Jomo Kenyatta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 306:
{{Quote box|width=25em|align=left|quote=Aku tidak merasa bahwa aku adalah—dan [aku] tidak pernah menjadi—musuh orang Eropa ataupun orang kulit putih, karena aku telah menghabiskan waktu selama bertahun-tahun di Inggris atau di Eropa, dan bahkan hari ini aku punya banyak teman di berbagai negara.|source=— Kenyatta, April 1961{{sfn|Arnold|1974|p=65}} }}
Kenyatta mengamalkan [[poligami]] dan pernah memiliki empat istri, yaitu Grace Wahu (menikah 1920), Edna Clarke (1942–1946), Grace Wanjiku (menikah 1946 hingga kematian Grace pada tahun 1951), dan Ngina Muhoho (menikah 1952).{{sfn|Angelo|2019|p=59}} Kenyatta menilik [[monogami]] dari sudut pandang antropologi sebagai fenomena Barat yang menarik, tetapi ia tidak mengamalkan hal tersebut dan malah pernah berhubungan seks dengan banyak wanita pada masa hidupnya.{{sfn|Murray-Brown|1974|p=216
Saat Kenyatta sedang diadili, ia menyebut dirinya sebagai orang Kristen,{{sfn|Murray-Brown|1974|p=265}} dan ia berkata bahwa "Saya tidak mengikuti denominasi tertentu. Saya percaya kepada Kekristenan secara utuh."{{sfn|Murray-Brown|1974|p=269}} Arnold berkata bahwa saat Kenyatta berada di Inggris, ia bukanlah seorang Kristen yang taat.{{sfn|Arnold|1974|p=27}} Saat berada di London, Kenyatta tertarik dengan para pembicara [[ateis]] di [[Speakers' Corner]] di [[Hyde Park, London|Hyde Park]],{{sfn|Murray-Brown|1974|p=130}} sementara upaya seorang teman Muslim Irlandia untuk mengajaknya masuk [[Islam]] tidak berhasil.{{sfn|Murray-Brown|1974|p=130}} Saat berada di penjara, Kenyatta membaca buku-buku tentang Islam, [[Agama Hindu|Hindu]], [[Agama Buddha|Buddha]], dan [[Konfusianisme|Kong Hu Cu]].{{sfnm|1a1=Murray-Brown|1y=1974|1p=285|2a1=Maloba|2y=2018|2p=138}} Diplomat Israel Asher Naim mengunjunginya pada masa ini, dan ia berkata bahwa meskipun Kenyatta bukan seseorang yang religius, ia menghargai Alkitab.{{sfn|Naim|2005|p=77}} Sementara itu, meskipun Kenyatta menyebut dirinya sebagai seorang Kristen, ia tidak menyukai banyak misionaris Eropa, terutama sikap mereka yang langsung menganggap buruk segala sesuatu yang berbau Afrika.{{sfn|Berman|Lonsdale|1998|p=25}} Dalam buku ''Facing Mount Kenya'', Kenyatta menentang sikap para misionaris yang amat meremehkan pemujaan nenek moyang, dan ia menyebut praktik ini sebagai "komuni nenek moyang".{{sfn|Bernardi|1993|p=175}} Kenyatta bahkan mempersembahkan buku tersebut untuk "roh nenek moyang" sebagai bagian dari "perjuangan demi kemerdekaan Afrika".{{sfn|Arnold|1974|p=70}}
|