Suku Pakpak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Artikel ini diambil dari sumber-sumber terpercaya oleh penetua Suku Pakpak.
Tag: VisualEditor menghilangkan referensi [ * ]
Membatalkan suntingan berniat baik oleh 114.122.23.133 (bicara): Riset asli, tanpa referensi (TW)
Tag: Pembatalan
Baris 1:
{{refimprove}}{{rapikan}}
== NJUAH-NJUAH BANTA KARINA ==
{{SUKU INDONESIA}}{{Infobox ethnic group
|group=SUAK PAKPAK
|native_name=Suak Simsim, Suak Keppas, Suak Pegagan, Suak Boang, Suak Klasen.|languages=Bahasa Pakpak, Bahasa Indonesia.}}
 
{{Infobox ethnic group
<big>'''''<u>Suku Pakpak</u>''''' adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Pulau Sumatra Indonesia dan dikenal dengan ciri khas salam/sapaan</big> <u>'''NJUAH-NJUAH'''</u><big>. Wilayah Suku Pakpak tersebar di beberapa kabupaten/kota di [[Sumatra Utara|Sumatera Utara]] dan [[Aceh]], yakni di [[Kabupaten Dairi]], [[Kabupaten Pakpak Bharat]], [[Kabupaten Humbang Hasundutan]], [[Tapanuli Tengah]] (Sumatera Utara), [[Kabupaten Aceh Singkil]] dan [[Kota Subulussalam]] (Aceh). Nenek moyang  Suku Pakpak  adalah '''Khada''' dan '''Lona''', mereka berasal dari India Selatan (India Tondal) yang terdampar di Pantai Barus. Kemudian mereka menetap di Muara Tapus dekat Kota Berus lalu berkembang di tanah Pakpak dan kemudian menjadi Suku Pakpak. Dari pernikahan mereka lahirlah seorang putra yang bernama '''Hyang''', dan setelah dewasa menikah dengan Putri Raja Barus.</big>
|group=Suku Pakpak<br />''Kalak Pakpak''<br />''{{batk|ᯇᯂ᯲ᯇᯂ᯲}}''
|poptime =
|region1 = '''[[Sumatra Utara]]'''
|pop1 = ?
|region2 = {{nbsp|7}}[[Kabupaten Dairi]]
|pop2 = ?
|region3 = {{nbsp|7}}[[Kabupaten Pakpak Bharat]]
|pop3 = ?
|region4 = {{nbsp|7}}[[Kabupaten Humbang Hasundutan]]
|pop4 = ?
|region5 = {{nbsp|7}}[[Kabupaten Tapanuli Tengah]]
|pop5 = ?
|region6 = '''[[Aceh]]'''
|pop6 = ?
|region7 = {{nbsp|7}}[[Kabupaten Aceh Singkil]]
|pop7 = ?
|region8 = {{nbsp|7}}[[Kota Subulussalam]]
|pop8 = ?
|langs =[[Bahasa Batak Pakpak|Pakpak]], [[Bahasa Batak Toba|Toba]], [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
|rels =[[Kristen]], [[Islam]]
|related =[[Suku Batak Toba|Toba]], [[Suku Batak Karo|Karo]], [[Suku Alas|Alas]]
}}
 
'''Suku Pakpak''' ('''[[Surat Batak|Pakpak]]''': {{Batk|ᯇᯂ᯲ᯇᯂ᯲}}) adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di [[Pulau Sumatra]] [[Indonesia]]. Tersebar di beberapa kabupaten/kota di [[Sumatera Utara]] dan [[Aceh]], yakni di [[Kabupaten Dairi]], [[Kabupaten Pakpak Bharat]], [[Kabupaten Humbang Hasundutan]], [[Tapanuli Tengah]] (Sumatera Utara), [[Kabupaten Aceh Singkil]] dan [[Kota Subulussalam]] (Aceh)
'''<big>Dari Pernikahan Hyang dengan Putri Raja Barus menghasilkan 8 (Delapan) keturunan yakni 7 (Tujuh) Laki-Laki dan 1 (Satu) Perempuan diantaranya :</big>'''
 
