Karangkancana, Karangkancana, Kuningan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k top: bentuk baku
HsfBot (bicara | kontrib)
k jaman --> zaman
Baris 37:
Perkampungan tersebut semakin ramai oleh penduduk, dan pada mulanya dipimpin oleh seseorang yang bernama Dalem Kertapala. Disana mereka hidup rukun dan damai, makmur dengan pencaharian pokok bertani dan bercocok tanam. Siklus perekonomian pun berjalan dengan mulus tanpa adanya gangguan, karena memang tempat mereka sangat strategis, perairan sangat cukup mendukung, suasana sejuk dan nyaman serta pemandangan yang indah, disamping itu setiap orang atau rombongan yang akan datang ke wilayah itu dengan mudah terlihat dari perkampungan mereka, karena lokasinya yang tinggi, sehingga setiap gerak-gerik yang kelihatan dan mencurigakan dengan mudah dapat diketahui.
 
Kehidupan terus berjalan mengiringi roda jamanzaman, dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun, dan akhirnya perkampungan itu telah menjadi sebuah perkampungan yang ramai dengan segala aktivitas penduduknya. Beberapa pimpinan kampung telah terjadi pergantian secara adat dan turun temurun, tetapi setelah keturunan Dalem Kertapala tidak ada yang dapat meneruskan tampuk kepemimpinan leluhurnya, maka pimpinan kampung di pimpin oleh Demang yang bernama Demang Adiwiguna. Saat itulah pertama kali pemimpin dapat dipilih secara demokrasi oleh masyarakat, dan sejak itulah Ciporang mulai dikenal dengan sebutan Dukuh Gunungjawa yang berarti ''Orang-orang Jawa berkumpul di Kaki Gunung''. Kehidupan masyarakat Gunungjawa yang sudah terbiasa hidup damai dan memiliki sifat saling menghormati, maka siapapun pimpinannya tidak membuat mereka berpecah-belah, tetapi justru saling menghormati antara satu dengan yang lainnya.
 
Kecemasan dan rasa takutpun sedikit demi sedikit berkurang, bahkan akhirnya kehidupan mereka semakin merasa nyaman Pendita Anjar Padang beserta putri dan rombongannya tidak ada lagi, tetapi walaupun demikian satu orangpun belum ada yang berani melewati garis yang digoreskan oleh Pendita (Lebak Cijurang), karena mereka masih takut akan ancaman Pendita.