Bojong, Cilimus, Kuningan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 24:
* Dusun Wage
 
== Sejarah Singkat Desa Bojong ==
 
Sejarah Bojong sebelum 1900an memang sangat sulit dilacak. Dokumentasi serta arsip mengenai hal ini masih belum sempat saya cari. Kebanyakan para kasepuhan yang pernah saya “paksa” untuk memutar ingatan, tidak memiliki dokumentasi dalam bentuk arsip, foto atau tulisan. Walhasil, hanya ada tuturan oral. Entoch, itu sangat bermanfaat untuk merunut cerita dengan menggabungkannya dengan buku atau tulisan yang serba sedikit.
Baris 50:
Untuk memajukan agama sengaja memanggil guru agama dari Desa Timbang yang bernama Bapak Kiai Mutawalli dan diberi sawah serta rumah. Letaknya sekarang di sebut Blok Balangko. Konon, saat itu Kuwu Haji Sidik tak hanya memanggil Kyai Mutawalli, tapi juga. Bedanya, Abah Mulhi kemudian dinikahkan dengan putera Kuwu Sidik, Ibu Kapsah dan tidak tinggal di Bojong.
 
Disini bisa ditambahkan mengenai sedikit cerita tentang KH. Mutawalli yang tidak ada di arsip desa. Penuturan beberapa masyarakat setempat, hingga tahun 1940an wilayah yang memiliki pesantren (di Kecamatan Cilimus) barulah desa Timbang, timur Caracas-Cilimus. Kiai Mutawalli datang ke Gibug lebih kurang tahun 1890an. Usianya masih sangat belia, mungkin di kisaran 20 tahun. Ia seorang yang cakap di bidang ilmu agama. Mutawally kecil tercatat pernah mengenyam pendidikan keagamaan tradisional. Salah satunya di Pondok Pesantren Bendakerep, Cirebon. Tak lama setelah menetap di Balangko, dia menikah dan memiliki beberapa santri. Berbeda halnya dengan KH. [[Eyang Hasan Maolani|Hasan Maolani]] yang mendirikan pondok pesantren di Lengkong, Garawangi, Mutawally, hanya memberikan pelajaran keagamaan dalam lingkup kecil. Santrinya tak lebih dari 20 orang. Kebanyakan berasal dari Pekalongan Jawa Tengah. Sebagian besar santrinya itu belajar ilmu hikmah atau sejenis tarekat.
 
Kiai Mutawally maupun putera-puteranya tidak membuka pesantren. Beberapa ulama lokal di sekitar wilayah Bojong, Cilimus dan Caracas yang saat itu dikenal sebagai sesepuh atau ulama diantaranya K. Mutawally (Bojong), H. Sirad (Cilimus), H. Saleh (Cilimus), K. Idris (Cilimus), K. Bakri (Cilimus), K. Hidir (Caracas) dan K. Sobary (Timbang).
Baris 63:
Kira-kira demikianlah awal kisah tentang sebuah desa yang sekarang bernama Bojong. Satu bagian dari percikan kisah masyarakat Giboeg sampai awal tahun 1900.
 
== Batas wilayah ==
BATAS WILAYAH
 
Desa ini seolah-olah terpisah dua bagian dengan bentangan sungai Cibacang ditengahnya.
* SELATAN dengan desa Bandorasa wetan dan desa Sangkanurip
Baris 86 ⟶ 85:
** Pengkolan Panawan
** Jalan SMP
 
== Referensi==
 
{{Cilimus, Kuningan}}