Mengzi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 4:
Namun pada suatu hari, ia pulang sekolah lebih awal ketika itu ibunya sedang menenun kain. Sang ibu berfirasat bahwa Mensius telah bolos dari sekolahnya. Oleh karena itu ia segera mengambil pisau dan memotong kain yang sedang ditenunnya sebagai peringatan kepada putranya tersebut supaya ia tidak melakukannya lagi. Bilamana ia tidak bersungguh-sungguh belajar, maka seperti kain tenun yang tak berguna dan terpotong tadi.
Seperti halnya [[Khonghucu]], [[Mensius]] banyak mengajarkan tentang Watak Sejati [[(Xing)]] manusia yang memiliki sifat bajik dari Tian yakni berupa Cinta Kasih (Ren), Kebenaran (Yi), Li (Susila), Bijaksana (Ti) dan Dapat dipercaya (Xin). Setiap manusia telah dikaruniai dengan Wu Chang (Lima Kebajikan) tersebut, oleh karena itu menurut Mensius, Watak Sejati (Xing) manusia itu bersifat bajik. Menurut Mensius hal tersebut dapat dibuktikan apabila ada seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa secara tiba-tiba hendak terjerumus ke dalam sumur, maka setiap orang yang melihatnya pasti akan segera tergerak hatinya untuk menolong dan menyelamatkannya tanpa menghiraukan siapa anak kecil itu. Hal inilah yang dimaksudkan oleh Mensius bahwa pada dasarnya manusia memiliki perasaan atau hati nurani yang sama, tetapi karena pengaruh lingkungan maka Watak Sejati (Xing) yang bersifat bajik tadi bisa dirusak oleh keadaan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu menjadi kewajiban setiap insan untuk selalu memelihara dan merawat Watak Sejatinya agar selalu memancarkan sifat-sifat baik.
Beliaupun sering melakukan pembicaraan dengan para Raja atau penguasa pada masa itu untuk meyakinkan mereka agar supaya menjadi pemimpin yang benar dan bermoral. Disamping itu pula beliau mengajarkan tentang demokrasi dalam pemerintahan, karena seorang Raja atau pemimpin itu dipercaya mendapatkan mandat dari Tian (Tuhan) atau disebut dengan [[Tian Ming]]. Dia harus bertindak sebagai ayah bunda rakyatnya. Ditegaskannya pula bahwa :"Tuhan melihat seperti halnya rakyat melihat, dan Tuhan mendengar seperti halnya rakyat mendengar".
[[Kategori:Tokoh-tokoh Dinasti Zhou]]
|