Suku bangsa Pakpak kemungkinan besar berasal dari keturunan tentara kerajaan Chola di [[India]] yang menyerang kerajaan [[Sriwijaya]] pada abad 11 Masehi.
# <big>'''Si Haji''',mempunyai Kerajaan di Banua Harhar yang mana saat ini dikenal dengan nama Hulu Lae Kombih,Kecamatan Siempat Rube. dengan keturunannya : bermarga ''Padang, Berutu'' dan ''Solin''.</big>
# <big>'''Mbello (Perbaju Bigo'''), menurut kisah telah tenggelam oleh suatu peristiwa.</big>
# <big>'''Ronggar Jodi''', pergi ke arah Utara dan membentuk Kerajaan yang bernama Jodi Buah Leuh dan Nangan Nantampuk Emas, saat ini masuk Kecamatan STTU Jehe.</big>
# <big>'''Mpu Bada''', pergi ke arah Barat melintasi Lae Cinendang lalu tinggal di Mpung Si Mbentar Baju. Keturunannya bermarga : ''Manik, Beringin, Tendang, Bunurea, Gajah, Siberasa''. '''Mpu Bada''' adalah yang terbesar dari pada saudara-saudaranya semua, bahkan dari pihak Suku Toba pun kadangkala mengklaim bahwa Mpu Bada adalah Keturunan dari Parna dari marga Sigalingging.sedangkan pada sejarah sudah jelas-jelas bahwa Mpu Bada adalah anak ke 4 dari Hyang. Makanya perlu hati-hati jika memperhatikan pembalikan fakta sejarah yang sering dilakukan oleh Pihak Toba dewasa ini. ''Marga Manik diturunkan oleh Mpu Bada yang mempunyai 4 orang anak yaitu :'' 1. Tondang 2. Rea sekarang menjadi Banurea 3. Manik 4. Permencuari yang kemudian menurunkan marga Boang Menalu dan Bancin.</big>
# <big>'''Raja Pako''', pergi ke arah Timur Laut membentuk Kerajaan Si Raja Pako dan bermukim di Sicike-cike. Keturunannya bermarga : ''Marga Ujung, Angkat, Bintang Capah, Sinamo, Kudadiri dan Gajah Manik (Si Pitu Marga)''</big>
# <big>'''Bata''', dengan keturunannya : ''Tinambunen, Tumangger, Maharaja, Turuten, Pinanyungen dan Anak Ampun.''</big>
# <big>'''Sanggir''', Sanggir pergi ke arah Selatan tp lebih jauh daripada Bata dan membentuk Kerajaan di sana,dipercaya menjadi nenek moyang marga Meka,Mungkur dan Kelasen.Keturunannya bermarga : ''Meka, Mungkur dan Kelasen.''</big>
# <big>'''Suari''' Menikah dengan Putra Raja Barus dan memdiam di Lebbuh Ntua.</big>
 
<!-- Disembunyikan karena belum terdapat referensi yang jelas
<big>Meskipun oleh para antropolog orang-orang Pakpak dimasukkan sebagai salah satu sub etnis Batak di samping Toba, Mandailing, Simalungun, dan Karo. Namun, orang-orang Pakpak mempunyai versi sendiri tentang asal-usul jati dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut sumber-sumber tutur menyebutkan antara lain (Sinuhaji dan Hasanuddin,1999/2000:16) :</big>
== Sejarah ==
Diceritakan dalam sejarah, bahwa asal usul [[Suku Pakpak]] adalah dari India Selatan yaitu dari India Tondal yang kemudian menetap di Muara Tapus dekat Kota Barus lalu berkembang di [[tanah Pakpak]] dan kemudian menjadi suku Pakpak. Pada dasarnya nenek moyang [[suku Pakpak]] ini sudah mempunyai marga sejak dari negeri asal mereka, namun kemudian membentuk marga baru yang tidak jauh berbeda dari marga aslinya.
 
<nowiki> [[Suku Pakpak]] tersebar di beberapa daerah. Secara administratif masyarakat Pakpak tersebar di dua Propinsi dan beberapa Kabupaten, yang dikenal dengan sebutan Suak atau Lebbuh. Wilayah Pakpak terbagi menjadi 5 suak yaitu : [[Suak Simsim]], [[Suak Kelasen]], [[Suak Keppas]], [[Suak Pegagan]] dan [[Suak Boang]]. Suak Simsim terletak di wilayah Kabupaten Pakpak Bharat, Suak Keppas dan
# <big>Keberadaan orang-orang Simbelo, Simbacang, Siratak, dan Purbaji yang dianggap telah mendiami daerah Pakpak sebelum kedatangan orang-orang Pakpak.</big>
</nowiki>Suak Pegagan terletak di wilayah [[Kabupaten Dairi]], Suak Kelasen menetap di wilayah Kabupaten [[Humbang Hasundutan]] dan Kabupaten [[Tapanuli Tengah]] khususnya Kecamatan Barus, dan [[Suak Boang]] secara administratif terletak di wilayah Kabupaten [[Aceh Singkil]] dan [[Kota Subulussalam]] [[Provinsi Aceh]]. Tidak semua orang Pakpak berdiam di tanah Pakpak, namun mereka juga berdiaspora, meninggalkan negerinya dan menetap di daerah baru. Sebagian tinggal di tanah Pakpak dan menjadi Suku Pakpak. Mereka menjadi "Situkak Rube", Sipungkah Kuta, dan Sukut Nitalun di tanah Pakpak. Sebagian lagi pergi merantau ke daerah lain, membentuk komunitas baru. Mereka mengetahui bahwa asalnya adalah dari daerah Pakpak dan mengaku bahwa Pakpak adalah sukunya, namun sudah menjadi marga di suku lain.
# <big>Penduduk awal daerah Pakpak adalah orang-orang yang bernama Simargaru, Simorgarorgar, Sirumumpur, Silimbiu, Similang-ilang, dan Purbaji.</big>
# <big>Dalam ''Lapiken''/''Laklak'' (buku berbahan kulit kayu) disebutkan penduduk pertama daerah Pakpak adalah pendatang dari India yang memakai rakit kayu besar yang terdampar di Barus.</big>
# <big>Persebaran orang-orang Pakpak Boang dari daerah Aceh Singkil ke daerah Simsim, Keppas, dan Pegagan.</big>
# <big>Terdamparnya armada dari India Selatan di pesisir barat Sumatera, tepatnya di Barus, yang kemudian berasimilasi dengan penduduk setempat.</big>
 
