Mahāyāna: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →top: bentuk baku |
Mahāyāna |
||
Baris 1:
{{Buddhisme Mahayana}}
{{buddhisme}}
'''
# Sebagai tradisi yang masih berada,
# Menurut cara pembagian klasifikasi filosofi Agama Buddha berdasarkan aliran
# Menurut susunan Ajaran [[Vajrayana]] mengenai pembagian jalur pengajaran,
Walaupun asal usul keberadaan
Dalam perjalanan sejarahnya,
== Latar Belakang ==
[[Buddha]] lahir pada [[abad ke-6 SM]]. Setelah mencapai Penerangan Sempurna pada umur 35 sampai Mahaparinibbana pada umur 80, Dia menghabiskan seumur hidupnya untuk berkhotbah dan menyebarkan ajarannya. Selama 44 tahun, ia mengajar dan berkhotbah siang dan malam, hanya tidur 2 jam sehari.
Buddha berbicara dengan semua kalangan manusia: raja dan pangeran, brahmana, petani, pengemis, kaum terpelajar dan orang biasa. Ajarannya disesuaikan dengan pengalaman, tingkat pemahaman dan kapasitas mental pendengarnya. Apa yang diajarkannya dinamakan Buddha Vacana. Saat itu tidak dikenal dengan apa yang dinamakan Theravada atau
Setelah terbentuknya persekutuan Biku dan Bikuni, Buddha menggariskan aturan-aturan disiplin tertentu yang disebut Vinaya sebagai pedoman bagi persekutuan tersebut. Semua ajarannya disebut Dhamma, termasuk juga wacana, sutra, khotbah kepada Biku, Bikuni dan orang biasa.
Baris 25:
== Persamuan Agung Kedua ==
Seratus tahun kemudian, persamuan kedua diadakan untuk mendiskusikan aturan-aturan Vinaya. Tidak ada kebutuhan untuk mengubah aturan-aturan tiga bulan setelah parinibbana-nya Buddha karena kecilnya perubahan politik, ekonomi atau sosial dalam periode sesingkat ini pada masa itu. Tetapi 100 tahun kemudian, beberapa biku melihat kebutuhan untuk mengubah beberapa aturan tidak mendasar. Biku yang ortodoks mengatakan bahwa tidak ada yang perlu diubah sedangkan lainnya ingin mengubah aturan-aturan tersebut. Akhirnya, sekelompok Biku meninggalkan persamuan dan mendirikan Mahasanghika – Kelompok Besar. Saat ketika masih dinamakan Mahasanghika, tidak dikenal yang namanya
== Persamuan Agung Ketiga ==
Pada abad ke-3 SM masa pemerintahan Raja Asoka, persamuan ketiga diadakan untuk mendiskusikan perbedaan pendapat di antara Biku dari aliran-aliran berbeda. Pada persamuan ini, perbedaan-perbedaan tidak hanya dibatasi pada Vinaya tetapi juga berhubungan dengan Dhamma. Pada akhir dari persamuan ini, ketua persamuan, Monggaliputta Tissa, menulis satu buku berjudul Kathavatthu. Buku ini membuktikan adanya kesalahan mendasar serta pandangan dan teori yang salah yang dianut beberapa aliran. Ajarannya ini disetujui dan diterima persamuan ini sebagai Theravada. Abhidhamma Pitaka telah dimasukkan saat persamuan ini.
Setelah persamuan ketiga, anak Asoka, Biku Mahinda, membawa Tripitaka beserta penjelasan yang telah dibahas dalam persamuan ketiga ini ke Sri Lanka. Teks yang dibawa ini masih tersimpan sampai saat ini di Sri Lanka tanpa kehilangan satu halaman-pun. Teks tersebut ditulis dalam Pali. Teks ini berpedoman pada bahasa Magadhi yang digunakan Buddha. Belum dikenal dengan apa yang dinamakan
Beberapa sumber mengatakan bahwa diadakan persamuan Agung tandingan di pihak aliran bakal calon-Mahayana. Namun faktanya aliran tersebut di kemudian hari termasuk ke dalam aliran-aliran yang "kurang" mendukung
== Munculnya
Antara abad 1 SM hingga 1 M, kedua istilah
Kira-kira pada abad ke-2 M,
Pada abad ke-7, biksu asal Tiongkok, I-Tsing, menggambarkan situasi di India saat itu dengan kata-kata, "... Siapapun yang memuja Bodhisattva dan mempelajari sutra
Hinayana dan Theravada bukanlah suatu istilah yang sama. Theravada mengacu pada Buddhisme yang masuk ke Sri Lanka menjelang abad ke-3 SM di saat belum ada
==
Perlu dicatat bahwa tidak ada perbedaan mendasar di antara ajaran
* Diakuinya Buddha Sakyamuni sebagai Guru
* Empat Kesunyataan Mulia
Baris 54:
Ajaran di atas adalah ajaran paling mendasar dalam Buddhisme.
Terdapat beberapa hal yang membuat keduanya berbeda. Banyak yang mengatakan bahwa
Ada yang berpendapat bahwa Theravada adalah egois karena mengajarkan orang untuk menyelamatkan diri sendiri. Apakah orang egois bisa mencapai Penerangan? Kedua aliran sama-sama menganut tiga yana atau bodhi tetapi menganggap Boddhisattva sebagai pencapaian tertinggi. Mahayana menciptakan Bodhisattva-Bodhisattva sedangkan Theravada menganggap seorang Bodhisattva adalah salah satu di antara kita yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk mencapai kesempurnaan, yang tujuan utamanya adalah Penerangan Sempurna untuk kebahagiaan mahluk di dunia. Teks-teks
Dengan makin terbukanya informasi, saat ini makin banyak teks-teks Pali yang dapat diakses. Dan terbukti dalam tradisi Pali pun dapat ditemukan teks-teks mengenai jalan Bodhisattva dalam kumpulan cerita Jataka dan kitab komentar yang menyebutkan mengenai berbagai jenis Bodhi. Jadi, Theravada juga mengenal jalan Bodhisatta, jalan Sammasambodhi, setidaknya dalam bentuk kisah penyempurnaan 10 Parami. Ketidakpopuleran ide sammasambodhi ini tidaklah serta merta berarti Theravada tidak mengenal jalan Bodhisatta.
Baris 65:
Terdapat tiga jenis Buddha, yaitu: Samma Sambuddha yang mencapai penerangan sempurna dengan usahanya sendiri, Pacceka Buddha pada tingkat lebih rendah daripada Samma Sambuddha, dan Savaka Buddha yang adalah Arahat. Pencapaian Nibbana di antara ketiganya adalah sama. Hanya ada perbedaan untuk Samma Sambuddha yang mempunyai tingkatan dan kemampuan lebih dibanding keduanya.
Beberapa orang berpikiran bahwa “Kosong” atau Sunyata yang diajarkan oleh Nagarjuna adalah murni ajaran
Penelusuran teks-teks karya Nagarjuna menunjukkan bahwa motivasi Nagarjuna mengembangkan ajaran Sunyata adalah demi menegaskan kembali ajaran Buddha. Ajaran Sunyata Nagarjuna disebut juga filosofi Jalan Tengah (Madhyamika), karena Nagarjuna menekankan bahwa Sunyata (Anatta) itu bebas dari ekstrem pandangan nihilisme dan eternalisme. Nagarjuna mengajarkan pentingnya memahami Sunyata dan Patticasamuppada sebagai satu kesatuan dalam filosofi Dua Kebenaran yang tak terpisahkan, yaitu kebenaran relatif dan mutlak.
|