Teologi pembebasan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
HsfBot (bicara | kontrib)
k replaced: kongkret → konkret
Baris 1:
[[Berkas:Gustavo gutierrez.jpg|160px|jmpl|bottom|Gustavo Gutierrez - Uskup di Peru - Pejuang Teologi Pembebasan]]
'''Teologi Pembebasan''' adalah sebuah paham tentang peranan [[agama]] dalam ruang lingkup lingkungan [[sosial]].<ref name="Sigmund"/> Dengan kata lain Teologi Pembebasan adalah suatu usaha [[teologi kontekstual|kontekstualisasi]] ajaran-ajaran dan nilai ke[[agama]]an pada masalah kongkretkonkret di sekitarnya.<ref name="Sigmund"/> Teologi Pembebasan adalah upaya berteologi secara kontekstual.<ref name="Winangun"/> Teologi Pembebasan yang diterjemahkan dari Bahasa Inggris ''Liberation Theology'' menjadi keharusan bagi kegiatan gereja-gereja dalam komitmen kristianinya pada kehidupan sosial.<ref name="Sigmund">{{en}} Paul E. Sigmund., ''Liberation Theology and The Crossroad, New York: Oxford University Press, 1990</ref> Teologi pembebasan lahir sebagai respons terhadap situasi [[ekonomi]] dan [[politik]] yang dinilai menyengsarakan [[rakyat]].<ref name="Sigmund"/> Masalah-masalah itu dijabarkan dalam penindasan, [[rasisme]], [[kemiskinan]], penjajahan, bias ideologi dsb.<ref name="Sigmund"/> Pada kalangan [[Jesuit]], baik di [[Asia]] termasuk [[Indonesia]], [[Brasil]], [[Amerika Latin]], dan [[Afrika Selatan]] Teologi ini berkembang pesat sebagai dampak dari [[hermeneutika Alkitab]] secara kontekstual untuk menjawab persoalan yang dihadapi umat [[manusia]].<ref name="Sigmund"/><ref name="Nitiprawiro"/>
 
Teologi Pembebasan merupakan refleksi bersama suatu komunitas terhadap suatu persoalan [[sosial]].{{ref}} Karena itu masyarakat terlibat dalam perenungan-perenungan keagamaan.{{ref}} Mereka mempertanyakan seperti apa tanggung jawab [[agama]] dan apa yang harus dilakukan agama dalam konteks pe[[miskin]]an struktural.{{ref}}
 
== Sejarah ==
Teologi Pembebasan muncul pada abad ke-20 seiring banyaknya permasalahan dunia yang sedang tidak merdeka dinilai dari sudut pandang keadilan sebagai manusia yang sama di hadapan Tuhan.<ref name="Nitiprawiro">{{id}}Wahono Nitiprawiro,Moh. Sholeh Isre., ''Teologi pembebasan: sejarah, metode, praksis, dan isinya'', Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS), 2000</ref><ref name="eckhardt"/> Dunia harus merdeka dari tindakan yang menindas sesamanya, bahkan seharusnya yang kaya dan memiliki jabatan harus membela dan memperhatikan kebutuhan rakyat kecil dan miskin.<ref name="Nitiprawiro"/> Kemunculan pertamanya di [[Eropa]] yang berkonsentrasi pada persoalan globalisasi, berprihatin pada [[dosa sosial]] yang terdapat pada sistem pemerintahan sebuah negara.<ref name="Nitiprawiro"/> Teologi Pembebasan menawarkan sistem sosial yang mengedepankan keadilan sebagai warga negara dan warga dunia dalam pandangan agama (manusia yang adil, tidak tertindas)yang dirusak oleh manusia sendiri.<ref name="Nitiprawiro"/><ref name="eckhardt"/> teologi itu tidak benar secara teologis.
 
== Salah Satu Pemikiran Teologi Pembebasan ==
Baris 18:
* [[Ignatius Sandyawan Sumardi|Romo Sandyawan]]<ref name="Nitiprawiro"/>
* [[Sadayandy Batumali]]<ref name="Nitiprawiro"/>
 