Menurut cerita, nenek moyang dari Suku Pakpak adalah si Kada dan si Lona dari India Selatan. Mereka pergi merantau meninggalkan kampungnya dan terdampar di Pantai Barus dan terus masuk hingga ke tanah Pakpak. Dari pernikahan mereka mempunyai seorang anak yang bernama HYANG. Itulah sebabnya nama Hyang adalah nama yang dikeramatkan di Suku Pakpak. Hyang pun dewasa dan kemudian menikah dengan putri Raja Barus. Dari pernikahan mereka, lahir 7 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan. Adapun nama dari anak Hyang dan putri raja Barus adalah :
<big>Berdasarkan sumber tutur serta sejumlah nama marga Pakpak yang mengandung unsur keindiaan (Lingga, Maha, dan Maharaja), boleh jadi di masa lalu memang pernah terjadi kontak antara penduduk pribumi Pakpak dengan para pendatang dari India. Jejak kontak itu tentunya tidak hanya dibuktikan lewat dua hal tersebut, dibutuhkan data lain yang lebih kuat untuk mendukung dugaan tadi. Oleh karena itu maka pengamatan terhadap produk-produk budaya baik yang ''tangible'' maupun ''intangible'' diperlukan untuk memaparkan fakta adanya kontak tersebut. Selain itu waktu, tempat terjadinya kontak, dan bentuk kontak yang bagaimanakah yang mengakibatkan wujud budaya dan tradisi masyarakat Pakpak sebagaimana adanya saat ini. Untuk itu diperlukan teori-teori yang relevan untuk menjelaskan sejumlah fenomena budaya yang ada.</big>
1. Si Haji;
2. Perbaju Bigo;
3. Ranggar Jodi;
4. Mpu Bada;
5. Raja Pako;
6. Bata;
7. Sanggir;
8. Suari (anak perempuan).
 
Pada urutan ke empat terdapat nama Mpu Bada, Mpu Bada adalah yang terbesar di antara saudara-saudaranya yang lain, bahkan dari pihak suku Toba pun kadangkala mengklaim bahwa Mpu Bada adalah keturunan dari Parna dari Marga Sigalingging. Bagaimana bisa ya...??? Sedangkah pada
== <small>'''Wilayah Suku Pakpak''' terbagi menjadi 5 (Lima) berdasarkan '''''Suak/Sub-Suku''''', Yaitu :</small> ==
sejarahnya sudah jelas-jelas bahwa Mpu Bada adalah anak keempat dari
1. '''Pakpak Simsim''', yakni orang Pakpak yang menetap dan memiliki ''hak ulayat'' di daerah Simsim.
Hyang.
 
Si anak Sulung, yaitu Si Haji mempunyai kerajaan di Banua
Antara lain, marga :
Harhar, yang saat ini dikenal dengan Hulu Lae Kombih, Kecamatan Siempat
Rube Kabupaten Pakpak Bharat. Perbaju Bigo pergi ke arah timur dan
membentuk kerajaan SIMBELLO di Silaan, yang saat ini dikenal dengan
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu. Ranggar Jodi pergi ke arah utara dan
membentuk kerajaan yang bertempat di Buku Tinambun dengan nama kerajaan
JODI BUAH LEUH dan NANTAMPUK MAS, saat ini masuk ke dalam Kecamatan
Sitellu Tali Urang Jehe. Mpu Bada pergi ke arah barat melintasi Lae
Cinendang dan tinggal di Mpung Simbentar Baju. Raja Pako pergi ke arah
timur laut membentuk Kerajaan Siraja Pako dan bermukir di Sicike-cike.
Bata pergi ke arah Selatan dan menikah, kemudian hanya mempunyai seorang
anak perempuan yang menikah dengan Putra keturunan Tuan Nahkoda Raja.
Dari pernikahan ini menurunkan marga Tinambunan, Tumangger, Maharaja,
Turuten, Pinayungen dan Anakampun. Sanggir pergi ke arah Selatan tapi
lebih jauh dari Bata dan membentuk kerajaan di sana. dipercaya menjadi
nenek moyang marga Meka dan Mungkur. Sedangkah yang perempuan yaitu
Suari menikah dengan Putra Raja Barus dan mempunyai empat orang anak,
yaitu : Tndang, Rea yang sekarang menjadi Banurea, Manik dan Permencuari
yang kemudia menurunkan marga Boangmanalu dan Bancin.
 
