Letusan Samalas 1257: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Swarabakti (bicara | kontrib)
lanjut terjemah
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 43:
 
Teori bahwa Gunung Samalas/Rinjani merupakan sumber letusan ini pertama kali disuarakan pada tahun 2012, sebab calon-calon sumber letusan lainnya – Gunung [[El Chichón]] dan [[Quilotoa]] – tidak cocok dengan unsur kimiawi penyusun lapisan-lapisan sulfat yang telah ditemukan.<ref name="Witze2012"/> Kurun waktu dan ukuran letusan ini juga tidak sesuai dengan data dari El Chichon dan Quilotoa, begitu juga dengan data dari calon lainnya, Gunung [[Mount Tarawera|Okataina]].{{sfn|Lavigne|Degeai|Komorowski|Guillet|2013|p=16742}} {{quote box|width=15em|align=right|quote=Seluruh rumah hancur dan tersapu habis, mengambang di lautan, dan banyak orang yang mati.|author=''Babad Lombok''|source={{sfn|Hamilton|2013|pp=39–40}}}} Kaitan antara letusan Samalas dengan kejadian-kejadian ini dipastikan pada tahun 2013<ref name="Science2013"/> berdasarkan [[penanggalan radiokarbon]] pohon-pohon di Lombok{{sfn|Hamilton|2013|p=40}} serta bukti sejarah ''Babad Lombok'' yang dituliskan di atas [[daun lontar|dedaunan lontar]] dalam [[bahasa Jawa Kuno]].<ref name="Science2013"/> ''Babad Lombok'' mengisahkan sebuah letusan katastropis yang terjadi di Lombok sebelum sebelum akhir abad ke-13.{{sfn|Lavigne|Degeai|Komorowski|Guillet|2013|p=16743}} Temuan-temuan ini meyakinkan [[Franck Lavigne]] (ahli ilmu bumi dari [[Pantheon-Sorbonne University]]<ref name="UPI2012" />), yang telah mencurigai gunung berapi di Lombok sebagai sumber letusan, untuk menyimpulkan bahwa Samalas-lah pelakunya.{{sfn|Hamilton|2013|p=39}} Peran letusan Samalas dalam anomali cuaca global juga telah dipastikan dengan perbandingan [[geokimia]] antara pecahan sampel es serta deposit erupsi di Lombok.<ref name="Reid2016"/> Kajian lanjutan yang menemukan kesamaan geokimia antara tefra yang ditemukan dalam sampel es kutub dengan hasil letusan Samalas juga turut memperkuat temuan ini.{{sfn|Narcisi|Petit|Delmonte|Batanova|2019|p=168}}
 
