> Ia mengusulkan bahwa observasi perilaku dasar aman seiring waktu dan konteksnya merupakan kriteria terbaik untuk menentukan tipe keterikatan tertentu seorang anak terhadap pemberi perhatian utama mereka.<ref name=":5" /> Kemudian Bowlby memberikan ciri pada sosok keterikatan sebagai dasar aman (“''[[secure base]]''”) untuk eksplorasi anak.<ref>Bowlby, J. (1990). A secure base: Parent–child attachments and healthy human development.
 
New York: Basic Books</ref> Ia menggunakan analogi kekuatan ekspedisi, pergi menjauh dari benteng pertahanan, yakin pada kepercayaan bahwa dasar aman tersebut akan selalu tersedia dan mampu memberikan perlindungan dan dukungan lainnya pada saat ekspedisi membutuhkan bantuan atau tempat berlindung selama [[eksplorasi]]. Dalam pandangannya, kepercayaan diri anak di dalam dasar aman membuatnya dapat bertualang lebih jauh, ekspansif, dan bermanfaat, sebelum menjauh yang sebenarnya dari dasar tersebut ketika mereka beranjak [[dewasa]]. Hubungan dasar aman mula-mula seorang anak dengan pemberi perhatian utama mereka terbentuk selama beberapa tahun pertama kehidupannya dan berdasarkan sejarah unik transaksi perilaku yang memberikan ciri pada anak dan pemberi perhatiannya tersebut. Ainsworth menunjukkan bahwa perbedaan individu dalam organisasi perilaku dasar aman anak (misalnya representasi sensor motorik dalam hubungan) secara kritis bergantung pada fitur interaksi ibu dan anak, termasuk sensitivitas terhadap sinyal yang diberikan anak, kooperasi dengan perilaku anak, akses terhadap anak, dan penerimaan atas peran pemberi perhatian dan pemenuh kebutuhan anak.<ref name=":6">Ainsworth, M. D., Blehar, M. C., Waters, E., & Wall, S. (1978). Patterns of attachment: A psychological study of the strange situation. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc</ref>
Baris 31:
 
== Keterikatan aman ==
Orang tua yang konsisten atau senantiasa memberikan [[respon]] pada kebutuhan anak akan membentuk anak yang terikat dengan aman.<ref name=":8">Schacter, D.L.et al. (2009). Psychology, Second Edition. New York: Worth Publishers. pp.441</ref> Anak akan melakukan eksplorasi secara bebas sementara pemberi perhatian mereka hadir (biasanya berupa keterlibatan dengan orang asing), seringkalisering kali kesal ketika pemberi perhatian mereka itu pergi meninggalkan mereka, dan umumnya [[gembira]] melihat pemberi perhatian mereka kembali.<ref name=":8" /> Anak yang terikat aman paling baik melakukan eksplorasi ketika mereka mengetahui/memiliki tempat aman untuk kembali pada saat yang dibutuhkan. Ketika bantuan diberikan, rasa keamanan mereka meningkat, dan juga mengasumsikan bantuan dari orang tua bermanfaat, akan mendidik anak bagaimana mengatasi masalah yang sama di waktu yang akan datang. Oleh sebab itu, seorang anak menjadi terikat aman ketika orang tua mereka hadir dan bisa memenuhi kebutuhan anak dengan responsif dan cara yang pantas. Anak-anak yang seperti itu akan lebih cenderung mempunyai keterikatan aman.<ref>Aronoff, J. (2012). Parental Nurturance in the Standard Cross-Cultural Sample: Theory, Coding, and Scores. Cross-Cultural Research, 46(4), 315-347.</ref> Orang dewasa yang terikat aman akan lebih mempunyai pandangan positif mengenai diri mereka sendiri, pasangan, dan hubungan yang mereka jalin.<ref name=":9">Hazan C, Shaver PR (1987). "Romantic love conceptualised as an attachment process". Journal of Personality and Social Psychology 52 (3): 511–24. doi:10.1037/0022-3514.52.3.511.PMID3572722</ref> Mereka merasa nyaman dengan kedekatan dan kemandirian, dan senantiasa menyeimbangkan keduanya.<ref name=":9" />
 