== Persebaran Suku Pakpak ==
* Berutu
Wilayah suku Pakpak dapat dibagi menjadi 5 kelompok berdasarkan wilayah
* Banurea
komunitas marga dan dialek bahasanya, yaitu : (Berutu dan Nurani,
* Sinamo
2007:3-4)
* Boang manalu
Pakpak Simsim, yaitu orang Pakpak yang menetap dan
* Padang
memiliki hak ulayat di daerah Simsim. Terdiri dari marga Berutu, Sinamo,
* Sitakar
Padang, Solin, Banurea, Boangmanalu, Cibro, Sitakar dan lain-lain.
* Manik
Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam
* Lingga
wilayah Kabupaten Pakpak Bharat.
* Tinendung
<nowiki> Pakpak Keppas, yaitu orang Pakpak
* Kabeaken
yang menetap dan berdialek Keppas. Antara lain marga Ujung, Bintang,
* Limbong
Bako, Maha dan lain-lain. Ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Dairi.</nowiki>
* Cibro
Pakpak Pegagan, yaitu orang Pakpak yang berasal dan berdialek Pegagan,
* Solin
antara lain marga Lingga, Mataniari, Maibang, Manik, Sikettang dan
* dll
lain-lain, termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sumbul, Pegagan Hilir
 
Kabupaten Dairi.
Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam wilayah Kabupaten Pakpak Bharat.
Pakpak Kelasen, yaitu orang Pakpak yang berasal
 
dari dan berdialek Kelasen. Antara lain marga Tumangger, Siketang,
2. '''Pakpak Kepas''', yakni orang Pakpak yang menetap dan berdialek Keppas.
Tinambunan, Anakampun, Kesogihen, Maharaja, Meka, Berasa dan lain-lain.
 
Termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Parlilitan dan Kecamatan Pakkat
Antara lain. marga :
(Kabupaten Humbang Hasundutan), serta Kecamatan Barus (Kabupaten
 
Tapanuli Tengah).
* Ujung
Pakpak Boang, yaitu orang Pakpak yang berasal dan
* Angkat
berdialek Boang, antara lain marga Ramin, Saraan, Sambo, Penarik dan lain-lain.
* Bintang
Termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Nanggroe Aceh
* Capah
Darussalam.
* Bako
Meskipun para Antropolog memasukkan suku Pakpak ke
* Kudadiri
dalam salah satu Subetnis Batak, sebagaimana suku Mandailing, Karo,
* Maha
Toba, dan Simalungun. Namun, suku Pakpak mempunyai versi tersendiri
* Gajah
tentang asal usul dan jati dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut
* Manik
sumber-sumber tutur menyebutkan antara lain (Sinuhaji dan Hasanuddin,
* Gajah
1999/2000:16) :
* dll.
Keberadaan orang-orang Simbello, Simbacang, Siratak
 
dan Purbaji yang dianggap telah mendiami daerah Pakpak sebelum
Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam wilayah Kecamatan Silima Pungga-pungga, Tanah Pinem, Parbuluan, dan Kecamatan Sidikalang di Kabupaten Dairi.
kedatangan orang-orang Pakpak;
 
<nowiki> Penduduk awal daerah Pakpak adalah
3. '''Pakpak Pegagan''', yakni orang Pakpak yang berasal dan berdialek Pegagan.
orang-orang yang bernama Simargaru, Simorgarorgar, Sirumumpur, Silimbiu,
 
</nowiki>Similang-ilang dan Purbaji.
Antara lain, marga
<nowiki> Dalam Lapihen/Laklak (buku berbahan
 
kulit kayu) disebutkan penduduk pertama daerah Pakpak adalah pendatang
* Lingga
dari India yang memakai rakit kayu besar yang terdampar di Barus.</nowiki>
* Maibang
Persebaran orang Pakpak Boang dari daerah Aceh Singkil ke daerah Simsim, Keppas, dan Pegagan.
* Matanari
Terdamparnya armada dari India Selatan di pesisir barat Sumatera,
* Manik
tepatnya di Barus yang kemudian berasimilasi dengan penduduk setempat.
* Siketang
Berdasarkan sumber tutur serta sejumlah nama marga yang ada di Suku
* dll
Pakpak yang mengandung ke India-an seperti marga Lingga, Maha dan
 
