Kidung Sunda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Analisis: bentuk baku
HsfBot (bicara | kontrib)
k replaced: seyogyanya → seyogianya
Baris 23:
Namun ketika mereka naik kapal, terlihatlah pratanda buruk. Kapal yang dinaiki Raja, Ratu dan Putri Sunda adalah sebuah “[[kapal Jung|jung]] bertingkat sembilan campuran [[Tatar]] ([[Mongolia]]/[[Tiongkok]])-Jawa<ref>{{Cite book|title=The Javanese Crossroads. Essay of Global History|last=Lombard|first=Denys|publisher=|year=1990|isbn=2713209498|location=|pages=}}</ref> seperti banyak dipakai semenjak perang [[Raden Wijaya|Wijaya]].” (bait 1. 43a.)
 
Sementara di Majapahit sendiri mereka sibuk mempersiapkan kedatangan para tamu. Maka sepuluh hari kemudian kepala desa Bubat datang melapor bahwa rombongan orang Sunda telah datang. Prabu Hayam Wuruk beserta kedua pamannya siap menyongsong mereka. Tetapi patih Gajah Mada tidak setuju. Ia berkata bahwa tidaklah seyogyanyaseyogianya seorang maharaja Majapahit menyongsong Raja Sunda yang seharusnya menjadi raja bawahan. Siapa tahu dia seorang musuh yang menyamar.
 
Maka prabu Hayam Wuruk tidak jadi pergi ke Bubat menuruti saran patih Gajah Mada. Para abdi dalem keraton dan para pejabat lainnya, terperanjat mendengar hal ini, tetapi mereka tidak berani melawan.