Muhammad Thoha Ma'ruf: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
k Pendidikan: bentuk baku
Baris 28:
Sejak merantau ke Minang inilah Thaha Ma'ruf menunjukkan bakti yang begitu kuat terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa. Terutama dari sisi pendidikan. karena itulah ia terlibat dalam banyak sekali gerakan pendidikan sejak semasa mudanya. bahkan sebenarnya sejak sebelum ia berangkat ke negeri rantau, ia telah pula mengajar sebagai guru agama di tanah kelahirannya, Manado. Dan bukan hanya di Padang saja, melainkan juga ke wilayah-wilayah [[Sumatra Tengah]] lainnya, yakni di [[Riau]], [[Jambi]] dan [[Medan]].
 
Di Minang, Thaha Ma'ruf menikah dengan seorang gadis belia asli Minang yang kelak mendampinginya hingga akhir hayat, Hj Sariani binti H Muhammad Yasin. begitulah gadis itu biasa dipanggil. Sejak kecil Sariani telah dipanggil Hajjah, kerena sejak berusia lima tahun ia telah diajak berangkat ke tanah suci Makkah-Madinah untuk pertama kalinya, beberapa kali ia pulang pergi ke Haramain sebelum akhirnya dinikahkan dengan pemuda Thaha Ma'ruf, seorang guru agama militan asal Banjar yang telah diterima sebagai bagian dari penduduk Minang. Keluarga Istrinya ini adalah sebuah keluarga saudagar kaya raya yang memiliki keseharian hidup agamisagamais. Hj. Sariani pun seorang da’iyah handal sejak awal, sekaligus juga adalah pengatur keuangan keluarga yang terbukti sangat ulet.
 
Kehandalan Hj Sariani ini menjadi penting ketika terjadi peristiwa ''[[sanering]]'' (pemotongan nilai uang rupiah menjadi setengahnya), di mana setiap nominal mata uang di atas lima rupiah harus dipotong setengahnya. Kondisi ini cukup membuat orang-orang kaya kalang kabut, terutama bagi mereka yang tidak memiliki cadangan uang recehan. Nah, Hj Sariani inilah yang rupa-rupanya menyimpan cukup banyak cadangan uang recehan, sehingga keuangan keluarga cukup tertolong karena nilai mata uang dibawah lima rupiah tidak mengalami penyusutan.