Abdul Latif Syakur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
clean up
Alhuzaini (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Abdul Laṭīf Shakūr''' (1882-1963) adalah seorang ulama Minangkabau yang berkiprah dalam pemajuan pendidikan perempuan dan pers. Ia berasal dari [[Balai Gurah, IV Angkek, Agam|Balai Gurah]], [[IV Angkek, Agam|Ampek Angkek]], [[Kabupaten Agam]], [[Sumatra Barat]]. Ia merupakan sosok yang terbuka dan mendorong kemajuan bagi perempuan. Hal itu terlihat dari dukungan yang ia berikan kepada putrinya, Abdul Laṭīf Shakūr untuk menerbitkan majalah khusus perempuan bernama ''[[Djauharah (majalah)|Djauharah]]'' yang terbit pada tahun 1923''.''<ref name=":0">{{Cite journal|last=Yulfira Riza & Titin Nurhayati Ma’mun|first=|year=2018|title=Berdamai dengan Perempuan: Komparasi Teks antara Naskah Al-Muāshirah dan Kitab Cermin Terus|url=|journal=Manuskripta|volume=8|issue=2|pages=113-136|doi=10.33656/manuskripta.v9i1.134}}</ref>
 
=== Pendidikan ===
Abdul Laṭīf Shakūr lahir pada 15 Agustus 1882 dari pasangan Muhammad Amin dan Fatimah. Ayahnya adalah seorang [[Kerja borongan|pekerja borongan]] yang ikut membuat jembatan gantung rel kereta api yang menghubungkan rute Padang-Bukittinggi. Pada umur 7 tahun, ia dibawa oleh ayahanya ke Makkah untuk menunaikan haji.<ref name=":1" />
 
Di Makkah, Abdul Laṭīf Shakūr menetap selama 13 tahun untuk belajar. Di antara gurunya adalah [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]]. Ia belajar bersama dengan [[Abdul Karim Amrullah]], [[Muhammad Jamil Jambek|Jamil Jambek]], dan [[Muhammad Thaib Umar|Muḥammad Ṭhaib Umar]].<ref>{{Cite journal|last=Riza|first=Yulfira|last2=Sandora|first2=Lisna|date=2019|title=Shekh Abdul Laṭīf Shakūr’s Manuscript Dunia Perempuan and Woman Representation on Man’s View|url=http://dx.doi.org/10.2991/icclas-18.2019.22|journal=Proceedings of the 2nd Internasional Conference on Culture and Language in Southeast Asia (ICCLAS 2018)|location=Paris, France|publisher=Atlantis Press|doi=10.2991/icclas-18.2019.22|isbn=978-94-6252-663-1}}</ref> Di antara mereka, Abdul Laṭīf Shakūr merupakan murid termuda. Ia pulang ke kampung halamannya pada tahun 1902 dalam usia 19 tahun.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Wahidi|first=Ridhoul|date=2019-10-19|title=Konsep Nasionalisme Perspektif Syaikh Abdul Latief Syakur|journal=RELIGIA|pages=267|doi=10.28918/religia.v22i2.2191|issn=2527-5992}}</ref>
 
=== Aktivitas ===
Setiba di kampung halaman, aktivitas Abdul Laṭīf Shakūr berfokus pada upaya memperbaiki perilaku masyarakat. Ia melihat masyarakat Minangkabau pada umumnya berada dalam krisis moral. Sasaran utama dakwahnya adalah perempuan. Saat itu, banyak perempuan tidak mendapatkan pendidikan yang layak dan menjalani kehidupan rumah tangga dalam keadaan terpaksa. Akhirnya, banyak terjadi kawin cerai yang merugikan pihak perempuan.<ref name=":0" />
 
Dakwah Abdul Laṭīf Shakūr terhadap perempuan diwujudkanya dalam bentuk mendirikan sekolah dan majalah. Sekolah yang Abdul Laṭīf Shakūr didirikan bernama At-Tarbiyatul Hasanah (Surau Sicamin). Di sini, ikut menyekolahkan anak perempuannya yaitu Sha’diyah Shakūrah. Putrinya ia dorong untuk menulis, begitu pula murid-muridnya. Berkat dukungannya, sang putri mendirikan majalah khusus perempuan bernama ''[[Djauharah (majalah)|Djauharah]]'' pada tahun 1923. Di majalah itulah, Sha’diyah Shakūrah dan murid-murid Abdul Laṭīf Shakūr menulis untuk menyuarakan suara perempuan. ''Djauharah'' merupakan majalah khusus perempuan berbasis Islam pertama di Minangkabau.<ref name=":0" />
 
=== Karya ===
Abdul Laṭīf Shakūr produktif dalam menulis. Secara umum, karya-karyanya membahas tentang [[Etika Islam|akhlak]] dan [[adab]] serta yang berkaitan dengan [[Al-Quran]] dan [[bahasa Arab]]. Ia menarik diri dari gelanggang perdebatan [[Ikhtilaf|khilafiyah]] yang pada awal abad ke-20 mewarnai wacana keislaman di Minangkabau. Ketidakterlibatannya ini membuat namanya tidak populer dibandingkan [[ulama Minangkabau]] lainnya yang sezaman.<ref name=":0" />
 
Baris 44:
*''Tarjamah Lafziyah al-Qur’an''
 
=== Keturunan ===
Sekembali dari Makkah pada tahun 1902, Abdul Laṭīf Shakūr menetap di Sawah Gadang, Balai Gurah. Satu tahun kemudian, Abdul Laṭīf Shakūr menikah dengan Rafan. Dari pernikahan pertama, Abdul Laṭīf Shakūr tidak dikaruniai keturunan sehingga mengakibatkan pendeknya umur perkawinan mereka. Pernikahan kedua Abdul Laṭīf Shakūr yakni dengan Kama, tetapi karena masih belum dikaruniai keturunan, umur perkawinan mereka tidak panjang. Pada tahun 1908, ia kembali menikah yakni dengan Maryam. Pasangan ini dikarunai empat orang anak, yaitu Sha’diyah Shakūrah, Sha’nuddin, Sha’dullah, dan Latifah.<ref name=":1" />
 
Setelah itu, Abdul Laṭīf Shakūr menikah lagi dengan Raqiyah, tetapi tidak dikaruniai keturunan. Lalu, ia menikah untuk kelima kalinya dengan Kamaliyah dan memiliki satu anak yang bernama Muhammad Sa’id Syakur. Abdul Laṭīf Shakūr menikah lagi dengan Aisyah, tetapi tidak dikaruniai keturunan. Terakhir, ia menikah dengan Ka’isah yang memberinya lima orang anak, yakni Shu’ada, Syafiuddin, Mahdiyah, Nafisah, dan Syafruddin.<ref name=":1" />
 
=== Meninggal ===
Abdul Laṭīf Shakūr mengembuskan napas terakhir di [[Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil]], Padang pada tanggal 13 Juni 1963.<ref name=":1" />
 
=== Referensi ===
<references />