== Dampak pada iklim ==
 
=== Data aerosol dan paleoklimatologis ===
Jejak sulfat pada sampel es dari berbagai tempat di bumi yang dihubungkan dengan Samalas merupakan jejak sulfat paling kuat selama 1000 tahun terakhir.{{sfn|Kokfelt|Muscheler|Mellström|Struyf|2016|p=2}} Menurut satu perkiraan, jejak ini bahkan merupakan yang paling kuat selama 2500 tahun terakhir.{{sfn|Swingedouw|Mignot|Ortega|Khodri|2017|p=28}} Jejak ini sekitar delapan kali lebih kuat daripada jejak sulfat hasil letusan [[Krakatau]] pada tahun 1883.{{sfn|Hamilton|2013|p=39}} Di belahan bumi utara, jejak sulfat Samalas hanya kalah kuat dari jejak yang dihasilkan oleh letusan [[Laki]] pada tahun 1783/1784;{{sfn|Kokfelt|Muscheler|Mellström|Struyf|2016|p=2}} Jejak sulfat dari sampel es ini telah digunakan sebagai penanda waktu dalam kajian-kajian kronostratografis.<ref name="Boudon2017"/> Sampel es dari [[Illimani]] di Bolivia bahkan juga mengandung [[thallium]]<ref name="Kellerhals2010"/> dan jejak sulfat dari letusan Samalas.<ref name="Knusel2003"/> Sebagai perbandingan, material sulfur yang dimuntahkan oleh letusan [[Gunung Pinatubo|Pinatubo]] pada tahun 1991 hanya sekitar sepersepuluh dari material sulfur yang dimuntahkan oleh letusan Samalas.{{sfn|Fu|Lin|Huang|Feng|2016|p=2862}} Timbunan sulfat dari letusan Samalas telah ditemukan di [[Svalbard]],<ref name="Wendl2015"/> dan luruhan material [[asam sulfat]] dari gunung ini kemungkinan berdampak secara langsung pada [[lahan gambut]] di utara Swedia.{{sfn|Kokfelt|Muscheler|Mellström|Struyf|2016|p=6}} Selain itu, aerosol sulfat yang dihasilkan oleh letusan ini kemungkinan mengekstrak sejumlah besar [[isotop]] [[berilium]] {{chem|10|Be|link=Beryllium-10}} dari [[stratosfer]]; pengekstrakan dan pendepositan material semacam ini pada lapisan es dapat memberi dampak serupa dengan perubahan [[siklus matahari|aktivitas matahari]].{{sfn|Baroni|Bard|Petit|Viseur|2019|p=6}} Massa sulfur dioksida yang dilepaskan oleh letusan ini diperkirakan mencapai sekitar 158&nbsp;±&nbsp;12 juta ton.<ref name="Vidal2016"/> Massa sulfur ini lebih besar daripada yang dilepaskan oleh letusan Tambora, walaupun mungkin saja ini karena letusan Samalas lebih efektif dalam memuntahkan tefra hingga mencapai lapisan stratosfer. Selain itu, magma Samalas kemungkinan memiliki kandungan sulfur yang lebih tinggi.{{sfn|Vidal|Komorowski|Métrich|Pratomo|2015|p=21}} Luruhan material dari letusan ini kemungkinan membutuhkan berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk menjangkau tempat-tempat yang jauh.{{sfn|Campbell|2017|p=113}} Aerosol yang dimuntahkan oleh letusan gunung berapi berskala besar dapat membentuk lapisan tersendiri di stratosfer. Lapisan ini mengurangi sinar yang menjangkau permukaan bumi dan menurunkan temperatur, sehingga dapat berdampak pada berkurangnya hasil panen.{{sfn|Stothers|2000|p=362}} Menurut temuan yang didapat dari kajian sampel es [[Dome C]] di [[Antarktika]], material aerosol sulfat hasil letusan Samalas kemungkinan bertahan dalam konsentrasi tinggi di atmosfer hingga kira-kira tiga tahun, walaupun material aerosol dalam jumlah yang lebih kecil kemungkinan masih bertahan selama beberapa waktu lebih lama.{{sfn|Baroni|Bard|Petit|Viseur|2019|p=21}}
 
Data dari kajian lingkar pohon yang berkaitan dengan dampak letusan ini adalah penurunan pertumbuhan pohon di Mongolia pada tahun 1258–1262,<ref name="Davi2015"/> lingkar-lingkar pohon yang rusak akibat pembekuan pada masa pertumbuhan,<ref name="BaillieMcAneney2015"/> lingkar-lingkar yang terang pada pohon-pohon di Kanada dari tahun 1258 dan [[Siberia]] barat laut dari tahun 1259,<ref name="HantemirovGorlanova2004"/> lingkar-lingkar pohon yang tipis di [[Sierra Nevada (AS)|Sierra Nevada]], California, Amerika Serikat,<ref name="Scuderi1990"/> serta penipisan lingkar pohon selama satu dekade penuh pada pohon-pohon di Norwegia dan Swedia.<ref name="ThunSvarva2018"/> Temuan lainnya yang menunjukkan besarnya dampak letusan ini adalah jejak pendinginan pada sedimen danau di timur laut Tiongkok,<ref name="ChuSun2012" /> jejak musim hujan yang teramat basah di Vietnam,{{sfn|Hamilton|2013|p=40}} dan jejak kekeringan yang ditemukan pada berbagai tempat di [[belahan bumi utara]]<ref name="FeiZhou2016"/> serta pada [[gua|gua-gua]] [[Thailand]].{{efn|Walaupun kekeringan di Thailand tampaknya berlanjut hingga melewati masa ketika dampak aerosol Samalas seharusnya sudah tidak lagi terasa.<ref name="Tan2019" />}}<ref name="Tan2019" /> Penurunan suhu mungkin saja bertahan selama sekitar 4–5 tahun berdasarkan simulasi iklim dan data kajian lingkar pohon.{{sfn|Stoffel|Khodri|Corona|Guillet|2015|p=787}}
 
