Ada dua versi kenapa curug itu bernama Curug Citambur. Versi pertama karena pada jamanzaman dahulu suara setiap air yang jatuh dari atas curug ke kolam berbunyi “bergedebum” seperti suara Tambur, sebuah alat musik tabuh yang dipukul. Seiring menyusutnya volume air, bunyi itu tak terdengar lagi. Versi lain, curug tersebut dulu termasuk wilayah Kerajaan Tanjung Anginan, yang rajanya bergelar Prabu Tanjung Anginan. Pusat kerajaannya berada di [[Pasirkuda, Cianjur|Pasirkuda]], yang kini termasuk Desa Simpang dan [[Karangjaya, Pasirkuda, Cianjur|Desa Karangjaya]]. Dugaan pusat kekuasaan di sana karena ada batu yang berbentuk kursi yang diyakini warga sebagai tempat duduk raja. Sementara itu, nama [[Pasirkuda, Cianjur|Pasirkuda]] karena ada sebuah batu di bukit (pasir dalam bahasa Sunda) yang berbentuk kuda. Pada saat kerajaan berdiri, setiap raja mau mandi ke curug selalu ditengarai dengan suara tambur, yang ditabuh para pengawal. Suara berdebumnya alat musik tabuh itu terdengar cukup jauh sehingga warga Pasirkuda menyebutnya Curug Citambur. Namun belum diketahui sejarah dan masa keberlangsungan Kerajaan Tanjung Anginan.