Hasanuddin HM: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 15:
|occupation =
}}
'''Hasanuddin Bin Haji Madjedi''' (lahir di [[Banjarmasin]], [[Kalimantan Selatan]] [[Desember]] [[1945]] – meninggal di [[Banjarmasin]], [[Kalimantan Selatan]] [[10 Februari]] [[1966]] pada umur 20 tahun) adalah mahasiswa [[Universitas Lambung Mangkurat]] yang meninggal karena ditembak sewaktu berlangsungnya demonstrasi mahasiswa yang menuntut Tritura atas pemerintahan Orde Lama di bawah Presiden Soekarno di [[Banjarmasin]] pada tanggal 10 Februari 1966. <ref>[http://antarakalsel.com/berita/5716/haul-pahlawan-ampera-hasanuddin Haul Pahlawan Ampera Hasanuddin] - antarakalsel.com, diakses 20 Februari 2014.</ref> Ia diangkat sebagai Pahlawan Amanat Pembelaan Rakyat (AMPERA) dari Banjarmasin dan dimakamkan berdampingan dengan [[Pangeran Antasari]].<ref>[http://www.banjarmasinkota.go.id/wisata/objek-wisata/makam-p-antasari.html Makam Pangeran Antasari] - situs Pemerintah [[Kota Banjarmasin]], diakses 20 Februari 2014.</ref>
 
== Peristiwa 10 Februari 1966 ==
Dari rumahnya di Jalan Batu Piring Nomor 21 Banjarmasin, Hasanuddin yang akrab disapa Asan di keluarga besarnya itu berpamitan dengan sang ayah, Haji Madjedi. Seorang pegawai kantor gubernuran itu mengizinkan sang anak bergabung dalam aksi demonstrasi yang mengusung Tiga Tuntutan Rakyat ([[Tri Tuntutan Rakyat|Tritura]]). Diboncengi sang kakak, Asan pergi cepat-cepat dengan sepeda ontelnya Menuju titik kumpul di kampus ULM di Jalan Lambung Mangkurat (kini jadi kantor [[Bank Mandiri]]). Ia ingin bergabung dengan para seniornya, seperti Mas Abi Karsa (Ketua Periode KAMI), Gusti Rusdi Effendi, Yusriansyah Aziz, Djok Mentaya, Anang Adenansi, AS Musaffa (Ketua Presidium KAMI), Zainuddin Rais, Djohar Hamid, dan wartawan harian Mimbar Mahasiswa, HM Husni Thamrin.
 
Benar saja, pagi 10 Februari 1966, sudah ada ribuan mahasiswa baru dan senior berkumpul. Mereka mengenakan baju almamater kebesarannya. Ditandai dengan peci hitam (mirip [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut|TNI Angkatan Laut]]) dan logo [[Universitas Lambung Mangkurat|Unlam]], di sisi kanan peci. Barisan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI ini, membaur bersama dalam lautan massa yang diperkirakan mencapai 15 ribu demonstran. Mereka tengah mengikuti apel siaga di Lapangan Merdeka (sekarang menjadi halaman Sabilal Muhtadin). Ada sekitar 16 organisasi kemahasiswaan, pelajar dan kemasyarakatan bergabung, terkecuali [[Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia|Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)]] dan lainnya.
 
Massa demonstran ini menuntut kepada [[Daftar Gubernur Kalimantan Selatan|Gubernur Kalimantan Selatan]], H Aberani Sulaiman, Rektor [[Universitas Lambung Mangkurat]] Milono serta disaksikan Kepala Staf Daerah Militer (Kasdam) X/Lambung Mangkurat, Kolonel Sutopo Yuwono. Begitu usai menyampaikan tuntutan, massa pun bergerak menuju ke Kantor Konsulat Republik Rakyat Tjina (RRT) yang kini menjadi kantor Ajenrem di Jalan [[Pierre Tendean]], Banjarmasin. Konsulat Tiongkok ini jadi sasaran demonstran karena diduga menjadi beking para tengkulak atau cukung sembako yang membuat harga melambung naik.