Didik Sedyadi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k link akun kepenulisan
Perbaikan artikel
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 1:
{{Kembangkan}}
'<nowiki/>''Didik Sedyadi''' ({{lahirmati|[[Purbalingga]], [[Jawa Tengah]]|22|12|1964|}}) merupakan tokoh pengarang [[sastra jawa]] modern. '''''
 
== Perjalanan Hidup ==
Ia dilahirkan pada 22 Desember 1964. Laki-laki kelahiran Purbalingga Jawa Tengah kini bemukim di [[Majalengka]], [[Jawa Barat]] sejak tahun 1990. Istrinya, Kartinah, seorang guru matematika SMPN 1 KertajatiKertajat, - Majalengka, dan satu anak Burhanuddin Latif, Magister Matematika Analisis ITB seorang dosen matematika PNS di [[Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta]].
 
GuruIa matematikamemang dimemiliki SMANhobi 1menulis. MajalengkaDidik inimengawali memangpengalaman punyamenulisnya hobbysaat menulis.kelas Pengalaman1 kepenulisannya[[SMP]] di antaranya: Tulisan pertamayang dimuat di Koran Parikesit, Solo (1978) ketika kelas I SMP. Pengalaman lainlainnya, Juara I Mengarang Pekan Penghijauan Nasional – Purbalingga (1978). Juara II Lomba Cerpen Sanggar Sastra Triwida Blitar, Jatim (2000), Juara Harapan I Lomba Cerpen  Ashshiddiq Intelektual Forum Bandung (2004), Juara Harapan I Sayembara Novel ('''''Kyai Megawulung Nagih Punagi''''') dalam rangka Kongres Bahasa Jawa – Taman Budaya Yogyakarta(2002), 3 (tiga)cerita buahpanjang Cerita Panjang Bersambungbersambung di Majalah Djaka Lodang Yogyakarta : '''''Baunge Ajag Pegunungan Tepus''''' (1989), '''''Teror Kembang Kanthil''''' (1995), '''''Ngundhuh Wohing Pangigit-igit''''' (2000).
 
Penulis yang termasuk ''aktivis'' ''Sastra Jawa,'' namanya tercatat dalam buku '''''Antologi Biografi Pengarang Sastra Jawa Modern''''' – Susunan Tim Peneliti Sastra Balai Bahasa Yogyakarta terbitan Adiwacana Yogyakarta (2006). Ia aktif menjadi penulis kolom “'''''Mendhoan - Dialek Banyumasan'''''” pada Majalah Mingguan Djaka Lodang Yogyakarta mulai tahun 1991 dengan nama samaran '''''Diks Blakakisut'''.''''' Namun karena kesibukannya, ia mengajukan pengunduran diri dari penulis kolom di tahun  2017. Ya, sekitar 26 tahun ia menyemaikan imaginasinya di Djaka Lodang.
 
Selain tulisan dalam jalur "sastra Jawa" ia aktif pula menulis dalam bahasa Indonesia. Pemilik akun [https://www.kompasiana.com/didik_sedyadi kompasiana.com/didik_sedyadi] iniIa menyimpan lebih dari 200 tulisan (cerpen dan artikel pendidikan). Untuk mengabadikan karya-karya fiksi yang ditulisnya telah dibukukan, 5 (lima) buah buku telah diterbitkan yaitu '''''Novel Kyai Keramat (2014)''', '''Kumpulan Cerpen Pelarian Gang Dolly (2015) , Kumpulan Cerpen Fira Haruskah Kutunggu Kau di Sorga? (2016) , Kumpulan Cerpen Cinta dari Ufuk Timur (2017)'' dan ''Kumpulan Cerpen Yang Melintas di Taman Surga Roudhoh (2018) .'''''
 
== Pendidikan ==
Pendidikan formal yang ditempuh Didik adalah SD Bobotsari 3 (lulus tahun 1977), SMP Negeri 1 Bobotsari (lulus tahun 1981), SMA Negeri 2 [[Purwokerto]] (lulus tahun 1984), S1 Jurusan Pendidikan Matematika IKIP [[Semarang|Semarang (]]<nowiki/>lulus tahun 1989). Jenjang S2 Magister Manajemen Pendidikan ditempuh di Universitas Galuh setelah menjadi guru. Pengalaman mengajar di SMA Muhammadiyyah 1, [[Kabupaten Banjarnegara|Banjarnegara,]] Jawa Tengah pada tahun 1989-1992. Lalu mulai tahun 1993 hingga sekarang, Ia mengajar di SMA Negeri 1 [[Kabupaten Majalengka|Majalengka.]]
 
