Maluku Utara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 144:
[[Berkas:Willem Blaeu00.jpg|jmpl|ka|240px|Peta [[Kepulauan Maluku|Kepulauan Maluku Utara]] karya seorang [[Kartografi|kartografer]] [[Belanda]], Willem Janszoon Blaeu, pada tahun [[1630]]. Arah utara berada di sebelah kanan, dengan [[Pulau Ternate]] terletak di ujung kanan, diikuti oleh [[Pulau Tidore]], Mare, Moti dan Kepulauan Makian. Pada bagian bawah adalah ''Gilolo'' ([[Jailolo, Halmahera Barat|Jailolo]] atau [[Halmahera]]). Inset yang berada di atas menunjukkan [[Pulau Bacan]].]]
=== Kerajaan Moloku Kie Raha ===
Daerah ini pada mulanya adalah bekas wilayah empat kerajaan Islam terbesar di bagian timur
* [[Kesultanan Bacan]]
* [[Kesultanan Jailolo]]
Baris 156:
[[Portugis]] merupakan bangsa eropa pertama yang datang ke Kepulauan Maluku yaitu di banda pada tahun 1511, dan sampai di Ternate pada masa pemerintahan [[Sultan Bayanullah]] tahun 1512 dibawah pimpinan [[Fransisco Serrão|Francisco Serrão]], mereka membangun sebuah benteng di Ternate pada tahun 1522 dan selesai pada tahun 1523. Benteng ini merupakan benteng kolonial pertama di Kepulauan Maluku yang diberi nama [[Benteng Kastela]]. Portugis juga diberi kedudukan dan hak istimewa sebagai mitra dan penasihat kesultanan. Pada 25 Februari 1570 Gubernur Portugis Lopez de Mezquita menjebak dan membunuh [[Sultan Khairun]] pada saat jamuan makan di Benteng Kastella. Pasca kematian Sultan Khairun, Sultan Baabullah dinobatkan menjadi sultan menggantikan ayahnya dan berjuang melawan Portugis. Sultan Baabullah mengepung Benteng Kastela selama lima tahun sampai pada tanggal 15 Juli 1575 Portugis menyerahkan benteng tersebut dan mundur ke [[Kota Ambon|Ambon]].
=== Pendudukan
[[Kekaisaran Jepang]] menginvasi Maluku pada awal tahun 1942 sebagai bagian dari Kampanye [[Perang Dunia II]] Hindia-Belanda, mengusir Belanda dari wilayah tersebut. Halmahera menjadi situs pangkalan angkatan laut Jepang di Teluk Kao. 2 tahun kemudian, pasukan AS dan sekutu mereka melancarkan [[Pertempuran Morotai]] pada tahun 1944; membom pulau itu pada bulan Agustus dan menyerang pada bulan September. Pasukan Kekaisaran Jepang di Morotai bertahan sampai 1945 tetapi gagal mengusir Sekutu. Pada akhir tahun 1944, 61.000 personel AS mendarat di Morotai.{{sfn|Conboy|Morrison|1999|p=102}} Dua pertiga dari mereka adalah insinyur, yang dengan cepat membangun fasilitas termasuk pelabuhan dan dua lapangan terbang{{sfn|Conboy|Morrison|1999|p=102}} ditambah tempat pengisian bahan bakar. Penyerahan resmi Tentara Jepang Kedua terjadi di Morotai pada 9 September 1945. Serdadu Jepang terakhir yang menolak menyerah, Prajurit [[Teruo Nakamura]] ([[Bahasa Amis|Amis]]: Attun Palalin), ditemukan oleh [[Angkatan Udara Indonesia]] di Morotai, dan menyerah ke patroli pencarian pada 18 Desember 1974.<ref>{{Citation|title=The Last Last Soldier?|date=January 13, 1975|url=http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,917064,00.html?iid=chix-sphere|newspaper=Time}}.</ref>
=== Zaman kemerdekaan ===
|