Maharaja, boleh jadi pada masa lalu memang pernah terjadi kontak antara
Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam wilayah Kecamatan Sumbul, Pegagan Hilir, dan Kecamatan Tiga Lingga di Kabupaten Dairi.
penduduk pribumi Pakpak dengan para pendatang dari India. Jejak kontak
 
itu tentunya tidak hanya dibuktikan lewat dua hal tersebut, dibutuhkan
4. '''Pakpak Kelasen''', yakni orang Pakpak yang berasal dan berdialek Kelasen.
data lain yang lebih kuat mendukung dugaan tadi. Oleh karena itu
 
pengamatan terhadap produk-produk budaya baik yang tangible maupun
Antara lain, marga :
intangible diperlukan untuk memaparkan fakta adanya kontak tersebut.
 
-->
* Tumangger
* Anak ampun
* Siketang
* Kesogihen
* Tinambunan
* Maharaja
* Meka
* Berasa
* Mungkur
* dll
 
Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam wilayah Kecamatan Parlilitan dan Kecamatan Pakkat (di Kabupaten Humbang Hasundutan), serta Kecamatan Barus (di Kabupaten Tapanuli Tengah).
 
5. '''Pakpak Boang''', yakni orang Pakpak yang berasal dan berdialek Boang.
 
Antara lain, marga :
 
* Sambo,
* Penarik, dan
* Saraan.
 
Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam wilayah Singkil (Nanggroe Aceh Darussalam).
 
== '''<small>Hukum Adat Tanah Suku Pakpak</small>''' ==
Tanah merupakan satu kesatuan dengan kehidupan masyarakat Pakpak atau menunjukkan identitas tentang keberadaan anggota masyarakat tersebut sehingga tanah menentukan hidup matinya masyarakat tersebut. Tanah dikuasai oleh marga sebagai pemilik ulayat tanah tersebut. Adapun bentuk-bentuk tanah sebagai berikut :
 
a. Tanah tidak diusahai, yaitu “Tanah Karangan Longo-longoon”, “Tanah Kayu Ntua”, “Tanah Talin Tua”, “Tanah Balik Batang” dan Rambah Keddep”.
 
b. Tanah yang diusahai yaitu “Tahuma Pargadongen”, “Perkenenjenen”, dan “Bungus”.
 
c. Tanah Perpulungen yaitu embal-embal, Jampalan, dan Jalangen.
 
d. Tanah Sembahen, yaitu tanah-tanah yang mempunyai sifat magis (keramat) terdiri dari tanah Sembahen Kuta (tidak dapat diperladangi) dan tanah Sembahen Balillon (dapat diperladangi).
 
e. Tanah Pendebaan yaitu tanah yang diperuntukkan bagai perkuburan.
 
f. Tanah Persediaan yaitu tanah cadangan dimana tanah ini tetap hak marga, tanah yang dijaga oleh Permangmang (kelompok tertua) dan tidak boleh diganggu.
 
Menyangkut pergeseran/pengalihan tanah tidak ada dalam hukum adat Pakpak, kecuali tanah Rading Beru (tanah yang diberikan kepada anak perempuan atau menantu sepanjang masih dipakai ) dan bila tidak dapat dipakai lagi harus dikembalikan kepada kula-kulanya atau yang memberikan tanah rading berru.
 
Bila ada permasalahan mengenai pertanahan, penyelesaiannya diserahkan kepada Sulang Silima.
 
== '''<small>Sulang Silima  Sebagai Organisasi tradisonal dan Sebagai Organisasi Formal.</small>''' ==
'''1. Sulang Silima sebagai organisasi Tradisional Pakpak'''
 
Sulang Silima dapat diartikan sebagai lima bagian atau lima unsur. Sebagai kata benda berarti lima bagian daging, sebagai kata sifat dan kerja berarti lima unsur sosial yang berperan dalam sistem kekerabatan dan kemasyarakatan Pakpak. Ke lima unsur ini sangat penting peranannya dalam dalam berbagai aspek kehidupan. Lima Unsur Sulang Silima tersebut terdiri dari :
 
   ''1. Perisang-isang (Situaen)''
 
''   2. Pertulan Tengah (sindiruang)''
 
''   3. Perekur-ekur (siampun-ampun)''
 
''   4. Berru (Takal peggu, ekur peggu, labe, ndiangkip)''
 
''   5. Punca Ndiadep (Puang: Benna ni ari, Benna, Pengamaki, labe)''
 
