Puasa Sunnah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: dari pada → daripada
HsfBot (bicara | kontrib)
k replaced: walau pun → walaupun
Baris 1:
[[Berkas:Allah in Dodger Blue.svg|jmpl|35opx|Ajaran Islam mengajarkan untuk menjalankan ibadah sunnah seperti puasa sunnah]]
'''Puasa sunnah''' menurut ajaran [[Islam]] merupakan<ref name=":0">{{Cite web|url=https://islamhariini.com/puasa-senin-kamis/|title=Puasa Senin Kamis – Niat, Hukum, Keutamaan dan Cara Sesuai Sunnah|date=2019-01-09|website=Website Islam Hari Ini|language=id-ID|access-date=2019-08-08}}</ref> salah satu bagian [[ibadah]] [[sunnah]] yang dilakukan untuk mendapatkan [[cinta]] atau kasih sayang Allah SWT.<ref name="Faza">Asrar Mabrur Faza.2010.Mengapa Harus Puasa Senin Kamis?. Penerbit:Qultum Media.60-65</ref> Menurut ajaran [[Islam]] puasa sunnah merupakan salah satu [[ibadah]] yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan.<ref name="Faza" /> Menurut ajaran [[Islam]] dengan melaksanakan puasa sunnah seseorang dapat mendapatkan beberapa keuntungan yaitu keuntungan untuk menjadi orang-orang yang disayangi Allah serta mendapatkan pundi pahala.<ref name="Faza" /> Dengan puasa sunnah seseorang bisa [[sehat]] dan kuat.<ref name="Faza" /> Menurut Nabi Muhammad SAW, Allah mencintai orang beriman yang [[sehat]] dan kuat daripada daripada orang beriman yang lemah (HR Muslim dari Abu Hurairah ra).<ref name="Faza" /> Salah satu puasa sunnah yang dikenal dalam ajaran [[islam]] yaitu puasa senin kamis.<ref name="Faza" /> Dalam menjalankan puasa sunnah seperti [[puasa senin kamis]]<ref name=":0" /> harus memasang niat untuk mendapatkan kasih sayang Allah dan puasa sunnah yang dilakukannya juga atas dasar [[cinta]] kepada Allah.<ref name="Faza" /> Orang yang melaksanakan atau menjalankan puasanya sunnah merupakan atas dasar kehendak diri mereka sendiri jika ingin berpuasa dan jika tidak boleh dibatalkan walau punwalaupun tanpa halangan.<ref name="Sa'di">Adil Sa'di.2006.FIQHUN-NISA-SYIYAM-ZAKAT-HAJI. Penerbit:PT Mizan Publika.71</ref>
 
Puasa sunnah terasa lebih berat daripada puasa wajib. Sebab dalam pelaksanaan puasa sunnah, kita sering kali merasa "terpaksa". Apalagi puasa sunnah yang kategorinya sebagai puasa "ikut", seperti puasa tarwiyah dan arafah. Disebut sebagai puasa "ikut", karena kita ber[[Puasa Tarwiyah|puasa tarwiyah]] dan [[Puasa Arafah|arafah]], berdasarkan pelaksanaan haji bagi orang Islam yang sedang berhaji. Ada juga puasa sunnah yang terasa seperti puasa wajib, sehingga pengamal merasa sebagai puasa wajib, merasa "terpaksa" harus menjalankannya. Puasa sunnah semacam ini, biasanya dilatarbelakangi keinginan tertertu, misalnya sebagai persyaratan ritual keilmuan tertentu.