<!--Another effect of the eruption-induced climate change may have been a brief decrease in atmospheric carbon dioxide concentrations.{{sfn|Brovkin|Lorenz|Jungclaus|Raddatz|2010|p=675}} A decrease in the growth rate of atmospheric carbon dioxide concentrations was recorded after the 1992 Pinatubo eruption; several mechanisms for volcanically driven decreases in atmospheric {{chem|C|O|2}} concentration have been proposed, including colder oceans absorbing extra {{chem|C|O|2}} and releasing less of it, decreased [[Carbon respiration|respiration]] rates leading to carbon accumulation in the [[biosphere]],{{sfn|Brovkin|Lorenz|Jungclaus|Raddatz|2010|p=674}} and increased productivity of the biosphere due to increased scattered sunlight and the fertilization of oceans by volcanic ash.{{sfn|Brovkin|Lorenz|Jungclaus|Raddatz|2010|pp=674–675}}
 
The Samalas signal is only inconsistently reported from [[tree ring]] climate information,{{sfn|Guillet|Corona|Stoffel|Khodri|2017|p=123}}<ref name="Baillie2015"/> and the temperature effects were likewise limited, probably because the large sulfate output altered the average size of particles and thus their [[radiative forcing]].<ref name="Boucher2015"/> Climate modelling indicated that the Samalas eruption may have reduced global temperatures by approximately {{convert|2|C-change}}, a value largely not replicated by proxy data.<ref name="Guillet2015"/> Better modelling with a [[general circulation model]] that includes a detailed description of the aerosol indicated that the principal temperature anomaly occurred in 1258 and continued until 1261.<ref name="Guillet2015"/> Climate models tend to overestimate the climate impact of a volcanic eruption;{{sfn|Swingedouw|Mignot|Ortega|Khodri|2017|p=30}} one explanation is that climate models tend to assume that aerosol [[optical depth]] increases linearly with the quantity of erupted sulfur.{{sfn|Stoffel|Khodri|Corona|Guillet|2015|p=785}} The possible occurrence of an [[El Niño]] before the eruption may have further reduced the cooling.{{sfn|Timmreck|Lorenz|Crowley|Kinne|2009|p=3}}
 
The Samalas eruption, together with 14th century cooling, is thought to have set off a growth of ice caps and [[sea ice]],<ref name="Brewington2016"/> and [[glacier]]s in Norway advanced.<ref name="FaustFabian2016"/> The advances of ice after the Samalas eruption may have strengthened and prolonged the climate effects.{{sfn|Kokfelt|Muscheler|Mellström|Struyf|2016|p=6}} Later volcanic activity in 1269, 1278, and 1286 and the effects of sea ice on the North Atlantic would have further contributed to ice expansion.<ref name="Zhong2010"/> The glacier advances triggered by the Samalas eruption are documented on [[Baffin Island]], where the advancing ice killed and then incorporated vegetation, conserving it.<ref name="Robock2013"/> Likewise, a change in [[Arctic Canada]] from a warm climate phase to a colder one coincides with the Samalas eruption.<ref name="Gennaretti2014"/>-->
 
== Catatan ==