Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Update Informasi Kampus UIN Jakarta |
k Update Gambar dan Informasi Kampus UIN Jakarta |
||
Baris 44:
Kebutuhan akan tenaga fungsional di Departemen Agama Republik Indonesia menjadi latar belakang penting berdirinya perguruan tinggi agama Islam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Fakultas Agama UII dipisahkan dan ditransformasikan menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN). Perubahan ini didasarkan kepada Peraturan Pemerintah (PP) No. 34 Tahun 1950. Dalam konsideran disebutkan bahwa PTAIN bertujuan memberikan pengajaran studi Islam tingkat tinggi dan menjadi pusat pengembangan serta pendalaman ilmu pengetahuan agama Islam. Berdasarkan PP tersebut, hari jadi PTAIN ditetapkan pada 26 September 1950. PTAIN dipimpin Prof. K.H.R. Muhammad Adnan dengan data jumlah mahasiswa per 1951 sebanyak 67 orang. Pada periode tersebut PTAIN memiliki tiga jurusan, yaitu:
[[Berkas:Gedung Rektor.jpg|250px|jmpl|ka|Rektorat UIN Syarif Hidayatullah]]
* Jurusan Tarbiyah
Baris 52 ⟶ 53:
=== Periode ADIA (1957-1960) ===
[[Berkas:
Kebutuhan tenaga fungsional bidang guru agama Islam yang sesuai dengan tuntutan modernitas pada dekade 1950-an mendorong Departemen Agama mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta. ADIA didirikan pada 1 Juni 1957 dengan tujuan mendidik dan mempersiapkan pegawai negeri guna mendapatkan ijazah pendidikan akademi dan semi akademi sehingga menjadi guru agama, baik untuk sekolah umum, sekolah kejuruan, maupun sekolah agama. Dengan pertimbangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan kelanjutan dari ADIA, hari jadi ADIA 1 Juni 1957 ditetapkan sebagai hari jadi atau Dies Natalis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sama seperti perguruan tinggi pada umumnya, masa studi di ADIA adalah 5 tahun yang terdiri dari tingkat semi akademi 3 tahun dan tingkat akademi 2 tahun.
Baris 60 ⟶ 61:
=== Periode fakultas IAIN al-Jami’ah Yogyakarta (1960-1963) ===
[[Berkas:Auditorium UIN Syahid.jpg|250px|jmpl|ka|Auditorium Prof. Dr. Harun Nasution UIN Syarif Hidayatullah]]
Dalam satu dekade, PTAIN memperlihatkan perkembangan menggembirakan. Jumlah mahasiswa PTAIN semakin banyak dengan cakupan pembelajaran yang semakin luas. Mahasiswa PTAIN tidak hanya datang dari berbagai wilayah Indonesia, tetapi juga datang dari negara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Meningkatnya jumlah mahasiswa dan meluasnya ''area of studies'' yang menuntut perluasan dan penambahan, baik dari segi kapasitas kelembagaan, fakultas dan jurusan maupun komposisi mata kuliah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ADIA di Jakarta dan PTAIN di Yogyakarta diintegrasikan menjadi satu lembaga pendidikan tinggi agama Islam negeri. Integrasi terlaksana dengan keluarnya Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 11 Tahun 1960 tertanggal 24 Agustus 1960. Peraturan Presiden RI tersebut sekaligus mengubah dan menetapkan perubahan nama dari PTAIN menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) al-Jami’ah al-Islamiyah al-Hukumiyah. IAIN diresmikan oleh K.H. M. Wahib Wahab sebagai Menteri Agama Republik Indonesia dengan Rektor pertamanya yaitu Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo di Gedung Kepatihan Yogyakarta.
Baris 65 ⟶ 67:
=== Asal mula nama "Syarif Hidayatullah" ===
[[Berkas:Syarif Hidayatullah.jpg|150px|jmpl|kiri|Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati]]
Nama Syarif Hidayatullah diambil dari nama asli Sunan Gunung Jati, salah satu Walisongo, sembilan penyiar Islam di Pulau Jawa. Syarif Hidayatullah (1448-1568) adalah putra Nyai Rara Santang, putri Prabu Siliwangi dari Pajajaran, yang menikah dengan Syarif Abdullah, penguasa di salah satu wilayah Mesir. Syarif Hdayatullah memiliki banyak gelar, antara lain Muhammad Nuruddin, Syaikh Nurullah, Sayyid Kamil, Maulana Syekh Makhdum Rahmatullah, dan Makhdum Jati. Setelah wafat ia diberi gelar Sunan Gunung Jati dan dimakamkan di Cirebon. Setelah mendapat pendidikan di tempat kelahirannya, Syarif Hidayatullah menjadi aktor penting penyiaran Islam di Jawa, terutama bagian Barat. Dia berhasil menempatkan putranya, Maulana Hasanuddin, sebagai penguasa Banten. Pada 1527 M, atas bantuan Falatehan (Fatahillah), dia berhasil menguasai Sunda Kelapa setelah mengusir pasukan Portugis yang dipimpin oleh Fransisco de Sa. Karena itu, Syarif Hidayatullah dikenal sebagai salah satu Walisongo yang memiliki peran ganda, yakni sebagai penguasa sekaligus ulama.
