Widorokandang, Pati, Pati: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) k →top: Bot: Menambah pengawasan otoritas |
k jaman --> zaman |
||
Baris 20:
Sebagian besar penduduk desa widorokandang menggantungkan hidup dari usaha pertanian dengan lahan pertanian tadah hujan. Widorokandang memiliki satu dukuh yaitu dukuh/dusun cangkring.
Berikut adat di desa widorokandang, dalam adatnya di mana penduduk asli Ds. Widorokandang tidak boleh menikah dengan penduduk dukuhnya yaitu Dukuh Cangkring, dan sebaliknya, jika memang menikah harus ada syarat - syarat yang harus di penuhi kedua calon mempelai, mitosnya kalau mennikah tanpa syarat tersebut menurut kepercayaan yang sudah turun menurun pernikahannya akan buruk dan banyak musibah. maka dari itu kebanyakan penduduk Desa Widorokandang atau Dukuhnya yaitu cangkring memilih untuk mencari pasangan dari kampung atau daerah lain. Ini di karenakan menurut Mitosnya Dayang dukuh/desa Cangkring dahulu adalah Adik dari Dayang Desa widorkandang. Dayang adalah orang yang di percaya sebagai sesepuh atau suatu tokoh yang mendirikan dan memberikan nama pada desa pada
Kondisi alam, Walaupun dekat dengan sungai silugonggo, namun hal tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal karena ketika musim kemarau, air sungai sering menjadi asin akibat naiknya air laut. Sedangkan ketika musim penghujan tidak jarang sawah mereka terkena banjir,tapi banjir besar biasanya terjadi 5 atau 6 tahun sekali, dan banjir terbesar dan terparah pernah terjadi pada akhir tahun tahun 2013 setelah 5 tahun tidak pernah di landa banjir, itu juga tercatat sebagai bencana banjir terparah di kota Kudus, Pati dan Rembang akibat di tumpahkannya air dari 2 waduk yang ada di Kabupaten Pati dan jebolnya waduk di daerah kabupaten Kudus juga di perparah dengan Curah hujan yang tinggi selama 2 minggu yang mengakibatkat trunnya air kiriman dari gunung Muria, orang daerah pati dan sekitarnya biasa nenyebutnya dengan Banjir Gunung, kondisi ini juga mengakibatkan kemacetan pada jalan Pantura hampir kurang lebih 12 kilo meter, kindisi ini mendapat perhatian dari Bapak Jusuf Kalla yang saat itu menjadi Ketua Umum Palang Merah Indonesia atau PMI.
|