Zulkifli: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 48:
 
==== Penerus Ilyasa' ====
Pendapat lain menerangkan bahwa dia adalah nabiorang yang meneruskan tugas [[Ilyasa|Ilyasa']] ([[Elisa]]) dalam membimbing Bani Israil. Ilyasa' sendiri adalah keturunan jauh Ya'qub, hidup pada abad ke-9 SM atau sekitar seribu tahun setelah masa Ya'qub. Ilyasa' hidup di [[Kerajaan Israel (Samaria)|Kerajaan Samaria]] pada masa kekuasaan Raja [[Yoram (raja Israel)|Yoram]], [[Yehu]], dan [[Yoahas (raja Israel)|Yoahas]].
 
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan<ref>Tafsir Ath-Thabari (17/74)</ref><ref>Tafsir Ibnu Abi Hatim (13702)</ref> bahwa setelah Ilyasa' sudah tua, dia mencari orang yang bisa meneruskannya membimbing masyarakat. Dia kemudian mengumpulkan orang-orang untuk mencari penerusnya di antara mereka, dengan syarat bahwa dia bisa selalu puasa di siang hari, ibadah malam, dan tidak marah. Seorang lelaki yang dianggap hina mengajukan diri, tetapi Ilyasa' menolak kesanggupan orang tersebut. Kemudian seorang lelaki lain mengajukan diri dan Ilyasa' menerimanya.
Baris 57:
 
Namun saat sore, kakek itu tidak datang lagi. Dikarenakan sangat mengantuk dan ingin istirahat, laki-laki itu kemudian meminta orang-orang untuk tidak membiarkan seorangpun mengganggu waktu istirahatnya. Saat kakek itu kembali, penjaga benar-benar melarang kakek itu untuk bertamu. Kakek yang merupakan jelmaan setan itu kemudian masuk ke dalam rumah melalui sebuah lubang. Lelaki itu kemudian berkata, "Wahai fulan, bukankah aku telah bilang kepadamu, jangan menggangguku ketika aku sedang tidur?" Namun setelah tahu bahwa pintu rumahnya terkunci, barulah tersadar kalau kakek itu adalah jelmaan setan. Dia berusaha membuat lelaki itu marah, tetapi gagal. Lelaki dalam kisah tersebut diidentifikasikan sebagai Dzulkifli.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=398-400}} Kisah ini tidak terdapat dalam Al-Qur'an maupun hadits, tapi merupakan tafsiran sebagian ulama.
 
Masih terkait status Dzulkifli yang disebut sebagai penerus Ilyasa', sebagian ulama menyebutkan bahwa seorang sahabat Nabi, [[Abu Musa Al-Asy'ari]], menyatakan bahwa Dzulkifli bukanlah seorang nabi, tapi orang saleh yang shalat seratus kali. Dzulkifli menjamin untuk menjalankan perintah agama sepeninggal Ilyasa'.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=400}}
 
==== Yehezkiel ====
Baris 64 ⟶ 66:
 
[[Abdullah Yusuf Ali]] mendukung pendapat [[Kartografi|kartografer]] Denmark Karsten Niebuhr yang menyebutkan bahwa Kifli ({{lang|ar|الكفل}}) adalah bentuk Arab dari Yehezkiel ({{lang-he-n|יְחֶזְקֵאל}} ''Yəḥezqē’l''),<ref>''Reisebeschreibung nach Arabian'' Copenhagen, 1778, ii. 264–266</ref><ref>[[Abdullah Yusuf Ali]], ''The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary'', Note. '''2743'''</ref> sehingga menurut pendapat ini, Dzulkifli bukanlah julukan, melainkan nama. Namun terlepas kebenaran mengenai pendapat yang menyamakan Yehezkiel dan Dzulkifli, Yehezkiel biasanya juga dipandang sebagai nabi oleh para ulama, seperti Ath-Thabari, Ibnu Katsir, Ibnu Ishaq, dan Ibnu Kutaibah. Ibnu Katsir dalam karyanya, ''Qashashul Anbiya''', menuliskan mengenai Dzulkifli dan Yehezkiel (Hazqiyal) dalam dua bab berbeda.
 
Yehezkiel dimakamkan di Al-Kifl, kota di tepi sungai [[Eufrat]], [[Iraq]].<ref name=JE>{{cite web|url=http://jewishencyclopedia.com/view.jsp?artid=562&letter=E |title=Jewishencyclopedia.com |publisher=Jewishencyclopedia.com |date= |accessdate=2012-06-22}}</ref> Pada tahun 1316 M (715-716 H) Sultan [[Ilkhanat]] [[Öljaitü]] memperoleh hak perwalian atas makam tersebut dari komunitas Yahudi. Hal ini menjadikan nama Yehezkiel yang melekat pada makam tersebut diganti dengan Dzulkifli lantaran dua nama tersebut dipandang sebagai satu orang yang sama.
 
==== Padanan lain ====