== Keterikatan kecemasan-ambivalen ==
Seorang anak dengan tipe keterikatan ini sedikit melakukan eksplorasi (dalam situasi yang asing) dan sering waspada terhadap orang asing, bahkan dalam kehadiran orang tua mereka.<ref name=":6" /> Ketika ibu mereka pergi, mereka seringkalisering kali merasa sangat menderita.<ref name=":6" /> Namun anak tersebut bersikap [[ambivalen]] ketika ibu mereka kembali.<ref name=":6" /> Karena respon/tanggapan pemberi perhatian yang tidak dapat diprediksi kepada anak, reaksi anak akan menjadi marah atau tidak berdaya terhadap pemberi perhatian mereka tersebut.<ref name=":6" /> Campuran antara mencari dan menahan kontak serta interaksi menghasilkan kemarahan yang tidak terelakkan dan nada kemarahan tersebut menandakan perilaku yang berlaku sebelum tahap perpisahan dengan pemberi perhatian mereka… Kepasifan/ketidakpedulian dan aktivitas eksplorasi anak dengan keterikatan kecemasan-ambivalen sangat terbatas. Perilaku interaktif mereka relatif kurang dalam hal [[inisiasi]] aktif. Namun pada tahap pertemuan dengan orang tua/pemberi perhatian mereka, mereka secara jelas menginginkan kedekatan dan kontak, meskipun mereka lebih cenderung menggunakan sinyal/tanda-tanda daripada pendekatan aktif, dan memprotes melawan saat ditinggalkan daripada secara aktif mencegahnya.<ref name=":6" /> Orang dewasa yang terikat dengan kecemasan mencari kedekatan dalam level yang tinggi, penerimaan dan responsivitas dari pasangan mereka, sehingga menjadi sangat bergantung pada orang lain.<ref name=":9" /> Mereka cenderung kurang percaya, memiliki pandangan yang kurang positif mengenai diri mereka sendiri dan pasangan, dan kemungkinan menunjukkan [[ekspresi]] [[emosi]] dalam level yang tinggi, serta memiliki perasaan khawatir dan impulsif dalam hubungan yang mereka jalani.<ref name=":9" />
 
== Keterikatan kecemasan-penghindaran ==
Anak dengan tipe keterikatan ini akan menghindari atau mengabaikan pemberi perhatian mereka dengan menunjukkan sedikit emosi dan tidak ada kesusahan/penderitaan ketika pemberi perhatian mereka itu pergi ataupun kembali.<ref name=":10">Ainsworth, M. D.; Bell, S. M. (1970). "Attachment, exploration, and separation: Illustrated by the behaviour of one-year-olds in a strange situation". Child Development 41: 49–67. doi:10.111/j.1467-8624.1970.tb00975.x</ref> Anak tersebut tidak mengeksplor banyak mengenai siapa yang ada di sekitarnya.<ref name=":10" /> Ainsworth dan Bell berteori bahwa perilaku yang tampak tenang dari anak penghindar merupakan sebuah topeng kesusahan dan penderitaannya. Hipotesis itu kemudian dibuktikan melalui studi laju [[detak jantung]] anak penghindar.<ref name=":7" /> “…penghindaran yang mencolok pada pertemuan dengan ibu mereka, yang berupa pengabaian, meskipun ada pula saat membuang muka, berbalik badan, atau pergi menjauh… jika ada pemberian salam ketika ibu mereka datang, hal tersebut hanya berupa lirikan atau senyum… Anak tidak mendekati ibu mereka pada saat pertemuan dengannya, atau mereka mendekatinya dengan gaya yang gagal, atau mendekati ibu mereka cenderung hanya terjadi setelah bujukan berkali-kali…<ref name=":6" /> Jika anak dengan keterikatan kecemasan-penghindaran didekati/diraih, ia menunjukkan sedikit atau tidak ada kontak yang terjaga. Ia cenderung tidak memeluk; melihat ke arah lain, dan mungkin menggeliat turun.<ref name=":6" /> Orang dewasa penolak dan penghindar menginginkan independensi yang sangat tinggi, seringkalisering kali disertai menghindari keterikatan.<ref name=":9" /> Mereka melihat diri mereka sendiri sebagai orang yang cukup dengan diri mereka sendiri, tidak rentan terhadap perasaan keterikatan dan tidak membutuhkan hubungan dekat.<ref name=":9" /> Mereka cenderung menekan perasaan mereka, mengatasi penolakan dengan memberi jarak terhadap pasangan atau siapapun yang mereka seringkalisering kali mempunyai pendapat buruk.<ref name=":9" /> Orang dewasa yang takut dan penghindar mempunyai campuran perasaan terhadap hubungan yang dekat, yakni menginginkan sekaligus tidak nyaman dengan adanya emosi kedekatan.<ref name=":9" /> Mereka cenderung tidak mempercayai pasangan mereka dan melihat diri mereka sendiri sebagai orang yang tidak pantas. Seperti halnya orang dewasa penolak dan penghindar, orang dewasa yang takut dan penghindar cenderung mencari sedikit kedekatan, dan menekan perasaan mereka.<ref name=":9" />
 