Ke lima unsur tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori besar yaitu : ''Sinina, Puang dan Berru. Sinina'' ada dua jenis yaitu ''sinina semarga'' (dari pihak ayah) dan ''sinina'' tidak semarga yang sifatnya simetris atau sejajar (ibu bersaudara). Kelompok ''Puang'' terbagi beberapa kategori, antara lain '': Puang Bena ni ari, Puang Benna, Puang Pengamaki, dan Puang labe. Berru'' terdiri dari : ''berru penelangkeen mbelgah (Takal Peggu), Berru Penelangkeen kedek (Ekur Peggu), berru ndiangkip, berru labe'' dan lain-lain. Penulis cenderung menganggap istilah ''sibeltek'' dalam adat Pakpak identik dengan saudara sekandung, walaupun prakteknya saat ini menjadi meluas maknanya (semarga). Demikian juga istilah ''Kula-kula'', penulis yakin merupakan serapan (pengaruh) istilah ''Hula-hula'' (Toba). Buktinya tidak pernah dalam acara adat disebut ''Kula-kula Bena ni ari, kula-kula bennna'' dan seterusnya.
 
Pada hakekatnya ''sulang silima'' melekat pada setiap individu yang mengaku sebagai warga Pakpak di mana pun berada, karena ''sulang silima'' terkait dengan sistem kekerabatan dan struktur sosial masyarakat Pakpak. Sejak lahir seorang individu sudah masuk dalam sistem kekerabatan dan struktur ''sulang silima'', baik sebagai anggota keluarga inti (jabu), keluarga luas, anggota ''lebbuh'' maupun anggota kelompok marga tertentu. Selain itu mereka juga otomatis menjadi kelompok ''sinina (dengan sibeltek)'', kelompok ''berru'', maupun maupun kelompok ''puang.''
 
Berdasarkan tingkatan serta cakupan peran dan fungsi dapat dikategorikan  5 jenis ''sulang silima'', yaitu:
 
# ''Sulang Silima Jabu''; berarti lima unsur ada di tingkat keluarga inti.
# ''Sulang silima Sibeltek Bapa''; berarti lima unsur ada di tingkat keluarga luas khususnya ayah bersaudara.
# ''Sulang Silima Sibeltek Mpung''; berarti ada di tingkat keluara luas khususnya kakek bersaudara.
# ''Sulang Silima Lebbuh''; berarti ada di tingkat kelompok kerabat yang dihitung berdasarkan garis laki-laki dari suatu komunitas kerabat suatu marga yang lebih besar yang dapat dikategorikan sebagai klen kecil.
# ''Sulang Silima marga.'' Berarti ada di tingkat marga tertentu, misalnya marga Bancin, Manik, Berutu dan marga Pakpak lainnya. Sulang silima marga Berutu misalnya terdiri dari : Sukut (Mangmang, sinabul, sikuraja), Puang (Tinambunen dan Tumangger) dan Berru (Bancin dan Munthe).
 
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa  Sulang Silima Pakpak jelas tidak ada karena maga-marga Pakpak berasal dari nenek moyang yang berbeda-beda antara satu marga dengan marga lainnya.
 
Secara tradisional Sulang Silima berperan dalam berbagai aspek kehidupan  baik dalam sistem kekerabatan, upacara adat, proses pengambilan keputusan maupun dalam penyelesaian sengketa, baik di tingkat ''jabu'' (keluarga inti), ''sibeltek  bapa dan sibeltek  empung'' (keluarga luas),  komunitas Kuta, ''lebbuh (klen kecil),'' maupun marga ''(klen besar''). Secara singkat berikut dijelaskan peran dan fungsi ''sulang silima'' dalam kebudayaan /adat istiadat Pakpak
 
# Dalam sistem kekerabatan ''sulang silima'' mengatur berbagai hak dan kewajiban dalam sistem perkawinan mulai dari pembatasan dan penentuan jodoh, ''mengkata utang, adat merbayo dan balik ulbas. Sulang silima'' juga mengatur adat sopan santun kekerabatan ''(pertuturen),''
# Dalam Upacara adat[6] kelima unsur sulang silima sangat menentukan, baik upacara adat sepanjang lingkaran hidup (Life Cycle Rites) maupun upacara adat lainnya.
# Dalam proses Pengambilan keputusan di tingkat keluarga inti, keluarga luas, lebbuh, kuta, dan marga sangat menentukan keabsahan suatu keputusan. Misalnya dalam penentuan suatu upacara adat, runggu lebbuh, runggu kuta dan malah runggu aur.
# Pengalihan hak dan kewajiban. Pembagian warisan di tingkat keluarga inti, keluarga luas dan pengalihan hak tanah kepada marga lain atau marga kelompok berru (''rading berru).''
# Penyelesaian sengketa. Sengketa dalam keluarga inti, sengketa keluarga luas,  sengketa tanah, sengketa lebbuh, sengketa kuta, sengketa marga biasanya ''sulang silima'' sangat berperan karena penyelelesaian dengan lima unsur tersebut lebih diakui dan syah secara adat.    
 
