Bondho Nekat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 47:
== Sejarah ==
Istilah bonek pertama kali dimunculkan oleh Slamet Urip Pribadi, seorang wartawan Jawa Pos tahun 1989 yang sedang meliput pertandingan Persebaya. Dalam pertandingan tersebut, Persebaya bertandang ke Stadion Senayan Jakarta (sekarang dikenal dengan Stadion Gelora Bung Karno) untuk melawan Persija Jakarta. Pertimbangan atas kearifan lokal (local wisdom) berupa fakta sejarah tentang keberanian anak muda Surabaya dalam mengusir Sekutu yang diboncengi Belanda inilah yang menjadi latar belakang penamaan suporter Persebaya, di kala itu oleh Slamet Urip Pribadi dalam tulisannya di Jawa Pos mengenai suporter Persebaya yang berbondong-bondong ke Jakarta
Dalam dunia sepakbola Indonesia, Bonek dikenal sebagai supporter pertama yang melakukan awaydays atau kegiatan mendukung tim kesayangan bertandang ke kandang lawan. Melalui gerakan tret tet tet, kelompok suporter klub beratribut hijau tersebut, berangkat mendukung Persebaya dalam babak 8 Besar Divisi Utama Perserikatan musim 1986/1987 dengan menggunakan kereta api, bus, dan kendaraan umum lainnya. Didukung oleh ''Jawa Pos'', harian terbesar di Jawa Timur, tentu saja berkat sokongan Dahlan Iskan yang saat itu masih memimpin harian tersebut, ''tret-tet-tet'' mulai menjadi modus para para pendukung Persebaya untuk mendukung kesebelasan kesayangannya. Istilah tret-tet-tet sendiri kira-kira diambil dari bunyi terompet yang ditiup bersahut-sahutan. Tak ketinggalan tentu saja berbagai atribut yang mencirikan rombongan suporter dari Surabaya ini: dari mulai topi, kaos, syal hingga bendera yang tentu saja disertai oleh ikon wong mangap yang hingga kini masih menjadi simbol para suporter Persebaya, yang kini dijenal Bonek
Dalam perkembangannya, ternyata ''away supporters'' juga diiringi aksi perkelahian dengan suporter tim lawan. Tidak ada yang tahu pasti awal mulanya Bonek menjadi [[Radikalisme|radikal]] dan [[anarkis]]. Jika mengacu tahun 1988, saat 25 ribu Bonek berangkat dari Surabaya ke Jakarta untuk menonton final [[Persebaya]] vs. [[Persija]], tidak ada kerusuhan apapun. Bonek juga memiliki hubungan yang sangat baik dengan [[Viking Persib Club]] supporter klub [[Persib Bandung]].
Bagi kebanyakan masyarakat, Bonek cenderung memiliki catatan negatif jika dilihat dari kisah masa lalu. Namun seiring berjalannya waktu, perlahan Bonek menunjukkan kedewasaanya dalam mendukung klub kebanggannya dengan tertib, terorganisir, kompak dan tidak anarkis. Tidak hanya para remaja, mulai balita sampai yang tua baik laki-laki maupun wanita pun ada untuk menyaksikan klubnya bertanding. Hal ini menunjukkan stigma Bonek yang semakin hari semakin lebih baik. Eksistensi Bonek tidak hanya di Surabaya, melainkan juga di beberapa daerah di Indonesia bahkan sampai mancanegara. Kelompok suporter ini terkenal dengan loyalitasnya mendukung tim kesayangan dengan selalu menghadirkan ribuan suporter dimanapun klubnya berlaga. Bahkan saat terjadinya [[Dualisme Persebaya Surabaya]] yang terjadi antara 2010 hingga 2017, Bonek menempatkan dirinya digarda terdepan sebagai simbol perlawanan terhadap apa yang mereka sebut sebagai pendzoliman terhadap tim [[Persebaya Surabaya]].<ref>{{cite web|url=https://emosijiwaku.com/2017/01/16/selayang-pandang-kisah-perjuangan-heroik-bonek-membela-persebaya/ |title=Kisah heroik perjuangan Bonek membela Persebaya|website=[[Emosijiwaku.com]] |date=16 Januari 2017|access-date=5/10/2019}}</ref>
|