Eyang Hasan Maolani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 13:
Hasan Maolani lahir di Desa Lengkong (kini berada di wilayah Kabupaten Kuningan) pada hari Senin Legi, tanggal 22 Mei 1782 Masehi, atau bertepatan dengan tanggal 8 Jumadil Akhir tahun 1196 Hijriyah. Dalam makalah umum yang biasa dibagikan panitia haul Eyang Hasan Maolani, disebutkan secara rinci bahwa Eyang Hasan Maolani lahir pada sore hari setelah waktu ashar, sekitaran pukul 5 sore. Ia merupakan putra dari Kiai Bagus Lukman bin Kiai Syatar. Lahirnya Eyang Hasan Maolani berada di tahun yang sama dengan wafatnya Syekh Panembahan Daqo, salah seorang ulama sepuh di Desa Lengkong.<ref name=":2" />
 
== Pendidikan ==
== Pengembaraan Ilmu Agama Eyang Hasan Maolani ==
Primbon Eyang Abshori menuliskan bahwa Hasan Maolani pernah menjalani masa pendidikan di [[pesantren]] selama 7 tahun 6 bulan dari beberapa orang kiai, antara lain:<ref name=":0" /><ref>Abu Abdullah Hadziq, 2017, Sang Kyai Sedjati: Eyang Maolani, Kuningan: Panitia Haul Eyang Hasan Maolani, hlm. 12.</ref>
Dalam makalah yang disebarkan panitia haul[1] Eyang Eyang Hasan Maolani pada tahun 2009, dijelaskan beberapa kiai yang pernah menjadi guru keilmuan Eyang Hasan Maolani, antara lain:<ref name=":0" />
1.    * Kiai Alimudin, dari Pangkalan.
2.    * Kiai Sholehudin, dari Kadugede.
3.    * Kiai Kosasih, dari Kadugede.
4.    * Kiai Bagus Arjaen, dari Rajagaluh.
 
Menurut persebaran waktunya, Hasan Maolani menjalani pendidikan di beberapa lokasi
1.     Kiai Alimudin, dari Pangkalan.
* Pesantren Pangkalan selama 1 tahun 5 bulan,
 
* Pesantren Kadugede untuk tahap pertama selama 2 tahun 8 bulan
2.     Kiai Sholehudin, dari Kadugede.
* Pesantren Pasawahan Cirebon selama 1 tahun 1 bulan
 
* Pesantren Kadugede untuk tahap kedua selama 1 tahun 3 bulan.
3.     Kiai Kosasih, dari Kadugede.
 
4.     Kiai Bagus Arjaen, dari Rajagaluh.
 
 
Adapun dalam Primbon Eyang Abshori sebagaimana dikutip oleh Abu Abdullah Hadziq dalam bukunya disebutkan bahwa masa pengembaraan ilmu seorang Eyang Hasan Maolani setidaknya hampir 7 tahun 6 bulan. Dengan persebaran waktunya adalah: 1 tahun 5 bulan di pesantren Pangkalan, 2 tahun 8 bulan di pesantren Kadugede, 1 tahun 1 bulan di pesantren Pasawahan Cirebon, dan di pesantren Kadugede lagi selama 1 tahun 3 bulan.[2]
 
Hasil belajar dari kiai-kiai tersebut, Eyang Hasan Maolani mewarisi tradisi keilmuan ''Ahlussunnah wal Jamaah''. Beliau mengikuti Imam al-Asy’ari dalam madzhab aqidah, mengikuti Imam asy-Syafii dalam fiqh, serta beliau mengikuti dan pro-aktif mengikuti tarekat ''Syattariyyah''.<ref>{{Cite book|title=Gegap Gempita Perjalanan Sejarah dan Upaya Status Kepahlawanan Eyang Hasan Maolani Lengkong|last=Bahri|first=Idik Saeful|date=2020|publisher=Rasi Terbit|isbn=|location=Bandung|pages=5|url-status=live}}</ref>