'''2. Sulang Silima Sebagai Organisasai Formal'''
 
''Sulang Silima'' sebagai suatu organisasi formal mulai dibentuk sekitar 15-20 tahun yang lalu dan berkembang hingga kini. Sebahagian besar marga Pakpak telah membentuk organisasi ''sulang silima'' baik di Dairi maupun di Pakpak Bharat. Selanjutnya fenomena tersebut diikuti masing-masing ''lebbuh'' dari marga-marga. Formalitas tersebut ditandai dengan adanya kepengurusan dan badan hukum ''Sulang Silima marga atau lebbuh''. Secara tradisional jelas tidak ada kepengurusan dan badan hukum dari Sulang Silima. Struktur kepengurusan Sulang Silima biasanya mengacu pada struktur organisasi kemasyarakatan (ormas) umumnya,  yang terdiri dari unsur ketua, sekretaris, bendahara dan seksi-seksi. Badan hukumnya memiliki akte notaris dan didaftarkan di Kesbanglinmas masing-masing kabupaten.
 
Formalitas ''sulang silima marga dan lebbuh'' tersebut sebenarnya sesuatu yang baik dan merupakan terobosan baru dalam rangka menjawab tantangan zaman dan pengaruh luar. Namun demikian,  idealnya revitalisai yang dilakukan tetap mengacu kepada nilai dan aturan dasar Sulang Silima yang tradisional terutama menyangkut peran dan fungsi masing-masing unsur ''sulang Silima.''  Dari lima peran sulang silima tradisional yang di jelaskan di atas peran 1 dan 2 tidak perlu di intervensi dalam organisasi formal, namun peran 3, 4 dan 5,  organisasi formal ''sulang silima'' yang dibentuk perlu terlibat dalam rangka pendampingan, perlindungan dan memperkuat posisi tawr masyarakat adat baik ''lebbuh maupun marga'', yaitu dalam proses pengambilan keputusan, pengalihan hak dan penyelesaian sengketa. Untuk itu dibutuhkan beberapa syarat dalam pembentukan dan menjalankan organisasi ''sulang silima marga atau lebbuh'' antara lain:
 
-  Pengurus sulang sulang silima seyogianya adalah mereka-mereka yang dipercaya, diteladani, mempunyai kapasitas, mempunyai kompetensi, dan mempunyai komitmen serta integritas yang tinggi.
 
-  Pengurus harus menjadi corong dan juru bicara dari anggotanya dan bukan sebaliknya menjadi corong pihak luar
 
-  Pengurus mengetahui dan menguasai masalah adat dan hak ulayat
 
-  Pengurus mampu memperkuat posisi tawar masyarakat adat (sulang silima) untuk mempertahankan hak-hak adatnya
 
-  Pengurus/organisasi mampu melindungi anggota dalam persoalan sengketa adat terutama sengketa tanah ulayat.
 
-  Pengurus/organisasi harus mampu berperan sebagai fasilitator maupun negosiator dalam program pembangunan.
 
-  Kepentingan masyarakat adat menjadi prioritas dalam menjalankan program kerja.
 
-  Organisasi mampu meningkatkan harkat dan martabat masyarakat adat ''(sulang silima)''
 
Dengan terpenuhinya syarat tersebut maka peran organisasi ''sulang silima'' sebagai organisasi masyarakat adat menjadi penting dan dibutuhkan dalam pembangunan. Sebaliknya, bila syarat dan peran tersebut tidak dimiliki, maka formalitas organisasi ''sulang silima'' menjadi sesuatu yang tidak penting karena tidak relevan untuk  pembangunan dan untuk peningkatan harkat dan martabat anggota ''sulang silima''. Malah bisa menimbulkan perpecahan dan pertikaian di dalamnya.    
 
== <small>'''Istilah Kekerabatan Pakpak'''</small> ==
'''A. Istilah Kekerabatan dengan Saudara Inti dan Keluarga Sekandung (Sinina)'''
 
Istilah-istilah kekerabatan yang dikenal yaitu Bapa (Ayah), Inang (Ibu), Kaka/Abang (Kakak lk. Abang), Dedahen/Anggi (Adik laki-laki/adik pr.), Turang (Kakak/Adik pr. ), Mpung/Poli (Kakek), Mpung Daberru (Nenek), Patua (Sdr lk. tertua Ayah), Nantua (Istri Sdr lk. tertua Ayah), Tonga (Sdr lk. tengah Ayah), Nan Tonga (Istri Sdr lk. tengah Ayah), Papun (Sdr lk. termuda Ayah). Nangampun (Istri Sdr lk. termuda Ayah), Inanguda (Sdr pr. Ibu yg lebih muda), Panguda (Suami Sdr pr. Ibu yg lebih muda), Nan Tua (Sdr pr. Ibu yg lebih tua), Patua (Suami Sdr pr. Ibu yg lebih tua).
 