== Keterikatan tidak beraturan ==
Ainsworth dkk. mengobservasi gerakan yang tegang seperti membungkukkan bahu, meletakkan tangan di belakang leher dan secara tegang memiringkan kepala, dll.<ref name=":6" /> Gerakan tersebut merupakan pertanda [[stres]] karena seringkalisering kali muncul terutama pada tahap yang terpisah, dan karena anak yang diamati menunjukkan gerakan tersebut cenderung rentan menangis. Berdasarkan hipotesis, gerakan-gerakan tersebut terjadi ketika seorang anak mencoba menahan tangis, dan gerakan tersebut menghilang ketika tangis itu pecah.<ref name=":6" /> [[Crittenden]] memperhatikan bahwa seorang anak yang diperlakukan dengan kasar dikelompokkan memiliki keterikatan tidak beraturan karena dalam situasinya, perilaku anak tersebut tidak menunjukkan penghindaran ataupun ambivalensi, namun ia menunjukkan [[stereotip]] yang berkaitan dengan stres, yakni memiringkan kepala selama situasi yang asing baginya tersebut.<ref name=":6" /> Perilaku tersebut juga merupakan pertanda tingkat stress.<ref name=":11">Crittenden, P.M. (1983) ‘Mother and Infant Patterns of Attachment’ Unpublished PhD Dissertation, University of Virginia, May 1983, p.73</ref> Dalam situasi yang asing, sistem keterikatan diharapkan menjadi teraktifkan oleh kepergian dan kembalinya pemberi perhatian.<ref name=":11" /> Jika perilaku anak tidak tampak oleh pengamat terkoordinasikan dalam cara yang tenang untuk mencapai kedekatan atau kedekatan relatif dengan pemberi perhatian mereka, maka keterikatan itu dianggap tidak beraturan sebagaimana hal tersebut mengindikasikan kekacauan atau keterluapan sistem keterikatan (misalnya oleh ketakutan).<ref name=":11" /> Perilaku anak dalam ''[[Strange Situation Protocol]]'' (protokol situasi yang canggung) terkodifikasi sebagai ketidakberaturan atau [[disorientasi]], termasuk menunjukkan ketakutan yang jelas, perilaku yang bertentangan atau merusak terjadi secara simultan atau berurutan; stereotip, tidak simetris, salah arah atau gerakan tersentak; atau pembekuan dan disosiasi yang jelas.<ref name=":11" /> [[Lyons-Ruth]] meski demikian mendesak bahwa seharusnya diketahui lebih luas bahwa 52% anak yang terikat tidak beraturan terus menerus mendekati pemberi perhatian mereka, mencari kenyamanan, dan menghentikan penderitaan mereka tanpa perilaku penghindaran maupun ambivalen yang jelas.<ref>Karlen Lyons-Ruth, Jean-Francois Bureau, M. Ann Easterbrooks, Ingrid Obsuth, Kate Hennighausen & Lauriane Vulliez-Coady (2013). Parsing the construct of maternal insensitivity: distinct longitudinal pathways associated with early maternal withdrawal, Attachment & Human Development, 15:5-6, 562-582</ref> Sebagai contoh, anak-anak ditempatkan dalam tempat yang penuh [[perhatian]] dan [[kepedulian]], kemudian lebih dari sekali/seringkalisering kali diberikan gangguan ke dalamnya. Dalam video ''Strange Situation Protocol'', keterikatan tidak beraturan cenderung terjadi ketika seorang anak yang ditolak atau diabaikan mendekati orang asing dalam keadaan terganggu tersebut untuk mendapatkan kenyamanan, kemudian kehilangan kendali otot dan jatuh di lantai akibat kewalahan oleh gangguan ketakutan yang tidak diketahui.<ref>Crittenden, P. & Landini, A (2011) Assessing Adult Attachment: A Dynamic-Maturational Approach to Discourse Analysis, NY: W.W. Norton, p.269</ref> Main dan Hesse menemukan bahwa kebanyakan ibu dari anak-anak dengan keterikatan tidak beraturan tersebut menderita kehilangan yang besar atau [[trauma]] lainnya sesaat sebelum atau setelah [[melahirkan]], dan bereaksi dengan menjadi sangat [[depresi]].<ref name=":12">Colin Murray Parkes (2006). Love and Loss. Routledge, London and New York. p. 13.</ref> Pada kenyataannya, 56% ibu yang kehilangan [[orang tua]] karena [[kematian]] sebelum mereka menyelesaikan [[sekolah menengah atas]], mempunyai anak dengan keterikatan tidak beraturan.<ref name=":12" /> Studi berikutnya, dengan menekankan pada potensi penting kehilangan yang belum terselesaikan, setuju dengan penemuan tersebut.<ref>Madigan, Sheri, et al.(2006). "Unresolved states of mind, anomalous parental behaviour, and disorganised attachment: A review and meta-analysis of a transmission gap." Attachment & human development 8.2: 89-111</ref> Sebagai contoh, Solomon dan George menemukan bahwa kehilangan yang tidak/belum terselesaikan dalam diri seorang ibu cenderung mempunyai hubungan dengan keterikatan tidak beraturan pada anak, terutama ketika mereka juga mengalami trauma yang tidak terpecahkan pada kehidupan mereka sebelum mengalami kehilangan tersebut.<ref>Solomon, J., & George, C. (2006). Intergenerational transmission of disregulated maternal care giving: Mothers describe their upbringing and child rearing. In O. Mayseless (Ed). Parenting representations: Theory, research, and clinical implications (pp. 265-295) Cambridge, UK: Cambridge University Press</ref>
 
== Referensi ==