Syarif Hidayatullah melakukan dakwah langsung kepada pemimpin masyarakat dan bangsawan setempat dengan cara bijaksana (bi al-hikmah wa mauidha hasanah). Ia mulai dengan memberikan pengetahuan ajaran Islam atau tazkirah (peringatan) tentang pentingnya ajaran Islam dengan cara lemah lembut. Ia bertukar pikiran dari hati ke hati dengan penuh toleransi. Jika cara ini dianggap kurang berhasil maka ia menempuh cara berdebat atau mujadalah. Cara terakhir ini diterapkan terutama kepada orang-orang yang secara teang-terangan menunjukkan sikap yang kurang setuju terhadap Islam. Metode dakwah yang dipergunakan oleh Syarif Hidayatullah telah berhasil menarik simpati masyarakat. Ia juga dikenal sebagai tokoh yang memiliki sikap sosial yang tinggi dengan banyak memberikan bantuan kepada masyarakat miskin. Ia banyak bergaul dengan bahasa rakyat, sehingga ajarannya dapat dengan mudah diterima. <ref name="asal nama 1">http://uinjkt.ac.id. [http://biropk.uinjkt.ac.id/pedoman-akademik/ Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]. (diakses 11 April 2020)</ref>
[[Berkas:Theater Room FST UIN Syahid.jpg|250px|jmpl|ka|Theater Room FST UIN Syarif Hidayatullah]]
Syarif Hidayatullah melakukan dakwah langsung kepada pemimpin masyarakat dan bangsawan setempat dengan cara bijaksana (bi al-hikmah wa mauidha hasanah). Ia mulai dengan memberikan pengetahuan ajaran Islam atau tazkirah (peringatan) tentang pentingnya ajaran Islam dengan cara lemah lembut. Ia bertukar pikiran dari hati ke hati dengan penuh toleransi. Jika cara ini dianggap kurang berhasil maka ia menempuh cara berdebat atau mujadalah. Cara terakhir ini diterapkan terutama kepada orang-orang yang secara teang-terangan menunjukkan sikap yang kurang setuju terhadap Islam. Metode dakwah yang dipergunakan oleh Syarif Hidayatullah telah berhasil menarik simpati masyarakat. Ia juga dikenal sebagai tokoh yang memiliki sikap sosial yang tinggi dengan banyak memberikan bantuan kepada masyarakat miskin. Ia banyak bergaul dengan bahasa rakyat, sehingga ajarannya dapat dengan mudah diterima. <ref name="asal nama 2">http://uinjkt.ac.id. [http://biropk.uinjkt.ac.id/pedoman-akademik/ Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]. (diakses 11 April 2020)</ref>
Baris 114 ⟶ 118:
== Motto dan arah pengembangan ==
=== Motto ===
[[Berkas:Syahida Inn UIN Jakarta.jpg|250px|jmpl|kiri|Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah]]
Sejak 2007 UIN Syarif Hidayatullah menetapkan motto "''Knowledge, Piety, Integrity''". Motto ini pertama kali disampaikan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, dalam pidato Wisuda Sarjana ke-67 tahun akademik 2006-2007. <ref name="motto">http://uinjkt.ac.id. [http://biropk.uinjkt.ac.id/pedoman-akademik/ Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]. (diakses 11 April 2020)</ref>
Baris 125 ⟶ 130:
=== Arah pengembangan ===
[[Berkas:Pusat TIK UIN Syahid.jpg|250px|jmpl|ka|Pusat TIK Nasional UIN Syarif Hidayatullah]]
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menjadi jendela keunggulan akademis Islam Indonesia (''window of academic exellence of Islam in Indonesia'') dan barometer perkembangan pembelajaran, penelitian, dan kerja-kerja sosial yang diselenggarakan kaum Muslim Indonesia dalam berbagai bidang ilmu. Dalam kerangka memperkuat peranannya tersebut UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berkomitmen untuk mengembangkan diri sebagai universitas riset (''research university'') dan universitas kelas dunia (''world class university'').
Baris 423 ⟶ 429:
== Alumni, tokoh, dan pendaftaran ==
=== Alumni ===
[[Berkas:
Hingga tahun 2008 wisuda ke-72 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menghasilkan alumni sebanyak 36.099 orang, terdiri atas 19.174 Sarjana Strata Satu (S-1), 1.273 Sarjana Magister (S-2), dan 426 Sarjana Doktor (S-3). Sedangkan saat ini jumlah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berjumlah sekitar 23.000 mahasiswa, dengan jumlah dosen tetap berjumlah 732 orang dan dosen tidak tetap berjumlah 693 orang. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terus berupaya menyiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan keagamaan dan ilmu-ilmu terkait lainnya (seperti kedokteran, sains dan teknologi) dalam arti yang seluas-luasnya. <ref name="alumni">http://uinjkt.ac.id. [http://biropk.uinjkt.ac.id/pedoman-akademik/ Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]. (diakses 11 April 2020)</ref>
Baris 524 ⟶ 530:
Berkas:FAH UIN Jakarta.jpg|Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Syarif Hidayatullah
Berkas:FKIK UIN.JPG|Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah
Berkas:Gedung FISIP UIN Jakarta.jpg|Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah
Berkas:Gedung PPG UIN Syahid.jpeg|Pendidikan Profesi Guru (PPG) UIN Syarif Hidayatullah
Berkas:Pusat Perpustakaan UIN Syahid.jpgPusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Berkas:Rumah Sakit UIN Syarif Hidayatullah.jpg|Rumah Sakit UIN Syarif Hidayatullah
Berkas:Masjid UIN Jakarta.jpg|Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah
Berkas:MP UIN Syahid.jpg|Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Berkas:Makam UIN.jpg|Pemakaman UIN Syarif Hidayatullah
Berkas:Halte Uin Jkt.jpg|Halte UIN Syarif Hidayatullah
Berkas:Bus UIN.jpg|Bus UIN Syarif Hidayatullah
Berkas:Kantin UIN Syahid.jpg|Cafe Cangkir UIN Syarif Hidayatullah
Berkas:Green Area UIN Syahid.png|Green Area UIN Syarif Hidayatullah
Berkas:Peta Kampus Uin Jkt.gif|Peta Kampus UIN Syarif Hidayatullah
</gallery>
|