R.H. Hadjid: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Taan Prof (bicara | kontrib)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 9:
Karena kemampuannya, ia kemudian dipercaya sebagai direktur Kweekschool Muhammadiyah pada tahun 1928. Pada masa kepemimpinannya, Kweekschool Muhammadiyah menjadi salah satu institusi pendidikan Islam yang berkualitas dan diperhitungkan. Kemajuan ini tidak bisa dilepaskan dari kebijakan yang diambil oleh Hadjid. Diantara kebijakan yang diambil adalah memperbarui sistem pembelajaran, membangun infrastruktur dan mendirikan Kweekschool Isteri (yang kemudian hari menjadi Madrasah Mualimmat Muhammadiyah), serta mempublikasikan keberadaan Kweekschool Muhammadiyah melalui media massa yang dimiliki Muhammadiyah seperti [[Suara Muhammadiyah]], Suara Aisyiyah, dan Bintang Islam.<ref>Muarif, ''Modernisasi Pendidikan Islam Sejarah dan Perkembangan Kweekschool Moehammadijah 1923-1932'', (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2012), hlm. 133-137.</ref> Kepemimpinan Haji Hadjid berlangsung hingga tahun 1930. Haji Hadjid juga terlibat dalam pembentukan [[Hizbul Wathan]]. Ia bersama dengan K.H. Mochtar dan H.M. Syarbini bahu membahu dalam membentuk organisasi kepanduan Muhammadiyah ini. Nama Hizbul Wathan adalah usulan dari Hadjid yang berarti cinta tanah air.<ref>Mohammad Ali, ''Paradigma Pendidikan Berkemajuan: Teori dan Praksis Pendidikan Progresif Religius K.H. Ahmad Dahlan'', (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2017), hlm. 216.</ref> Sebelumya, organisasi ini bernama Padvinders Muhammadiyah atau Pandu Muhammadiyah. Setelah Indonesia merdeka, Hadjid dipercaya menjabat sebagai ketua Majelis Tarjih Muhammadiyah sejak tahun 1951 hingga tahun 1957. Prestasinya selama memimpin Majelis Tarjih adalah dibukukannya hasil Muktamar dalam buku berjudul Himpunan Putusan Tarjih (HPT). Selanjutnya, ia dipercaya menjadi Penasihat PP Muhammadiyah sejak tahun 1966 hingga tahun 1977.
=== Menjadi pengurus jawatan agama dan dosen ===
Hadjid tidak hanya aktif di Muhammadiyah. Pada masa penjajahan [[Jepang]], ia menjadi bagian dari Kantor Lembaga Agama [[Yogyakarta]]. Karirnya berlanjut pada masa kemerdekaan ketika ia dipercaya menjadi Wakil Kepala Jawatan Agama Provinsi DIY. Ia juga menjadi dosen pada [[Sekolah Tinggi Islam]] (sekarang [[UII]]) di Yogyakarta pada tahun 1946 hingga tahun 1947.
== Karya tulis ==
Haji Hadjid adalah seorang penulis yang cukup aktif. Buku-buku yang pernah ditulisnya antara lain; 1 ) Kalimah Sahadah Bahasa Jawa; 2) Tafsir Al Fatihah; 3) Pedoman Dakwah Umat Islam; 4) Pedoman Tabligh Bahasa Jawa Jilid I, II, III; 5) Buku Fiqh (ditulis dengan huruf Pegon); 6) Tafsir Al Quran Juz 1-18; 7) Tujuh Belas Ayat-Ayat ; 8) Kitab Pertjontohan Bagi Pemoeda-Pemoeda Kita; 9) Falsafah Ajaran KH Ahmad Dahlan; 10) Buku Belajar Huruf Hijaiyah; 11) Piwoelang Islam; 12) Goeroe Tabligh; 13) Perkawinan; Menurut ‘Adat dan Asas Perkawinan Setjara Islam. Sebagian besar buku yang ditulisnya merupakan buku-buku yang berkaitan dengan agama Islam.<ref>Lasa H.S., dkk., ''Percikan Pemikiran Tokoh Muhammadiyah untuk Indonesia Berkemajuan'', (Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2018), hlm. 159.</ref>
 
== Akhir hayat ==