* SD Bobotsari 3 (lulus tahun 1977)
'''Proses Kreatif cerpen dan Prospek Sastra Jawa'''
* SMP Negeri 1 Bobotsari (lulus tahun 1981)
* SMA Negeri 2 [[Purwokerto]] (lulus tahun 1984)
* S1 Jurusan Pendidikan Matematika IKIP [[Semarang|Semarang (]]<nowiki/>lulus tahun 1989).
* S2 Magister Manajemen Pendidikan ditempuh di Universitas Galuh setelah menjadi guru.
* Pengalaman mengajar di SMA Muhammadiyyah 1, [[Kabupaten Banjarnegara|Banjarnegara,]] Jawa Tengah pada tahun 1989-1992.
* Mengajar di SMA Negeri 1 [[Kabupaten Majalengka|Majalengka]] (1993-sekarang)
 
== Kiprah pada Sastra Jawa ==
Dalam hal proses kreatif penulisan sebuah [[Cerita pendek|cerpen]] tidak dapat dipastikan kapan selesai ditulis; bisa sehari; dua hari; bahkan bisa beberapa hari. namun menurut Didik , dalam proses pembuatan cerbung, berbeda. Sebab cerbung umumnya lebih luas batasannya, tidak terikat inspirasi singkat. cerbung bisa diawali dengan membuat pola. Tokoh sastra ini mengemukakan alasan mengapa sastra jawa saat ini lebih relatif kurang melegenda karena (1) pada saat ini kuantitas pengarang cukup banyak (2) jika ada pengarang yang mencoba model atau eksperimen baru, absurd misalnya, seperti yang dipantik oleh Suwardi Endraswara di sekitar tahun 1993 (Sekarang guru besar di UNY Prof.Dr. Suwardi Endraswara,M.Hum.) , belum bisa diterima di masyarakat.
'''Proses Kreatif cerpenCerpen dan Prospek Sastra Jawa'''
 
Dalam hal proses kreatif penulisan sebuah [[Cerita pendek|cerpen]] tidak dapat dipastikan kapan selesai ditulis; bisa sehari; dua hari; bahkan bisa beberapa hari. namunNamun menurut Didik , dalam proses pembuatan cerbung, berbeda. Sebab cerbung umumnya lebih luas batasannya, tidak terikat inspirasi singkat. cerbung bisa diawali dengan membuat pola. Tokoh sastra ini mengemukakan alasan mengapa sastra jawa saat ini lebih relatif kurang melegenda karena (1) pada saat ini kuantitas pengarang cukup banyak (2) jika ada pengarang yang mencoba model atau eksperimen baru, absurdaneh misalnya, seperti yang dipantik oleh Suwardi Endraswara di sekitar tahun 1993 (Sekarang guru besar di UNY Prof.Dr. Suwardi Endraswara,M.Hum.) , belum bisa diterima di masyarakat.
Sedangkan untuk "nguri-uri" santra Jawa, setiap lembaga pemerintah diharapkan memiliki atau berlangganan majalah berbahasa Jawa (2) mewajibkan sastra jawa dalam kurikulum muatan wajib/muatan lokal.
 
Sedangkan untuk "nguri-uri"melestarikan santrasastra Jawa, setiap lembaga pemerintah diharapkan memiliki atau berlangganan majalah berbahasa Jawa (2) mewajibkan sastra jawa dalam kurikulum muatan wajib/muatan lokal.
Ketika ia dimintai tanggapannya tentang kritik, penerbit atau pembaca sastra jawa, Didik mengemukakan bahwa penerbit karya sastra jawa benar-benar merupakan kerja sosial yang jauh dari perhitungan materi. Bagi perkembangan karya sastra ini adalah mutlak dan pasti. Sebenarnya yang menjadi permasalahan awal adalah bagaimana membangun kesan positif pada orang Jawa terhadap karya sastra Jawa itu sendiri. Padahal yang perlu diperhatikan saat ini adalah adanya realitas bahwa pembaca sastra Jawa lambat laun mengalami "kepunahan". Pembaca saat sekarang adalah orang-orang yang sudah tua / ngunduri sepuh, dan jumlahnya pun semakin sedikit. <ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/224862919|title=Antologi biografi pengarang sastra Jawa modern|date=2006|publisher=Adiwacana|others=Suwondo, Tirto.|isbn=9799960487|edition=Cet. 1|location=Yogyakarta|oclc=224862919}}</ref>
 
Ketika ia dimintai tanggapannya tentang kritik, penerbit atau pembaca sastra jawa, Didik mengemukakan bahwa penerbit karya sastra jawa benar-benar merupakan kerja sosial yang jauh dari perhitungan materi. Bagi perkembangan karya sastra ini adalah mutlak dan pasti. Sebenarnya yang menjadi permasalahan awal adalah bagaimana membangun kesan positif pada orang Jawa terhadap karya sastra Jawa itu sendiri. Padahal yang perlu diperhatikan saat ini adalah adanya realitas bahwa pembaca sastra Jawa lambat laun mengalami "kepunahan". Pembaca saat sekarang adalah orang-orang yang sudah tua / ngunduri sepuh, dan jumlahnya pun semakin sedikitberkurang. <ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/224862919|title=Antologi biografi pengarang sastra Jawa modern|date=2006|publisher=Adiwacana|others=Suwondo, Tirto.|isbn=9799960487|edition=Cet. 1|location=Yogyakarta|oclc=224862919}}</ref>
 
== Karya ==
 
* <nowiki>''</nowiki>''Wacan Bocah<nowiki>''</nowiki>'' majalah ''Parikesit (1978)''
* Cerpen, cerbung dan novel banyak dijumpai di majalah ''Parikesit'' (19 judul cerpen 1978-1986)
* ''Kartika Minggu'' (13 judul cerpen 1985-1989)
Baris 40 ⟶ 51:
== Rujukan ==
<references />
 
[[Kategori:Sastra Jawa Modern]]
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]