Budaya Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k replaced: komersil → komersial
Baris 417:
Perfilman Indonesia sendiri memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi raja di negara sendiri pada tahun 1980-an, ketika film Indonesia merajai [[bioskop|bioskop-bioskop]] lokal. Film-film yang terkenal pada saat itu antara lain, ''[[Catatan si Boy]]'', ''[[Blok M (film)|Blok M]]'' dan masih banyak film lain. Bintang-bintang muda yang terkenal pada saat itu antara lain [[Onky Alexander]], [[Meriam Bellina]], [[Lydia Kandou]], [[Nike Ardilla]], [[Paramitha Rusady]], [[Desy Ratnasari]].
 
Selain film-film komersilkomersial, juga ada banyak film film nonkomersil yang berhasil memenangkan penghargaan di mana-mana yang berjudul ''[[Pasir Berbisik]]'' yang menampilkan [[Dian Sastrowardoyo]] dengan [[Christine Hakim]] dan [[Didi Petet]]. Selain dari itu ada juga film yang dimainkan oleh [[Christine Hakim]] seperti ''[[Daun di Atas Bantal]]'' yang menceritakan tentang kehidupan anak jalanan. Tersebut juga film-film [[Garin Nugroho]] yang lainnya, seperti ''[[Aku Ingin Menciummu Sekali Saja]]'', juga ada film ''[[Marsinah (film)|Marsinah]]'' yang penuh kontroversi karena diangkat dari kisah nyata. Selain itu juga ada film film seperti ''[[Beth (film)|Beth]]'', ''[[Novel tanpa huruf R]]'', ''[[Kwaliteit 2]]'' yang turut serta meramaikan kembali kebangkitan film Indonesia. [[Festival Film Indonesia]] juga kembali diadakan pada tahun 2004 setelah vakum selama 12 tahun.
 
=== Agama dan filsafat ===
Baris 460:
| 25 Desember || || [[Hari Natal]] ||
|-
|}<br />
 
== Kongres Kebudayaan Indonesia ==
Baris 500:
*# ilmu pengetahuan dan teknologi
*# lingkungan hidup
 
* Kongres Kebudayaan VIII pada 2008, bertema "Kebudayaan untuk Kemajuan dan Perdamaian Menuju Kesejahteraan" yang melingkupi 15 pokok bahasanf:
*# film/seni media
Baris 517 ⟶ 516:
*# identitas budaya
*# etika
* Kongres Kebudayaan IX pada 2013. Kongres yang diselenggarakan di Yogyakarta ini pernah menuai kecaman dari beberapa kalangan aktivis dan seniman. Kekecawaan aktivis mengenai kongres ini masih dapat dilihat jejaknya di internet. Salah satunya adalah Hanny Setiawan yang menuliskan artikel dengan judul "[https://www.kompasiana.com/hannysetiawan/551fdfa7a33311fa29b674dd/kongres-kebudayaan-kongres-abal-abal Kongres Kebudayaan, Kongres Abal-abal]" di kolom Kompasiana. Kongres Kebudayaan IX pada 2013 menghasilkan 5 rekomendasi, di antaranya [https://www.kompasiana.com/hannysetiawan/551fdfa7a33311fa29b674dd/kongres-kebudayaan-kongres-abal-abal D]:
*# demokrasi
*# pendidikan
Baris 524 ⟶ 523:
*# generasi muda sebagai sumber kebudayaan
* Kongres Kebudayaan X pada 2018. Kongres Kebudayaan 2018 menghasilkan 7 agenda strategis kebudayaan dan 7 resolusi yang menjawab agenda strategis.
 
<br />
 
== Lihat pula ==