Banteng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RianHS (bicara | kontrib)
HaEr48 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 44:
Banteng aktif pada siang dan malam hari, tetapi aktivitas malam lebih umum di daerah yang banyak dikunjungi manusia. Kawanan banteng di alam liar terdiri dari 2 hingga 40 ekor banteng dengan hanya satu pejantan. Banteng adalah hewan dalam golongan herbivora dan memakan berbagai tumbuhan seperti rumput, [[Cyperaceae|teki]], tunas, daun, bunga, dan buah-buahan. Banteng sering minum air, terutama dari air yang tenang, tetapi mampu bertahan beberapa hari tanpa air di [[musim kemarau]]. [[Fisiologi]] reproduksi banteng tidak banyak diketahui, tetapi mungkin mirip dengan [[sapi eropa]] yang telah banyak diamati. Induk banteng [[Gestasi|mengandung]] dalam jangka 285 hari (lebih dari 9 bulan, atau seminggu lebih lama dibandingkan sapi eropa) dan kemudian melahirkan seekor anak banteng saja. Banteng ditemukan di berbagai jenis [[habitat]] di jangkauan alamiahnya, termasuk hutan ber[[tumbuhan peluruh]], setengah peluruh, bagian bawah hutan [[Ekosistem montana|montana]], lahan pertanian yang ditinggalkan, serta daerah rerumputan.
 
Populasi banteng liar terbanyak berada di Kamboja, Jawa, Kalimantan (terutama [[Sabah]], Malaysia) dan Thailand. Banteng ternak dapat ditemukan di Bali, pulau-pulau timur Indonesia (seperti Sulawesi, Sumbawa, Sumba), Australia, Malaysia, dan Papua Nugini. Banteng ternak di Indonesia disebut [[sapi bali]], dan jumlahnya mencapai hampir 25% dari seluruh populasi sapi di Indonesia. Peternakan banteng dilakukan untuk menghasilkan daging, dan kadang digunakan sebagai hewan pekerja. Banteng [[Organisme meliar|feral]] ditemukan di Australia Utara (berasal dari banteng ternak yang didatangkan pada masa kolonisasi Britania dan kemudian dilepas dan menjadi liar), dan kemungkinan di [[Kalimantan Timur]], [[Pulau Enggano]], serta [[Kepulauan Sangihe]]. Banteng liar dinyatakan sebagai [[spesies genting]] dalam [[Daftar merah IUCN|Daftar Merah]] [[Uni Internasional untuk Konservasi Alam|IUCN]]. Di tempat hidup alamiahnya, banteng liar terancam oleh perburuan liar (untuk makanan, olahraga, obat tradisional, dan diambil tanduknya), hilangnya habitat, [[fragmentasi habitat]], dan penyakit. Banteng dianggap sebagai hewan yang dilindungi di semua negara tempatnya hidup, dan sebagian besar hanya ditemukan di daerah yang dilindungi (kecuali mungkin Kamboja).
 
== Taksonomi dan asal-usul ==
Baris 131:
Banteng dapat ditemukan di berbagai [[habitat]], termasuk hutan ber[[tumbuhan peluruh]], setengah peluruh, bagian bawah hutan [[montana]], lahan pertanian yang ditinggalkan, serta daerah rerumputan.<ref name=iucn/><ref name=phil/> Padang penggembalaan dominan sebagai pusat aktivitas banteng dalam memenuhi kebutuhan pakan, serta tempat berinteraksi dengan banteng lainnya, kawin, melahirkan, dan membesarkan anak. Sungai merupakan sumber air yang penting, demikian pula pantai sebagai sumber air asin untuk memenuhi kebutuhan akan [[natrium klorida|garam]]. Sementara itu, hutan adalah tempat berlindung yang penting bagi banteng dari gangguan [[cuaca]], [[pemangsa]], dan juga dari kehadiran manusia.<ref name=alikodra>[[Hadi Sukadi Alikodra|Alikodra, H.S.]] (1983). "Ekologi Banteng (''Bos javanicus'' d'Alton) di Taman Nasional Ujung Kulon". Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB (tidak diterbitkan). ([https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1042 Repositori IPB])</ref> Hewan ini ditemukan di ketinggian hingga 2.100 m di atas permukaan laut.<ref name=iucn/><ref name=phil/>
 
Populasi banteng liar terbesar ditemukan di Kamboja, Jawa, serta kemungkinan Kalimantan (terutama Sabah) dan Thailand. Hewan liar ini juga ada di pulau Kalimantan bagian Indonesia serta di Myanmar. Keberadaan banteng liar di Bali, [[Sarawak]], Tiongkok, Laos, dan Vietnam tidak diketahui dengan pasti, sedangkan di Bangladesh, Brunei, serta India dikhawatirkan banteng liar telah punah atau memang tidak pernah ada. Banteng ternak terdapat di Bali, Sulawesi, Sumbawa, Sumba, dan pulau-pulau Indonesia bagian timur lainnya, Australia, Malaysia, dan Papua Nugini. Populasi [[feral]] (hewan ternak yang telah lepas dan menjadi liar kembali) ditemukan di [[KalimantanAustralia TimurUtara]], serta kemungkinan di [[AustraliaKalimantan UtaraTimur]], serta kemungkinan pulau [[Pulau Enggano|Enggano]], dan [[Kepulauan Sangihe]] di Indonesia.<ref name=iucn/><ref name=mason/><ref name=recon>{{cite report|title=Reconnaissance Survey for Banteng (Bos javanicus) and Banteng Survey Methods Training Project, Kayan-Mentarang National Park, East Kalimantan, Indonesia|url=https://www.researchgate.net/publication/235249133_Reconnaissance_Survey_for_Banteng_Bos_javanicus_and_Banteng_Survey_Methods_Training_Project_Kayan-Mentarang_National_Park_East_Kalimantan_Indonesia|author1=Hedges, S.|author2= Meijaard, E.|year=1999|publisher=World Wide Fund for Nature - Indonesia dan Centre for International Forestry Research}}
 
Pada masa lalu, banteng banyak ditemukan di [[Yunan]] (di Tiongkok) dan daratan Asia Tenggara, kemudian menyebar ke Kalimantan dan Jawa melalui [[Semenanjung Malaya]]. Kemungkinan penyebaran banteng ini juga mencapai India timur laut serta dan Bali. Sebagian ilmuwan menganggap Bali tidak termasuk wilayah jangkauan alami banteng karena tidak adanya bukti fosil, dan menganggap penyebaran banteng ke pulau tersebut terjadi akibat tindakan manusia.<ref name=iucn/> [[Seni batu|Peninggalan gambar-gambar]] di gua-gua Kalimantan Timur yang berasal dari sekitar 10.000 SM menunjukkan adanya hewan mirip sapi yang tanduknya mirip tanduk banteng, sehingga ada spekulasi bahwa banteng telah mencapai [[Garis Wallace]] pada masa tersebut.<ref name=chazine>{{cite journal|last=Chazine|first=J.-M.|pages=219-230|url=https://core.ac.uk/download/pdf/5105503.pdf|volume=44|issue=1|date=2005|journal=Asian Perspectives|title=Rock art, burials, and habitations: Caves in East Kalimantan}}</ref> Naturalis Belanda [[Andries Hoogerwerf]] menulis bahwa banteng kemungkinan telah ada sejak zaman prasejarah di Jawa, dengan berdasarkan peninggalan yang diperkarakan berasal dari tahun 1000 SM di Gua Sampung, [[Kabupaten Ponorogo]], [[Jawa Tengah]].<ref name=hoogerwerf/>