* Aloysius Pieris<ref name="Nitiprawiro"/>
[[Aloysius Pieris]] mengkritik Teologi Pembebasan dari [[Amerika Latin]] dan [[Afrika]] kurang cocok untuk masyarakat [[Asia]].<ref name="Elwood">{{id}} Douglas J. Elwood., Teologi Kristen Asia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006</ref> Kemiskinan yang dilihat dari kacamata [[Marxisme]] belumlah efektif ketika tidak melihat akar permasalahan secara lebih dalam di Asia sendiri.<ref name="Elwood"/> Hal penting lain yang perlu dipertimbangkan dari konteks Asia adalah pendekatan multikulural.<ref name="Elwood"/> Asia oleh Pieris disebut sebagai 'dunia ketiga' yang memiliki akar '[[agama|religio]]-[[budaya|kultural]]' yang tidak terpisahkan.<ref name="Elwood"/> 'Reoligio-Kultural' ini setidaknya diuraikan oleh Pieris dalam tiga hal; 1. [[bahasa|heterogenitas linguistik]], 2. integrasi unsur-unsur [[ciptaan|kosmik]] dan metakosmik dalam [[agama]]-agama di Asia, dan 3. kehadiran luar biasa dari ajaran-ajaran keselamatan (''[[soteriologis]]') bukan Kristen.<ref name="Elwood"/>
Baris 30 ⟶ 29:
=== Di Amerika Latin ===
* Gustavo Gutiérrez di [[Peru]]
'''[[Gustavo Gutiérrez]] Merino''', O.P adalah seorang teolog [[Peru]] dan imam [[Ordo Dominikan|Dominikan]] yang dianggap sebagai pendiri [[Teologi Pembebasan]].<ref name="Lane"/> Ia menjabat sebagai Profesor John Cardinal O'Hara dalam bidang Teologi di [[Universitas Notre Dame]].<ref name="Lane"/> Ia pernah menjadi profesor di Universitas Katolik Kepausan di Peru dan profesor tamu di banyak universitas terkemuka di [[Amerika Utara]] dan [[Eropa]].<ref name="Lane"/> Ia adalah anggota Akademi Bahasa Peru, dan pada 1993 ia dianugerahi [[Legiun]] Kehormatan oleh pemerintah [[Prancis]] untuk karyanya yang tak mengenal lelah<!-- Karya apa itu? -->.<ref name="Lane">{{id}} Tony Lane., Runtut Pijar, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007</ref> Gustavo Gutiérrez menawarkan teologi kepada umat Kristen suatu tema baru secara [[etika|etis]] melalui praksis.<ref name="Lane"/><ref name="Winangun">{{id}}Y. W. Wartaya Winangun., Tanah sumber nilai hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004</ref><ref name="Lane"/> Artinya adalah bahwa etika masyarakat seharusnya dibangun berdasarkan perenungan bersama yang dilakukan secara nyata dalam kehidupannya.<ref name="Winangun"/> Teologinya berpusat pada pengentasan [[rakyat]] [[miskin]] yang diperlakukan tidak adil oleh sistem masyarakat kelas yang memisahkan manusia dalam kategori borjuis (para bangsawan yang biasanya kaya) dan proletar (rakyat jelata yang hanya punya anak namun tanpa harta).<ref name="Lane"/> Ini sebagai respons terhadap kritik [[Karl Marx]] terhadap 'masyarakat kelas' akibat dominasi [[kapitalisme]].<ref name="Lane"/>
 
Teologi Pembebasan yang dimaksud oleh Gutiérrez adalah pengentasan di bidang politik dan sosial.<ref name="eckhardt">{{id}}Roy Eckardt., ''Menggali Ulang Yesus Sejarah'', Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996</ref> Sekalipun bermula dari pemahaman politik, namun ini bukanlah penyusutan paham iman, melainkan refleksi iman yang malampaui refleksi [[sosial]] dan [[politik]].<ref name="eckhardt">{{id}}Roy Eckardt., ''Menggali Ulang Yesus Sejarah'', Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996</ref> Jadi teologinya berpusat pada yudaisme Yesus Kristus secara [[sejarah|historis]].<ref name="eckhardt"/> Gutiérrez menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah "Si orang miskin" yang disamakan dengan orang-orang yang tertindas saat ini di dunia.<ref name="eckhardt"/> Hal ini didasarkan pula dari Alkitab [[Injil Matius]] 5:10.<ref name="eckhardt"/> Pembebasan yang dilakukan Yesus di atas kayu [[salib]] memerankan dua aspek, yaitu membebaskan manusia dari penindasan duniawi (kehidupan fisik sosial politik) dan penindasan iman ([[dosa]], [[kematian]], ke[[fana]]an dsb).<ref name="eckhardt"/>
 
Gutiérrez juga berteologi dengan memakai sumber [[Alkitab]], yaitu kisah Ayub yang bergumul dengan kisah sengsara yang dipandang oleh kaum [[Teodise]] sebagai kejahatan.<ref name="Taylor">{{id}} Michael Taylor., ''Dilarang Melarat-Narasi Teologis Tentang Kemiskinan'', Yogyakarta: Kanisius, 2007</ref> Gutierrez dan Ayub memandang bahwa kejahatan dan penderitaan bukan berasal dari Allah, malainkan sebuah nilai [[moral]] yang melampuai hukum manusia.<ref name="Taylor"/> Melalui kisah [[Ayub]] yang berdebat dengan para sahabatnya yang mengatakan bahwa penderitaan Ayub adalah akibat dosa, maka pandangan ini secara otomatis tidak bersifat mutlak lagi<ref name="Taylor"/>, sebab penderitaan dan kejahatan adalah peleburan cinta kasih Allah melalui kasih yang tak bersyarat.<ref name="Taylor"/>