Paha kodok: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k replaced: Mikroba → Mikrob |
||
Baris 1:
[[Berkas:Swikee_Kodok_Oh_with_Rice.jpg|jmpl|280x280px| [[Swike]] ''Kodok Oh'', paha kodok dalam kuah [[tauco]], disajikan di restoran [[Masakan Tionghoa-Indonesia|Tionghoa Indonesia]] di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] ]]
'''Paha kodok''' adalah salah satu bahan pangan unik yang dikenal, khususnya dalam tradisi kuliner [[Hidangan Prancis|Prancis]] dan [[Hidangan Tionghoa|Tionghoa]]. Paha kodok yang dapat dimakan juga dikonsumsi di berbagai bagian dunia, antara lain di [[Vietnam]], [[Kamboja]], [[Thailand]], [[Indonesia]], [[Italia Utara]], wilayah Alentejo di [[Portugal]], [[Spanyol]], [[Albania]], [[Slovenia]], [[Rumania]], barat laut [[Yunani
Daging kodok kaya akan kandungan [[protein]], asam lemak omega-3, [[vitamin A]], dan [[kalium]].<ref>{{Cite web|url=https://nutritiondata.self.com/facts/finfish-and-shellfish-products/7739/2|title=Frog legs, raw Nutrition Facts & Calories|website=nutritiondata.self.com|access-date=20 April 2019}}</ref> Daging kodok sering disebutkan memiliki rasa seperti ayam<ref name="taste">{{Cite web|url=http://www.exoticmeatsandmore.com/docs/ExoticMeats-What-things-taste-like.pdf|title=Exotic Meats USA : What Things Taste Like|year=2008|access-date=2008-07-17}}</ref> karena rasanya yang lembut, dengan tekstur yang mirip dengan [[Daging ayam|sayap ayam]].<ref name="texture">{{Cite web|url=http://www.chow.com/ingredients/588|title=Frog legs - Ingredient|year=2008|access-date=2008-07-17}}</ref> Daging kodok memiliki rasa dan tekstur antara rasa daging ayam dan ikan.<ref name="unvegan">{{Cite web|url=http://unvegan.com/strange-eats/strange-meats-frog-legs/|title=Strange Meats: Frog Legs|year=2011|access-date=2011-10-29}}</ref> Kodok diternakkan secara komersial di negara-negara tertentu, misalnya di Vietnam. Otot kodok tidak mengalami [[Kaku mayat|rigor mortis]] secepat otot dari hewan berdarah panas (misalnya ayam), jadi jika terpapar panas saat memasak, dapat menyebabkan kaki katak segar itu bergerak dan berkedut-kedut.
Baris 15:
Perdagangan amfibi hidup, tidak beku, atau tanpa kulit, merupakan cara potensial untuk penyebaran penyakit amfibi yang mematikan, seperti ''[[Batrachochytrium dendrobatidis]]'' dan Ranavirus. Ada rekomendasi untuk mencegah penyebaran penyakit ini dari OIE, sebuah badan yang mengatur penyebaran penyakit epizootik internasional.<ref name="OIE Regulations">{{Cite web|url=http://www.oie.int/fileadmin/Home/eng/Health_standards/aahc/2010/en_chapitre_1.8.1.htm|title=OIE Aquatic Animal Health Code|year=2010|access-date=2010-05-11}}</ref> Beberapa negara telah mengadopsi rekomendasi ini sebagai undang-undang untuk mencegah penyebaran penyakit ini.
Di Kanada, penjualan paha kodok segar atau beku adalah ilegal kecuali mereka ditentukan bebas dari bakteri dari genus ''[[Salmonella]] ,'' sesuai metode resmi MFO-10, Pemeriksaan
=== Lingkungan Hidup ===
Baris 28:
Daging kodok dianggap ''[[haram]]'' (non- ''[[halal]]'') menurut hukum pangan Islam arus utama. Daging kodok dianggap tidak halal, bersama dengan semut, lebah, dan burung laut, karena mereka adalah hewan yang tidak boleh dibunuh oleh Muslim. Selain itu kodok dianggap sebagai hewan yang hidup di dua alam. Status ''haram'' ini telah menimbulkan kontroversi di [[Demak, Demak|Demak, Indonesia]], di mana ulama mendesak agar pemilik restoran [[swike]] agar tidak mengaitkan swike dengan kota Demak, karena itu akan menodai citra Demak sebagai kota Islam pertama di Jawa. Istilah Swikee Demak pun ditentang oleh sebagian penduduknya, terutama yang mengikuti mahzab Syafi'i yang mengharamkan daging kodok.<ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1990/11/03/INA/mbm.19901103.INA19867.id.html Tempo Online Bupati vs Kodok]</ref> Dalam hukum pangan Islam, ada beberapa perdebatan dan perbedaan mengenai masalah konsumsi daging kodok. ''[[Mazhab]]'' Islam arus utama seperti [[Mazhab Syafi'i|Syafi'i]], [[Mazhab Hanafi|Hanafi]], dan [[Mazhab Hambali|Hanbali]] dengan tegas melarang konsumsi kodok. Akan tetapi, menurut mahzab [[Mazhab Maliki|Maliki]], beberapa jenis kodok tertentu boleh dimakan;<ref>{{Cite web|url=http://konsultasisyariah-akhowatkpii.blogspot.com/2005/08/haramkah-kepiting-swike-ikan-hiu.html|title=Konsultasi Syariah - Akhowat KPII: haramkah kepiting, swike & ikan hiu dimakan?|publisher=|access-date=20 April 2019}}</ref> khususnya katak hijau yang biasa ditemukan di sawah. Sementara spesies lain terutama yang memiliki kulit budug dan berbuntil, dianggap beracun dan tidak bersih, sehingga sama sekali tidak boleh dimakan.
Di Eropa [[Abad Pertengahan|abad pertengahan]] dan [[Periode modern awal|awal modern]], daging kodok tidak dianggap sebagai daging. Karena itulah daging kodok dapat dimakan selama puasa Kristen [[Prapaskah]] yang berpantang daging, bersama dengan ikan dan daging burung. Pada [[abad ke-13]], [[Rahib|biarawan]] di [[Lorraine]] tercatat memakan daging kodok selama masa Prapaskah.<ref>{{Cite book|editor-last=Deutsch|editor-last2=Murakhver|editor-first2=Natalya|date=2012|title=They Eat That?: A Cultural Encyclopedia of Weird and Exotic Food from around the World|url=https://books.google.co.uk/books?id=H6pIinfPtnQC&pg=PA74&dq=eating+frogs+in+lent&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiq6rbEwbLZAhVEBMAKHe8-Dm8Q6AEILzAB#v=onepage&q=eating%20frogs%20in%20lent&f=false|location=|publisher=ABC-CLIO|page=74|isbn=978-0313380587}}</ref> Koki Prancis yang terkenal, Grimod de La Reynière, menulis pada awal abad ke-19, bahwa daging kodok disebut sebagai ''Alouettes de Carême''.
== Referensi ==
|