Bir pletok: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kapital Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
Sejarah Bir Pletok
Bir pletok, menurut catatan literatur tertua yang kami temukan bertanggal 1 Mei 1907, yaitu dari surat kabar terbitan Surabaya bernama, Soerabaijasch Handelsblad. Di sana disebutkan adanya sajian minuman PLETOK bersama gulali, limun, wedang, dan cemilan lainnya dalam acara yang diadakan pembesar Belanda dan pribumi ketika itu, terutama saat Ulang tahun Ratu Belanda.
Dari Sastrawan Betawi Alm. Firman Muntaco yang disampaikan oleh anaknya Fifi Firman Muntaco, Bir Pletok dulu berwarna kuning dan jika dituangkan ke gelas akan berbusa, karena di campur dengan soda.
Dan dari Babe Yoyo Muchtar pengasuh acara Bale-Bale TVRI dari salah satu narsumnya terungkap kisaran tahun 1930-50 an dahulu ada yang jualan Bir Pletok di Jalan Raya Bogor, Manggarai. (Bukan Jalan Raya Bogor yang sekarang) Dimana dahulu disitu merupakan tempat memberi makan dan mengganti kuda maupun sado yang akan menuju Bogor maupun Ke Jakarta
Pletok
Nama pletok diambil dari berbagai sumber ada yang mengatakan jaman kolonial, rempah-rempah pembuat bir pletok dimasukan kedalam lodong bambu lalu di campur batu es dan dikocok berulang-ulang hingga berbunyi pletak..pletok..sebelum dituang ke dalam gelas.
Kaum Betawi adalah kaum yang egaliter hingga dengan mudahnya menamakan minuman tersebut dengan nama Pletok dan dikemudian hari dikenal dengan sebutan Bir Pletok.
Walaupun memakai nama Bir tapi minuman Bir Pletok ini halal karena terbuat dari beragam rempah-rempah tanpa sekalipun ada unsur alkohol.
Pada bulan Februari 2019 berdiri Perkumpulan Pengusaha Bir Pletok Indonesia (PPBPI) suatu wadah kuliner Betawi yang konsen melestarikan dan memajukan bir pletok sebagai salah satu primadona kuliner khas Betawi.
Berlokasi sekretariat di Jl.Delima Raya No.40 Ciracas-Jakarta Timur
== Sejarah ==
|