Filsafat abad ke-16: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: kosa kata → kosakata
Baris 4:
Filsafat abad ke-16 awal sering disebut '''Renaisans Puncak''' dan dianggap menggantikan era Filsafat Renaisans dan mengawali [[Filsafat abad ke-17|Zaman Rasionalisme]]. Filsuf terkenal dari zaman ini adalah [[Desiderius Erasmus]], [[Thomas More]], [[Niccolò Machiavelli]], Samuel von Pufendorf, [[Nicolaus Copernicus]], dan [[Michel de Montaigne]].<ref>{{cite book|title=Early Modern Philosophy: Essential Readings with Commentary |editor1-first=A. P. |editor1-last=Martinich |editor2-first=Fritz |editor2-last=Allhoff |editor3-first=Anand Jayprakash |editor3-last=Vaidya |publisher=Wiley-Blackwell |year=2007 |chapter=General Introduction |oclc=69332062}}</ref>
 
Karakteristik filsafat abad ke-16 adalah adanya kombinasi antara tradisi humanis dan skolastik. Terjadi perkembangan penting dalam kosa katakosakata, yaitu diperkenalkannya kata ‘[[psikologi]]’ (diciptakan oleh Marko Marulic) dan ‘[[antropologi]]’ (pertama kali digunakan oleh Magnus Helt). ‘''Psikologi''’ dalam konteks abad ke-16 merujuk pada diskusi-diskusi mengenai asal-usul jiwa/roh manusia. ‘''Antropologi’'' digunakan dalam konteks yang lebih sempit daripada yang kita gunakan saat ini, secara kaku merujuk pada hubungan antara jiwa dan anatomi manusia karena keduanya membentuk natur manusia.<ref name="Lagerlund">{{cite book |last=Lagerlund |first=Henrik |title= Routledge Companion to Sixteenth Century Philosophy |edition=1st |publisher=Routledge |year=2017 |doi=10.4324/9781315770512 |isbn=9781315770512 |location=New York}}</ref>
 
[[Logika]] (yang diwakili oleh filsuf, seperti John Mair) mulai tidak disukai di sebagian besar negara Eropa sekitar awal hingga pertengahan abad ke-16 dan pergeseran mengarah pada interpretasi Aristotelia. Karya Erasmus, ''Antibarbarian'', diterbitkan tahun 1520, tiga puluh tahun setelah ditulis oleh Erasmus. Tulisan Erasmus itu membela studi para filsuf dan ilmuwan kuno, yang secara luas disebut sebagai 'pendidikan klasik,' sambil menggiring keyakinan bahwa studi filsafat krusial dalam menjaga agama Kristen.<ref name="Lagerlund"/>