'''B.Istilah Kekerabatan dengan Kelompok Berru'''
 
Istilah-istilah kekerabatan yang dikenal yaitu Turang (Sdr Pr), Silih (Suami Sdr Pr), Beberre (Anak Sdr Pr), Berru (Anak Pr. Ego), Kela (Menantu Lk), Namberru (Sdri Ayah), Mamberru (Suami Sdri Ayah), Impal (Anak lk Sdri Ayah), Turang (Anak Pr .Sdri Ayah), Mamberru (Mertua lk. Sdri), Namberru (Mertua Pr. Sdri).
 
'''C.Istilah Kekerabatan dengan Kelompok Puang'''
 
== Pembagian ==
Istilah-istilah kekerabatan yang dikenal yaitu Puhun (Sdr Lk Ibu), Nampuhun (Istri Sdr Lk Ibu), Impal (Anak Lk/Pr Sdr Lk. Ibu), Sinisapo (Istri Ego), Silih (Sdr Lk Istri), Bayongku (Istri Sdr Lk Istri), Puhun (Mertua Lk), Nampuhun (Mertua Pr), Kalak Purmaen (Menantu Pr), Purmaen (Anak Sdr Lk Istri).
Suku Pakpak terdiri atas 5 subsuku, dalam istilah setempat sering disebut dengan istilah Pakpak Silima Suak yang terdiri dari:
# Pakpak Klasen, berdomisili di wilayah Parlilitan yang masuk wilayah [[kabupaten Humbang Hasundutan]] dan wilayah Manduamas yang merupakan bagian dari [[kabupaten Tapanuli Tengah]].
# Pakpak Simsim, berdiam di kabupaten Pakpak Bharat.
# Pakpak Boang, bermukim di provinsi [[Aceh]] yaitu di [[kabupaten Aceh Singkil]] dan [[kota Subulussalam]]. Suku Pakpak Boang ini banyak disalahpahami sebagai [[suku Singkil]].
# Pakpak Pegagan, bermukim di Sumbul dan sekitarnya di [[Kabupaten Dairi]].
# Pakpak Keppas, bermukim di kota Sidikalang dan sekitarnya di [[Kabupaten Dairi]].
 
== Marga Pakpak ==
Baris 253 ⟶ 185:
{{col-css3-end}}
 
Suku bangsa Pakpak diikat oleh struktur sosial yang dalam istilah setempat dengan [[Sulang Silima]]. Sulang silima terdiri dari lima unsur yakni:
1. Sinina tertua (Perisang-isang (keturunan atau generasi tertua)
2. Sinina penengah (Pertulan tengah (keturunan atau generasi yang di tengah)
3. Sinina terbungsu (perekur-ekur = keturunan terbungsu)
4. Berru (kerabat penerima gadis)
5. Puang (kerabat pemberi gadis)
 
Kelima unsur ini sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan dalam berbagai aspek kehidupan terutama dalam sistem kekerabatan, upacara adat maupun dalam konteks komunitas '''lebbuh''' atau '''kuta'''. Artinya ke lima unsur ini harus terlibat agar keputusan yang diambil menjadi sah secara adat.
 
Upacara adat Pakpak dinamakan dengan istilah kerja atau kerja-kerja. Namun saat ini sering juga digunakan istilah pesta. Upacara adat tersebut terbagi atas dua bagian besar yakni:
1. Upacara adat yang terkait dengan suasana hati gembira dinamakan kerja baik;
2. Upacara adat dalam suasana tidak gembira dinamakan kerja jahat.
 
Contoh kerja baik adalah: merbayo (upacara perkawinan), menanda tahun (upacara menanam padi), merkottas (upacara untuk memulai sesuatu pekerjaan yang beresik0) dan lain-lain. Contoh kerja jahat adalah mengrumbang dan upacara mate ncayur ntua (upacara kematian).<ref>Lister Berutu 2006. ''Mengenal Upacara Adat Pada Masyarakat Pakpak, Medan, Monoratama''.</ref>
 
== Sumber ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
* [http://orang-batak.blogspot.com/2009/08/sistem-kemasyarakatan-batak-pakpak.html Orang Batak]
* Suku Pakpak Bukan Batak. Suku Pakpak adalah suku yang berdiri sendiri dan memiliki sejarah tersendiri.
 
{{Suku Bangsa Batak}}