Arsitektur kolonial di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan kesalahan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 116.206.30.47) dan mengembalikan revisi 14917440 oleh OrophinBot
Baris 1:
[[Berkas:Gedung-Sate-Trees.jpg|jmpl|400px|[[Gedung Sate]] di [[Bandung]] menunjukkan upaya kolonial untuk mencapai perpaduan arsitektur asli Indonesia antara Jawa lokal, arsitektur Hindu-Buddha kuno di Indonesia, dan gaya barat.]]
Bangunan kolonial adalah bangunan yang didirikan selama masa kolonialisasi berlangsung, untuk menunjang kegiatan pemerintah kolonial sendiri. Sedangkan, Arsitektur kolonial adalah perpaduan antara konsep rancangan wilayah jajahan dengan konsepan rancangan penjajah. Hal ini terjadi karna kenyamanan penjajah terhadap budaya perancangannya, namun tidak sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah tempat jajahannya. Oleh karena itu lahirlah tipologi baru yang mengkolaborasikan kedua konsep rancangan tersebut.
 
'''Arsitektur kolonial Belanda di Indonesia''' dibangun di seluruh Nusantara yang dulu dikenal sebagai [[Hindia Belanda]]. Sebagian besar bangunan era kolonial yang lebih baik dan permanen terdapat di Jawa dan Sumatra, yang secara ekonomi dianggap lebih penting selama masa penjajahan Belanda. Akibatnya, lebih banyak bangunan kolonial yang bertahan masih terdapat di kedua pulau tersebut. Banyak benteng dan gudang era VOC lama tersebar di seluruh Nusantara, terutama di sekitar [[Kepulauan Maluku]] dan [[Sulawesi]].
 
== Arsitektur awal: menyalin negara asal ==