Mustafa Abdullah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 26:
Syekh Mustafa Abdullah merupakan murid dari [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi|Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]], seorang ulama Minangkabau yang jadi imam besar di [[Masjidil Haram]] [[Mekkah]] dan merupakan orang non [[Bangsa Arab|Arab]] pertama yang jadi imam di pusat peribadatan umat [[Muslim]] terbesar di dunia tersebut.
 
Bersama adiknya, Abbas Abdullah, ia dikenal sebagai pendiri [[Darul Funun|Perguruan Islam Darul Funun]] yang banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Ia juga dikenal sebagai pejuang [[Islam]] di [[Pulau Sumatra|Sumatra]] dan punya pemikiran luas untuk [[Indonesia]]. Karena ketokohannya, [[Soekarno]] setelah bebas dari masa pembuangannya di [[Kota Bengkulu|Bengkulu]], yang kala itu belum menjadi presiden Indonesia merasa perlu datang ke Padang Japang untuk berdiskusi dan minta petunjuk tentang berbagai masalah politik dan keagamaan, serta mengenai perjuangan kemerdekaan pada kedua ulama kakak beradik tersebut.
 
Pada masa [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] (PDRI), kedua ulama itu juga banyak dimintai pendapat oleh tokoh-tokoh pejuang tentang perjuangan pada masa itu, bahkan [[Mohammad Natsir]] yang diutus Soekarno untuk menemui tokoh PDRI di Sumatra, juga harus menemui kedua tokoh ini. [[Buya Hamka]] yang dikenal sebagai ulama besar, pejuang dan sastrawan juga menaruh rasa hormat yang tinggi pada Syekh Mustafa Abdullah.