Zurmang Gharwang VII diberi nama Cho Kyong Namgyal. Selama masa kehamilannya, ibu dari Gharwang VII ini seringkalisering kali mendengar bunyi gema yang terus menerus menyerupai suara tiupan dari sangkakala yang menyambut kedatangan suatu makhluk agung. Pada tradisi Tibet, tiupan sangkakala ini melambangkan perkembangan Dharma dan menifestasi dari kegiatan Buddha yang tak terhitung banyaknya. Banyak pertanda ajaib terjadi pada saat kelahiran dia. Yang membuat sang ibu heran adalah bayi ini dilahirkan dengan tangan membentuk Mudra, seakan-akan ia sedang melambangkan dewa-dewa kebijaksanaan. Tidak lama setelah ia keluar dari rahim ibunya, anak ini kemudian duduk bersila dalam posisi Vajra dan dapat berbicara dengan cakap seperti layaknya orang dewasa. Sementara itu langit dipenuhi dengan bunyi guntur yang menggelegar. Zurmang Gharwang VII ini hanya memperhatikan pelajaran, meditasi dan ajaran, serta menjunjung tinggi tradisi Ajaran Lisan dari para Karmapa. Ia mempelajari segala sesuatu dengan cepat. Ia tumbuh menjadi salah satu dari guru/pendidik utama dari Gyalwa Karmapa X. Zurmang Gharwang VII memasuki mahaparinibbana pada usia 53 tahun. Pada saat wafatnya, banyak sekali terjadi keajaiban, misalnya: banyak sekali pelangi terbentang diatas bangunan Zurmang, pada saat upacara kremasi, api pembakaran menyala dengan sendirinya, serta banyak sekali ditemukan relik-relik dari sisa pembakaran di tumpukan abunya.